Bagian 12

57 1 0
                                    

Ariana Pov

Kulihat Reyhan sedang duduk disana dengan senyum yang mengembang membuat siapapun pasti akan meleleh melihat tingkat ketampanan ya ditambah lagi dengan senyum yang mengembang.

Setelah melihat kearah Reyhan kulihat juga ibu dari Tia yang sedang melihatku.

"Bisa kita mulai sekarang" ucapnya dingin.

Aku meremas tangannya ia yang mengerti apa yang ku maksud langsung memalingkan wajahnya kearahku.

"Aku takut" mengerti dengan ucapanku Reyhan pun langsung membisikan sesuatu.

"Aku tau kau tak salah jadi tak usah takut, aku akan membela mu mati matian, jangan takut. Jika kaupun di nyatakan bersalah dan kemungkinan besar akan dikeluarkan dari sekolahan ini,akan ku hancurkan perusahaan yang musuhmu punya. Karna tlah membuat masalah dengan istriku" semburan merah di pipiku muncul ketika mendengar ia membelaku mati matian.

"Jadi ada masalah apa anak ibu dengan ist-- maksud saya adik saya?" tanya nya.

"Saya ingin meminta tanggung jawab kepada adik anda anak muda" jawab ibunya Tia.

"Memang apa yang adik saya perbuat kepada anak ibu sehingga mengharuskan adik saya mengganti rugi?" dingin. Nada itulah yang slalu terucap dari mulut Reyhan.

"Apa anda buta? Anak saya lebam karna adik anda?" ucapnya.

"Apa bukti yang membuat anda begitu keras menghina adik saya?"

"Ck. Tadi kau buta sekarang kau tuli. Apa kurang jelas penjelasanku tadi. Adik.anda.membuat.anak.saya.mempunyai.luka.lebam" seketika emosiku terkuak aku tak terima jika suamiku dikatakan tuli dan buta. Istri mana yang akan terima jika suaminya dikatai seperti itu.

"Berapa kerugian yang harus saya bayar?"

"Seratus juta" aku kaget bukan maen dengan nominal yang ibu Tia katakan kuremas tangan Reyhan. Ia melihat ku dan dengan bahasa tubuh ku, kugelengkan kepalaku. Ia hanya diam dan tiba tiba mengecup tanganku.

"Ck. Jika adik saya tak terbukti bersalah bagaimana?" tanyanya.

"Anakku akan menuruti apa maunya adikmu." kulihat Tia sedikit kaget.

'Tak usah takut, Momy akan kalahkan dia' setidaknya kata itu yang terdengar di kupingku.

"Aku tak membutuhkan anakmu Nyonya, sekalinya dia ingin bekerja dirumahku, kupastikan ia tak terpakai. Bagaimana jika aku meminta perusahaanmu?" minta Reyhan.

"Baiklah, tak masalah. Tetapi jika aku yang menang kupastikan kau hidup dikolong jembatan anak muda" kulihat guruku yang sedari tadi hanya diam.

"Ini bisa dibicarakan baik-baik pak,bu" kini guruku angkat bicara.

"Diamlah ibu guru kau tak punya hak apa-apa dengan masalah kami" jawab ibu Tia yang membuat sang guru diam.

Sesudah ibu Tia mengatakan itu, tak berapa lama Reyhan menelfon orang lain. Dan muncullah seseorang yang ku kenal. Danang, ketua kelasku yang menolongku waktu ingin pulang setelah berantem.

"Bisa kau jelaskan Danang apa yang terjadi saat itu"

Dan saat itulah mengalirkan sebuah cerita mengenai kejadian seminggu lebih yang lalu. Sesudahnya Danang bercerita. Kulihat ibunya Tia menahan emosi dan.

Plakkk

Terdengar lah satu pukulan yang kuyakini sangat kencang dan  perih. Siapa lagi pelakunya jimengobati a yang menampar anaknya.

"Tak tau malu kau. Sudah ku sekolahkan kau hingga sekarang dan kau berani berbohong padaku? Anak macam apa kau" marahnya ibu Tia. Membuat senyum Reyhan sedikit mengembang.

ARIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang