PART 9

3.5K 170 0
                                    

Seminggu lebih sudah Prilly terkurung di dalam kamarnya sendiri karena kemarahan Ali yang meluap-luap akibat pergi dan pulang malam. Ali sama sekali tidak memperdulikan Prilly seakan tidak ada yang terjadi dan dengan santainya ia membawa kekasihnya ke rumah. Selama seminggu ini hampir setiap hari Reina datang ke rumah ini.

Prilly hidup tapi seperti orang mati ia hanya makan jika di sodorkan makanan oleh pelayan rumah ini, itupun hanya sedikit sekedar mengganjal perutnya karena memang prilly sendiri lah yang meminta pada pelayan tersebut jika memberinya makan sedikit saja porsinya.

Memang sejak Prilly terkurung Ali sengaja mencari orang untuk mengurus semua isi di rumah ini. Sehari setelah mengunci prilly ali membawa seorang wanita paruh baya yang menjadi pelayan rumah tangga untuk di rumah ini. Pelayan itupun tau apa yang terjadi, mungkin karena sudah lebih lama hidup di dunia ini dan pastinya tau pengalaman-pengalaman yang pernah ada terjadi.

"ahks" Terdengar ringisan dari Prilly di dalam kamarnya. Ia merasakan sakit di perutnya bisa jadi itu terjadi karena ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, bagaimana bisa sehat fisiknya jika makan saja hanya dengan porsi anak bayi lidahnya terasa pahit jika menelan sesuatu dan sekarang tubuhnya tinggal kulit dan tulang saja tanpa isi.

Rasanya ia ingin keluar saja dari rumah Ali ini ya rumah Ali bukan rumahnya atau mereka, karena yang menjadi milik Ali tetaplah milik Ali bukan menjadi urusan baginya. Ia ingin pergi jauh dari rumah ini tapi bukan pula ke rumah orang tuanya atau rumah siapapun tapi pergi sendiri dari sini. Namun sangat di sayangkan hatilah yang ikut bermain Prilly ingin pergi tapi hatinya tidak. Entahlah kenapa dan rasa takut lebih dominan di benaknya kalau ia pergi pasti akan membuat Ali lebih marah lagi.

Ceklek

Pintu kamar terbuka di iringi dengan tubuh tegap yang masuk berjalan ke arah prilly dengan sorot mata yang menyalang.

"Prilly"

Prilly yang di panggil namanya merasakan takut yang luar biasa karena pasalnya ia sudah trauma dengan kejadian tamparan keras dari tangan kasar pria yang menyebut namanya ini.

"Aku rasa cukup menyiksa dirimu sendiri, makanlah sana aku juga tidak mau kau menyusahkan aku karena harus mengurus kamu sakit." ucapan dengan ekspresi datar itu malah membuat Prilly semakin takut. Ya Ali lah yang di sana sedang berdiri tegap dekat sisi kasur kamar yang di tempatkan Prilly.

Ali merasakan kesal saat mba wati-pelayan rumah ini melapor kalau seharian ini Prilly tidak menyentuh makanan sedikitpun. Ali berdiri dari kursi kebangsaannya saat tadi pelayannya memberi tau kabar tersebut.

"Kenapa kamu sangat menyusahkan?" Ali berteriak penuh dengan emosi bola matanya seakan ingin keluar menatap Prilly begitu tajam lalu ia semakin mendekatkan dirinya kepada Prilly.

Emosi Ali semakin meluap saat matanya tak sengaja melirik makanan yang masih utuh di tempatnya. Ia mengambil makanan itu dan menyodorkannya pada Prilly, namun Prilly hanya menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia tidak mau makan.

Gigi Ali bergemelutuk rahangnya pun mengeras saat mendapat penolakan, kurang baik apa lagi ia yang masih mau mengurusinya.

"Cepat makan!" suruh Ali.

Ali mencekal pergelangan tangan prilly lalu dengan kasarnya ia menyodorkan makanan tersebut ke mulut Prilly secara paksa pula. "Apa kamu fikir dengan tidaknya kamu makan makanan ini dan jatuh sakit aku akan menolongmu iya? Jangan harap! Karena aku sama sekali gak peduli!"

Again and AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang