PART 17

5.5K 209 6
                                    

"Assalamualaikum." salam Ali masuk ke rumah mertuanya.

"Wa'alaikum salam." jawab mama Julia.

"Ma, Prilly mana?" tanya Ali.

"Ada di kamarnya tuh, barusan dia habis makan untuk yang pertama dalam seharian ini." Julia sengaja menekankan kata 'untuk yang pertama' berniat mengadu pada menantunya. Dan Ali tentu paham.

"Papa belum pulang ma?" tanya Ali lagi. Julia menggeleng menandakan papa mertuanya itu belum pulang kerja.

"Ya udah Ali ke kamar dulu ma." pamit Ali.

Ceklek

"Assalamualaikum."

Prilly menoleh cepat ke arah pintu kamarnya. "Wa'alaikum salam, Loh kak kok tumben cepat pulangnya?"

"Udah?" bukan menjawab Ali malah balik bertanya dan mengambil sapu yang di tangan istrinya.

"Iya nih udah selesai." Prilly menaruhnya lalu mengambil kain pel.

"Eh mau ngapain? Udah gak usah, taruh lagi!" suruh Ali.

"Bukan ngepel semuanya kok, cuma bersihin bekas tumpahan sambal aku aja nih." cicit Prilly takut mendengar suara keras Ali kembali.

"Enggak..enggak..enggak. Udah gak usah taruh lagi aku bilang!"

Prilly menurut ia sudah memegang gagang pintu tapi di tahan dengan Ali. "Taruh di situ aja dulu." ucap Ali.

Setelah menaruhnya Prilly rebahkan tubuhnya meringkuk bagai udang di atas ranjangnya dengan sengaja ia membalik badannya membelakangi Ali yang masih berdiri di sana menatapnya.

Ali melihat jelas tubuh istrinya yang bergetar 'Tuhan aku membuatnya menangis lagi. Apa salah aku melarangnya tadi." batin Ali.

"Kakak kalau mau mandi, mandi aja. Maaf gak nyiapin airnya karena gak tau kalau kakak pulang lebih awal.

suara Prilly sengau, Ali mengusap wajahnya. Berjanji pada dirinya sendiri tidak lagi membentak apalagi membuat istrinya menangis tapi apa, hari ini ia telah mengingkarinya.

Ali memilih untuk membersihkan badannya terdahulu yang sudah lengket dengan bau keringat baru ia keluar membiarkan Prilly sendiri di dalam.

Di saat keluarnya Ali, di saat itu jugalah pecah tangis Prilly. Dirinya sudah salah mengira, ia kira Ali memang sudah benar-benar berubah tapi ternyata tidak. Ali hanya kasian melihat keadaanya sekarang. Ia harus tau diri siapalah dirinya mana mungkin Ali secepat itu berubah, mengingat dulu untuk memandangnya saja Ali tidak mau bahkan dia pernah bilang 'jijik' dengannya.

Jika harus mengingat masa lalunya yang kelam kadang Prilly merasa tidak berguna hidup di dunia ini. Mempunyai suami tapi di acuhkan menjadi seorang istri tapi tak di anggap. Penderitaan apalagi yang harus ia rasakan?

• • • • •

"Li... Kenapa di sini nak?" Julia dan Roy menghampiri menantunya yang sedang duduk termenung di depan tv. Bukan Ali menonton tapi tv lah yang menontonnya, melihat kemenungannya.

"Eh pa..ma.." Ali tersenyum sekilas lalu bergeser ke ujung kiri menyisakan ruang tempat duduk untuk mertuanya.

"Sedang mengerjakan apa Li?" tanya Roy melihat isi laptop Ali yang kini sudah duduk di sebelah Ali.

"Biasalah pa pekerjaan yang belum selesai di kantor Ali bawa pulang lagi, coba untuk mengerjakannya di sini." jawab Ali menerangkan, Roy hanya manggut saja.

Again and AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang