Bagian 7

80 3 0
                                    

Ariana Pov

Aku memasuki mobil, menjalankannya dengan kecepatan penuh. Tak ku pedulikan klackson dari orang banyak karna cara menyetirku yang termasuk ugal-ugalan.

'Untuk kedua kalinya Reyhan kau menyakitiku. Tuhan? Mengapa kau memberiku beban yang sangat berat. Apa kau ingin mengujiku dengan cara seperti ini? Jika ya kuatkan aku Tuhan. Aku percaya padamu' ucapku dalam hati.

Aku tak tau arah ku kemana karna yang kutahu aku mengikuti hati nuraniku.

Aku tiba disebuah kampung sederhana yang menjadi saksi bagaimaan tumbuh kembangnya aku saat aku masih dalam kandungan Mamah ku hingga aku menjadi sekarang. Rumah orang tuaku. Yah aku tak tau mengapa aku menuju kesini.

Ku buka pintu mobil dan mulai berjalan menuju rumahku. Mengapa aku tak memarkirkan mobilku di depan rumah? Jika kalian berfikir aku tinggal di perumahan atau komplek kalian salah.

Aku tinggal di sebuah kampung terpencil yang berdiri di tengah-tengah komplek prajurit TNI.

"Ana tumben maen" ante Lia. Ya aku jarang sekali datang kerumah sejak aku menikah. Mereka tak tau jika aku menikah diumurku yang cukup muda.

Mengapa aku tak memberitahu mereka padahal itu adalah kabar yang sangat bahagia? Karna satu alasan. Aku tak ingin orang lain berfikir negatif. Entah ada yang berfikir aku hamil diluar nikah ataupun yang lain.

Jangan kan untuk hamil diluar nikah. Bahkan suamiku pun tak ingin menyentuhkan dan meminta tugasnya sebagai seorang suami dan lebih memilih menyentuh orang lain. Hahaha, miris bukan hidupku.

"Ana?" aku tersadar dari lamunanku.

"Ah iyah ante. Iyah baru sempet kesini ante biasa tugas numpuk jadi baru kesini" balasku.

"Ko sendirian biasanya sama chris?"

"Reyhan lagi kerja makannya Ana sendiri. Duluan yah tante" ucapku segera mengakhiri perbincangan kami karna jika aku tak mengakhirinya pasti dia akan menanyakan pertanyaan yang tidak masuk diakal.

"Misi" ucapku pada segerombolan ibu-ibu yang dulu jadi tetanggaku.

"Maen Na?" ucap salah satu tetanggaku.

"Heheh iyah" ucapku seramah mungkin.

Tak terasa ternyata aku sudah sampe didepan pintu rumah yang kurindukan sejak kemarin.

"Mah Ana dateng" ucap ku sambil berteriak.

"Iyah sayang tunggu Mamah lagi dikamar mandi" ucap Mamahku. Aku merindukannya sangat. Tak terasa air mataku mengalir kembali.

"Mah?" ucapku menghampirinya dan tanpa menunggu balasannya akupun memeluknya.

"Kamu kenapa sayang? Astaga Ana bibir mu kenapa sayang" ucap mamah yang khawatir dan membalas pelukanku sambil mengusap punggungku memberikan rasa nyaman untukku.

"Ana kangen Mah. Bibirku? Hanya luka kecil tak apa." aku berusaha tak menangis tetapi air mataku ini tak bisa diajak kerja sama.

"Kau mau cerita ? Ayo kita obati dulu sayang." Ucap mama melepaskan pelukan kami dan menuntunku untuk duduk di sofa ruang tamu kami.

"Tak usah mah hanya luka kecil nanti aku obati. Sbenernya Aku .. Hiks.. Tapi Mamah jangan marah yah Hiks.." ku hapus air mataku. Dan tersenyum sebisa ku.

Jujur aku tak bisa tersenyum. Aku tak bisa menyembunyikan sesuatu di depan orang yang paling ku sayang.

'Mah aku minta maaf. Aku tak bisa berbicara tentang rumah tanggaku. Aku minta maaf Mah' ucap ku dalam hati sambil mengusap air mataku.

ARIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang