*Ariana Pov
Aku bangun pukul 05.00 dini hari. Kupaksa langkahku menuju kamar mandi. Aku tak tau apa yang aku rasakan. Rasanya semua menjadi hancur. Hatiku, perasaanku. Semua menjadi satu.
Ku lihat dari kaca kamar mandi keadaanku. Rambut berantakan, muka kacau dengan mata yang sembab.
Guyuran air dari shower serasa menenangkan untukku. Setelah selesai dengan semuanya. Aku menuju ruang makan.
Ku lihat Jeni sedang menyiapkan makanan untukku dan ya kau taulah siapa.
"Pagi Jen. Apa menu sarapan kita pagi ini Jen" aku mulai menghampiri jeni.
"Saya membuat sandwich dengan isi tuna Nona"
"Wow.. Ini pasti sangat lezat" ku duduki bangku untukku makan dan mulai menyantap. Makanan yang tersedia dia hadapanku.
"Nona" ucap Jeni yang membuka kehening
"Iya. Jeni"
"Apa Nona, baik - baik saja?"
"Makananmu sangat enak Jeni bisakah kau buatkan aku lagi untukku bawa ke sekolah. Aku sangat menyukai masakanmu." ucapku yang mulai menutupi kesedihan yang kini melandaku kembali.
"Baik Nona. Akan saya siapkan"
Ku dengar langkah kaki dari lantai dua rumah ku. Ia datang yah Reyhan siapa lagi.
"Jeni aku tak jadi membawa makanan , kau belum sarapan kan makanlah. Aku pergi. Terimakasih untuk sarapannya." ucapku yang sedikit berteriak.
Aku mulai melangkah pergi meninggalkan Reyhan, ketika sudah ingin melewati tangga tiba-tiba ada yang menggenggam tanganku.
"Tunggulah disini akan ku antar kau." ia membuka pembicaraan.
"Tak usah, aku mempunyai kaki dan mobil darimu aku bisa mengendarainya sendiri. Bukankah kau yang bilang bahwa aku ini seorang ja.la.ng? Jadi CEO terhormat sepertimu tak pantas bukan jalan dengan seorang jalang murahan sepertiku." ucapku dengan kata penekanan di bagian jalang. Bukankan semalam ia yang mengataiku seperti itu jadi, aku tak salah bukan berkata seperti itu.
"Maaf soal itu." ia meminta maaf padaku. Air mata ku suda tergenang di pelupuk mataku.
"Aku akan memaafkan mu setelah rasa sakit dihatiku ilang. Bagaimana? Setara bukan dengan kata-katamu? Sekarang lepaskan tanganku dan biarkan aku pergi." genggaman ditangan ku kini mulai memudar.
Aku melangkah dengan cepat, memasuki mobilku. Aku memang tak pernah memakainya bahkan baru kali ini aku membawanya kesekolah.
Air mataku terus berjalan bagaikan air sungai. Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan sedang.
Pikiranku memang sedang kacau tetapi aku juga memikirkan keselamatanku. Aku tak mau tiba-tiba aku mati hanya karna patah hati. Masih banyak dosa yang menumpuk dan aku belum mempunyai simpanan amal yang akan menjanjikan aku masuk surga.
Aku memasuki gerbang sekolah. Ku lihat tatapan anak yang lain memandang kepadaku
"Mobil di parkir di mana beh?" ucapku dengan satpam yang berjaga di sekolahku.
"Dalem Neng depan kelas."
"Emang harus depan kelas?" ucapku yang mulai khawatir. Aku tak khawatir tentang mobilku,tetapi aku takut dengan ucapan orang lain tentang diriku.
"Gaada tempat lain Neng di depan tempat parkir guru soalnya."
"Iyaudah" mau tak mau aku memarkirkannya mobilku di depan kelas. Jika kalian bertanya apakah sekolahku kecil hingga mobil harus di taruh di depan kelas.