* beware of a constant change of pov *
Nggak pernah kepikir bakal kaya begitu kejadiannya kan? Sama.
Saking kecewanya, gue sampe nggak bisa berkata-kata lagi. Kaya, nggak ada dari 26 huruf dan ribuan kata dan bahasa di dunia ini yang bisa menjelaskan gimana kecewanya gue sama dia.
Gue rasanya kaya udah nggak kenal lagi sama Jaehyun. Dia yang udah cukup nggak bisa gue tebak makin nggak bisa ditebak. Setiap omongan yang keluar dari mulut dia, sekarang mulai gue cerna baik-baik. Bukan, bukan karena gue lemot. Cuma ntah kenapa gue nggak bisa sepenuhnya percaya lagi sama omongan dia.
Setelah kejadian yang terjadi depan mata gue itu, gue beneran langsung lari pergi dari situ dan bergegas minta jemput sama Mark. Masa bodo sama dia yang masih di sekolah, and the fact dia udah kelas 12 dan pastinya banyak kelas tambahan.
"Tapi aku ada- OKE KAK SIAP!" dia langsung patuh begitu gue udah agak maksa. Gue juga terpaksa harus nyogok dia supaya dia nggak ngomong apa-apa ke yang lainnya.
Sekarang bulan puasa, anak-anak BGB udah mulai ribut di grup LINE untuk ngerencanain bukber. Dan semuanya dengan cepat sepakat untuk ngadain bukber di rumah Kak Taeil karena udah terjamin makanan dan pewenya. Tapi tetep aja ada yang ngenye.
Ten: Il tapi terawehnya skip dulu y.
Yeh, waras dia.
Dan Kak Taeil iya-iya aja, katanya kebetulan lagi bosen dan butuh refreshing dikit.
Solat aja bosen ya kak, emangnya entar di neraka bisa bosen????
Gue nahan ketawa ngeliat respon dari Kak Taeil karena takut masker gue retak. Tapi tiba-tiba gue keinget sama Jaehyun dan cewek berambut orange yang namanya kaya bunga itu, muka gue langsung berubah jadi merengut lagi.
Sepi. Itu yang gue rasain sekarang. Tapi gue juga nggak bisa ngapa-ngapain. Gue nggak bisa tiba-tiba ngomong ke Jaehyun, nuntut semua bukti dari setiap omongannya di rumah gue beberapa hari yang lalu. Gue bukan siapa-siapa. Dan itu udah cukup jelas.
Dan Jaehyun beneran stop ngechat gue semenjak hari itu. Semenjak dia 'kepergok' dengan kedatangan cewek orange itu.
Gue sengaja nggak merespon apa-apa di grup karena tahu cowok-cowok itu juga pasti tahu kalo gue akan ikut bukber. Apalagi melihat Jaehyun yang cukup sering ngebales grup, bikin tameng gue semakin tinggi.
Sepi. Entah kenapa semuanya mulai kerasa makin jelas. Walaupun sebenarnya dari awal gue udah tau gue nggak akan bisa mengembalikan hubungan pertemanan gue sama Jaehyun seperti dulu lagi.
Sepi. Karena perasaan itu makin lama makin jelas. Perasaan ragu dimana gue nggak pantes menerima itu semua. Where I don't deserve all of this, where I don't deserve Jaehyun.
Mata gue mulai berkaca-kaca. Dan pikiran itu langsung masuk kedalam otak gue tanpa permisi.
Nggak peduli seberapa keras gue berusaha, Jaehyun emang nggak akan pernah jadi...
Tiba-tiba pintu kamar gue terbuka agak kasar. Dan Jaehyun berdiri di ambang pintu dengan mukanya yang gak bisa kebaca. Di satu sisi gue kaget kenapa anak ini tiba-tiba ada disini, di satu sisi gue panik karena gue cuma pake kaos belel celana boxer dan lagi maskeran.
"E-eh anjir ngapain?!?!" pekik gue gelagapan karena sekarang Jaehyun nutup pintu kamar gue dan berjalan pelan untuk duduk diujung kasur.
Jaehyun masih cuma ngeliatin gue dengan tatapan kosongnya. Dia nggak ngomong apa-apa.
"Be-bentar gue cuci muka dulu," kata gue sambil masih berusaha untuk nggak buka mulut lebar-lebar dan langsung bergegas untuk cuci muka.
Setelah selesai cuci muka, gue pun kembali ke dalam kamar.
"Lo ngapain sih Je malem-malem kesi-"
Loh, Jaehyun mana?
Gue celingukan di ambang pintu seraya ngeliat kearah belakang gue untuk nyari Jaehyun. Kening gue berkerut dan gue pun berlari kecil menuruni tangga.
"Bun, mana Jaehyun?" tanya gue kepada Bunda yang lagi nonton CSI di ruang keluarga. Sekarang giliran Bunda yang mengerutkan keningnya.
"Nggak ada yang kesini daritadi, Kak."
Hah?
"Ih, Jaehyun, Bun. Tadi dia kan ke kamar aku."
"Apalagi Jaehyun. Bunda daritadi dibawah nggak ada yang dateng." jawab Bunda lagi.
Ini kenapa sih? Jelas-jelas tadi Jaehyun masuk ke kamar gue.
Tanpa ngomong apa-apa lagi, gue pun kembali menaikki tangga dan masuk kedalam kamar. Kening gue masih berkerut bingung. Bingung karena gue berani sumpah kalo Jaehyun tadi dateng dan bingung karena gue seyakin itu gue nggak lagi halusinasi.
Tangan gue meraih ponsel berwarna hitam yang tergeletak diatas kasur, dengan cepat gue membuka LINE dan mengetik nama Jaehyun.
"Huh?" mata gue menyipit dan ngedeketin jarak antara layar ponsel dan muka gue.
Display name dan dp LINE Jaehyun berubah jadi cuma "." dan warna hitam. Tapi tanpa mempedulikan hal-hal tersebut gue malah dengan polosnya mengirim 'Test' ke dia.
Satu menit, dua menit, tiga menit. Nggak ada balasan. Bahkan sampe gue selesai ngerjain tugas komunikasi massa yang teorinya bejibun, tetep aja nggak ada balesan.
Hari berganti dan sekarang 2 jam sebelum sahur. Gue masih menscroll grup anak-anak BGB yang mulai menurun kadar keberisikannya, dan dari apa yang gue lihat, chat-chat yang dikirim dari Jaehyun, sekarang display name-nya menjadi unknown.
Gue semakin kebingungan. Pertama gue melihat Jaehyun yang tiba-tiba datang ke kamar gue, tapi pas gue tinggalin dia untuk cuci muka sebentar, dia malah nggak ada. Kedua, Bunda merasa bahwa dia nggak melihat siapapun atau mendengar siapapun datang ke rumah, terlebih Jaehyun. Ketiga, Jaehyun seakan kaya menghilang di LINE.
Berusaha untuk tetap positive thinking, gue men-lock ponsel gue dan menekan lock-nya sekali lagi untuk melihat lockscreen yang terpampang mirror selfie gue dengan Jaehyun di uniqlo sebulan yang lalu. Di foto itu kita lagi pake baju Moomin kembaran.
Gue menatap nanar lockscreen gue untuk beberapa saat sampai akhirnya air mata gue jatuh. Dan gue nggak tau ini udah yang keberapa kalinya gue nangisin dia.
Setelah menyeka kasar air mata di pipi gue, gue pun melempar ponsel gue jauh-jauh ke ujung kasur, dan berusaha untuk tidur.
-------------------------
Bunda memandang Ayah yang baru aja pulang dengan tatapan khawatirnya. Ayah yang sedang melonggarkan dasinya segera mengerti maksud Bunda.
"Dia mulai lagi, Yah."
"Semenjak masuk kuliah, kayanya dia makin parah." tambah Bunda.
Ayah memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pening. "Bunda harus bilang ke dia, dia nggak bisa begini terus."
Hi!!!!!!!