Ternyata bukan suatu ide yang buruk saat gue memutuskan untuk pulang bareng Haknyeon.
Dibandingkan dia yang sebelumnya selalu bawel setiap kali ketemu gue, termasuk tadi. Dia orangnya cukup tenang dan serius saat mengendarakan-
Hm, gue belum ceritain, ya.
Mari kita flashback sedikit kalau begitu.
Saat itu gue berjalan berdua bareng Haknyeon kearah parkiran motor.
"Nggak usah senyum-senyum." omel gue.
"Duh, gue mah nggak apa-apa dijutekin sama lo kak, asal bisa pulang bareng."
Gue pun menoyor belakang kepalanya, "Sembarangan."
Dia cuma terkekeh ngeliat gue yang begitu pendek jalan samping-sampingan sama dia. Dengan dia yang bawain shopping bag dari Kak Kun, dan gue yang jalannya slengean. Ini kalo diliat-liat jadi kaya gue yang adeknya dia.
Haknyeon akhirnya sampai ke barisan parkiran motor, gue pun cuma berdiri santai nungguin dia sementara anak itu ngambil jaket yang digantung asal di jok motor, dan make helm yang dia gantung asal di atas spion. Duh, belum pernah dicolong kali ya helmnya?
Kemudian Haknyeon menaikki motornya yang- loh?
"Motor lo bukan yang itu?" tanya gue sambil nunjuk kearah motor beat berwarna hitam.
Haknyeon menyalakan motor cbr-nya yang suara mesinnya langsung menderu keras di parkiran yang luas ini.
"Hehehe, bukan."
"Tapi tadi lo ngambil helm sama jaket di motor itu?"
"Eh iya... tadi gue telat sama temen gue terus nebeng aja naro jaket sama helm disitu, hehehe."
Tanpa rasa berat sedikitpun dia ngejelasin itu ke gue, mana ngomongnya sambil benerin tali helm gitu lagi bikin deg deg serr dikit.
"Ayo naik, kak." katanya lagi.
Ya gue sih nggak menolak dianter pulang naik cbr??? Toh beberapa kali Kak Taeyong pernah nganterin dengan jenis motor yang sama. Tapi ini bedanya gue kan nggak kenal-kenal banget sama anak ini. Kalo sama Kak Taeyong mah bisa meluk-meluk manja kalo dia ngebut.
Dengan ragu gue menaruh kaki kiri diatas pijakan kaki belakang sambil memegang pundak dia dengan keujung jari-jari telunjuk gue. Dan gue tahu kalo dia sedikit ketawa saat ngerasain ujung jari gue di pundak dia. Setelah itu gue pun berhasil duduk dengan anggun; duduk tegap anti nungging.
Walaupun jok penumpangnya mengharuskan gue untuk duduk agak nungging kedepan, tetep aja!!!
"Awas lo ya ngebut-ngebut."
Haknyeon menghiraukan perkataan gue dan langsung nancap gas tiba-tiba, membuat tubuh gue tersentak kedepan dan bagian depan tubuh gue nabrak punggung dia.
Reflek gue langsung menggeplak belakang helm dia.
"UDAH GILA YA?!?!" pekik gue dan langsung beranjak mau turun dari motor, tapi tangan kirinya segera menahan gue.
"Bercanda kakkkk," sahutnya dengan suara yang agak muffled karena helmnya full face dan dia pake masker.
Gue cuma melototin dia, "Awas lo ya sekali kaya gitu gue loncat turun seada-adanya." ancam gue.
Sebelum akhirnya dia fokus ngendarain motornya keluar parkiran, dia sempet-sempetnya cekikikan dulu. Kadang gue bingung ini anak kok bisa hidupnya bahagia amat gitu, kaya nggak pernah belajar sedih.
Kan gue juga ingin bahagia soalnya.
Setelah membayar parkir dan keluar dari basement, Haknyeon langsung berubah bisu. Kaya kalo dia ngomong dikit aja motornya bakal oleng. Dan untuk sementara gue lumayan menikmati suasana pulang bareng dia yang entah kenapa adem ayem. Nggak kaya biasanya yang dia selalu nyerocos tanpa henti.
Tapi ini masalahnya udah setengah jalan dia nggak bersuara sedikitpun hADUUUH GUE TARIK LAGI KATA-KATA GUE YANG GUE NIKMATIN SUASANA ITU.
Dan waktu yang pas untuk nanya segera muncul, Haknyeon menghentikan motornya saat lampu merah depan kantor walikota, dan gue langsung memajukan tubuh gue pelan untuk ngomong deket telinganya.
"Heh, diem aja." gue mencolek sekilas punggung kanan dia, Haknyeon pun mengangkat kaca helmnya seraya menolehkan kepalanya kearah samping untuk dengerin gue.
Gue mengerutkan kening, "Kenapa sih?"
Matanya melirik ragu kearah gue, "Nggak apa-apa, kak." jawabnya pelan dan matanya agak menyipit karena dia senyum.
"Boong."
"Nggak apa-apa kaaaaak." jawabnya lagi berusaha meyakinkan gue.
Gue pun hanya mengangkat kedua alis gue sebagai jawaban lain dari "oh yaudah" dan segera membenarkan posisi tubuh bagian atas gue kembali.
Tetapi sebelum akhirnya lampu berubah jadi hijau, Haknyeon kembali buka suara.
"Kak, rumah lo di jalan apa ya? Hehehehe."
--------------------------------------
Jaehyun sekarang lagi ada di mobilnya Johnny, bersama tiga cowok lainnya yang tak lain dan tak bukan si Ten, Taeyong, dan Doyoung yang memenuhi pajero hitam milik Johnny itu.
Cowok bermarga Jung itu masih juga menunjukkan ekspresi gusarnya, kalimat-kalimat dari teman-temannya itu nggak ada yang mempan juga untuk ngelunturin ekspresinya itu. Sampe akhirnya Doyoung memutuskan untuk bertanya.
"Je, lo kenapa sih? Kesel Tasya pulang bareng berondong?"
"Tau elah begitu doang lo langsung keder gitu," timbrung Ten yang Jaehyun ngedenger suaranya aja udah langsung pengen jedotin kepala ke dashboard.
Jaehyun menghela napas kasar, "Emang salah ya kalo gue bilang gue pengen jadi sahabat baiknya dia?"
Seketika satu mobil pun terdiam.
"Ng......................."
"Ya gimana ya....."
"Satu dunia juga tau kali lo itu sebenarnya naksir Tasya."
"Lo aja nge-deny terus."
Note that these boys are actually lebih bawel tentang masalah percintaan daripada cewek-cewek yang lain. Yang lagi baper siapa yang riweuh siapa.
Jaehyun nggak terima lah dibilang kalo dia yang nge-deny terus, tapi dia diem aja karena lagi males ribut. Lebih tepatnya males nambahin keributan yang udah terjadi di kursi belakang.
"Tasya-nya juga cuek sih menurut gue tapi dia tuh......................................."
"Kalo kata gue dua-duanya emang gak............................"
"Heran deh sotoy-sotoy banget." gumam Doyoung sambil nyenderin kepalanya ke jendela.
Johnny yang lagi nyetir ketawa-tawa aja dengerin Taeyong sama Ten yang lagi adu sotoy seraya nepuk-nepuk pundak kanan Jaehyun yang udah dia anggap kaya adik sendiri pake tangan kirinya.
"Sabar ya, Je."
WOW 300 votes already???? Thank you so muchhhhh! <333