twenty two ; temu (2)

4.4K 749 174
                                    

// bikin chapter ini sambil dengerin lagunya pasto - aku pasti kembali heueuehehe baper.











Keluar dari ruangan psikiater itu, mata gue kemudian jelalatan mencari Bunda di ruang tunggu. Tapi nggak ada. Gue pun melengos sambil merogoh tas untuk mencari ponsel dan segera menelpon Bunda.

"Bunda di foodcourt, kamu kesini aja sekalian makan." ujar Bunda dan gue langsung mengakhiri panggilan.

Dalam perjalanan menuju foodcourt, gue sibuk merutuk diri sendiri karena lupa bertanya kepada dokter tadi mengenai ciri-ciri anak yang katanya punya cerita mirip dengan gue. Masalahnya daritadi tuh banyak anak cowok yang kelihatannya seumuran sama gue, mana bisa gue asal jeplak nanya 'Eh, kata dokter Tan lo punya cerita kaya gue.'. Dan gue juga nggak tahu pokok masalahnya dia apa. Apa dia halusinasi juga? Atau gimana?

Seraya balesin LINE dari Winwin dengan kepala yang menunduk dan mata sepenuhnya terfokus kepada layar ponsel, gue berbelok kearah foodcourt dengan langkah agak cepat karena takut bikin Bunda nunggu.

Bruk!

Kemudian jidat gue bertubrukan dengan dada keras entah punya siapa. Sambil memegangi dahi, gue mendongak hendak memarahi siapapun yang jalan nggak pake mata itu. Tapi yang gue dapatkan setelah sadar bahwa gue sendirilah yang jalan nggak pake mata, adalah muka bingung seorang cowok dengan tangan yang terulur keatas sambil memegang erat kopi panas. Dalam hati gue bersyukur karena kopi itu nggak tumpah ngeguyur gue.

"S-sori, mas! Saya yang salah jalan nggak pake mata!" kata gue dengan tangan yang membentuk gestur memohon. Gue memejamkan mata gue karena takut melihat tampang marah orang tersebut.

Tetapi karena nggak mendengar suara apapun dari orang di depan gue ini, gue pun membuka perlahan kedua mata gue dan orang itu tersenyum sambil memperlihatkan lesung pipinya yang membuat hati gue mencelos sekali lagi. Kayanya gue pernah lihat orang ini dimanaa gitu.

"Nggak apa-apa, lain kali hati-hati, ya." ujar cowok itu masih tersenyum dan menurunkan tangan kanannya yang memegang kopi dan menyesapnya sedikit. Gue cuma bisa memandang orang itu bingung dan tanpa berkedip. Selain karena orang ini, ehem, ganteng, orang ini sangat sangat super duper amat familiar. Tetapi setiap kali gue berusaha untuk mengingat-ingat, gue nggak punya memori apa-apa mengenai orang ini.

"Saya duluan, ya. Saya udah ada janji dokter."

Setelah itu dia berjalan melewati gue. Sekitar lima detik setelah dia pergi yang gue lakukan adalah diam mematung di tempat. Tapi tiba-tiba gue teringat sesuatu.

Refleks gue memutar tubuh gue dan berteriak, "DOKTER TAN!"

Entah apa yang ada di pikiran gue saat itu. Langsung aja gue menutup mulut gue yang bandel ini dengan kedua telapak tangan sebelum akhirnya cowok yang sudah berjalan sekitar 6 meter di depan gue itu menoleh ke belakang dan menatap bingung kearah gue.

Udah terlanjur malu, tanya aja udah! pikir gue sambil berlari kecil menghampiri cowok tinggi berlesung pipi itu. Dan sesuai ekspektasi gue, cowok itu hanya berdiri di tempatnya seraya memutar tubuhnya untuk menghadap gue.

Sampai di depan cowok itu, gue menarik napas dalam-dalam. "Kamu.... kamu ada janji sama dokter Tan?" tanya gue takut-takut.

"Gimana kamu bisa tau?" cowok itu malah nanya balik. Dan suaranya, ya Tuhan, gue tau suara itu! Tapi punya siapa?

Gue pun menjelaskan kronologi bagaimana gue bisa tahu dia ada janji sama dokter Tan. Selama gue menjelaskan, dia hanya menatap gue dengan tatapan kosong dan tanpa ekspresi sama sekali.

Gue menghela napas, ".....jadi begitu. Dan saya... penasaran."

Cowok itu mengambil langkah mundur perlahan, wajahnya kini menunjukkan ekspresi agak ketakutan, tetapi masih bisa dia tahan.

"Kamu, siapapun kamu. Tunggu disini sampe saya selesai." perintahnya sebelum cowok itu akhirnya berlari kearah lift.

Dia siapa, sih? Kenapa tiba-tiba ketakutan begitu?

"Bun, bentar, ya. Aku ketemu temen dulu," ucap gue di telpon.

----------------------------------------------------

Koma selama 6 bulan, katanya.

"Jadi kamu nggak kuliah?" tanya gue keceplosan dan segera menepuk pelan mulut gue. Cowok itu tertawa pelan dan menggeleng.

"Gimana mau kuliah? 3 minggu setelah pengumuman undangan, saya kecelakaan."

"Kenapa kamu bisa kecelakaan?"

Dia terlihat ragu saat mau menjawab, dan gue hendak menghentikan dia dan berkata tidak apa-apa kalau dia nggak mau menceritakannya. Ya iyalah, siapa gue? Ketemu juga aja baru 1 jam yang lalu.

Tetapi kemudian dia mengambil ancang-ancang dan menghela napas pendek, "Depresi. Dan bisa dibilang sampai berhalusinasi juga. Saat itu saya berpikir bahwa saya mempunyai orang yang peduli, dan sayang sama saya."

...........................Jaehyun.

Nama itu tiba-tiba terbesit di pikiran gue, walaupun sekilas tetap aja rasanya kaya beribu-ribu jarum menghujam jantung gue. Sakit.

"Selama koma, rasanya saya selalu ketemu sama orang itu. Saya juga bisa ngerasain hal-hal yang nggak bisa saya rasain di dunia nyata saat koma, kaya kuliah." dia menghentikan perkataannya dan menatap gue yang sekarang sedang mendengarkan ceritanya dengan seksama, kemudian melanjutkan. "Saya tau kamu bingung, dan berpikir ini nggak masuk akal. Tapi saya bisa ngerasain bahkan ngejalanin hari-hari kuliah sama orang itu. Walaupun pada akhirnya saya terbangun dari koma, dan nggak bisa lagi ketemu sama orang itu."

"Hidup saya menyenangkan saat koma, karena ada dia. Tapi sayang, saya nggak sempat bilang ke dia gimana perasaan saya selama itu."

Gue terdiam, hidup gue juga menyenangkan saat ada dia, dan gue juga belum sempat bilang ke dia gimana perasaan gue. "Sekarang kemana orang itu?"

"Tadinya saya sempat berpikir dia cuma halusinasi. Tapi sekarang saya yakin kalau dia itu ada."

Lagi-lagi gue terdiam, "Kenapa kamu bisa cerita ini semua ke saya?"

Giliran cowok ini yang terdiam sekarang, "Kamu.... nggak inget saya?"

"Inget apa? Emangnya kamu siapa?"



































Cowok ini menarik napas dalam-dalam.

"Salam kenal, Tasya. Gue Jung Jaehyun. Senang bisa ketemu lo lagi."
























































Gue membeku di tempat.












































FIN.

akhirnya selesai juga book ini ;~; i really appreciate the supports you guys gave me while writing this book! 💕 thank you sho muchie! anyways, kalau misal masih ada yang nggak ngerti dengan ending cerita ini, bilang ya! mungkin aku bakal bikin chapter khusus penjelasan hehehe. pokoknya terima kasih semuanya!!!

love, fin💖

( I ) BESTFRIEND.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang