Bagian 8

61 4 0
                                    

Reyhan Pov

Ketika Mamah Ana menelfon tanpa banyak kata akupun langsung pergi menuju rumah Mamah. Jujur aku tak mengerti dengan perasaan ku akhir-akhir ini.

Bukankah aku tak menyukainya? Lalu mengapa setiap kali ia memergokiku sedang bercumbu dengan Monic hatiku sakit. Seolah olah aku pun merasakan apa yang sedang ia rasakan. Dan rasa tak ingin kehilangan yang dulu tak ada kini kian membesar.

Aku tak ingin ia marah kepadaku karna jika ia marah ia akan diam dalam beberapa hari dan tak segan segan untuk pergi meninggalkanku.

Aku sampai di kediaman istriku. Kulihat mobil Toyota Civic keluaran terbaru (gua tau modelnya tapi gatau tipenya sedapet khayalan lu aja ya. Mianhe i don't have a picture) terpampang jelas di halaman lapangan, aku memberikan ia mobil saat ia memulai pekerjaannya sebagai karyawan magang disalah satu perusahaan.

"Loh Chris ko baru dateng tadi Ana barusan aja lewat" ucap salah satu tetangga yang memiliki warung makanan ringan yang sedang mengobrol dengan beberapa ibu-ibu. Aku tak tau namanya karna aku memang bukan orang sini.

"Iya bu, lagi banyak kerjaan tadi makannya baru dateng. Duluan ya bu" aku menyunggingkan senyum sebaik mungkin.

"Oh iya Chris" ucapnya kembali.

"Coba ya kalo belum sama si Ana udah gua gebet tuh anak buat anak gua, siapa yang gak mau punya mantu ganteng kaya lagi" ucap salah seorang ibu yang memakai baju merah.

"Iya lah jangan kan anak elu gua juga mau jadi istrinya, yang kedua juga gapapa."

Ku dengar bisikan ibu ibu yang laen merebutkan diriku. Aku hanya bisa ketawa dalam diam.

"Hay ka Chris" ucap seseorang.

"Hay Regina" aku memang mengenalinya karna saat pertama kali aku main keruma Ana dia tiba tiba datang membawa kue untuk keluarga Ana.

"Maen ka?"

"Iyah nih"

"Mampir dulu ka, nanti aku buatin kopi sama tadi mamah bikin kue. enak banget tau kaka maen yu sekalian nyobain" kini dia pun mulai memaksa ku.

"Gausah makasih kakak buru buru, duluan yah" aku bergegas pergi kulihat mukanya yang sedikit cemberut.

Ku masuki pekarangan rumah Ana. Ku lihat ada Mamah yang sedang menonton tv diruang tamu.

"Sore Mah" sapaku.

"Sore sayang. Gimana kabar kamu?"

"Baik Mah, Mamah gimana?"

"Seperti yang kamu liat" aku menyukai Mamah mertuaku ini. Dia orang mudah senyum.

Aku menjelajahi ruangan dengan mata kepalaku sendiri. Mencari sosok yang kucari sedari tadi. Tetapi ia tak terlihat oleh mataku.

"Ana sedang tidur, ada yang ingin Mamah bicarakan Chris"

"Apa kau bertengkar dengan Ana?" seketika tubuhku menegang.

Aku hanya bisa diam

"Mamah mengerti jika kalian bertengkar selesaikanlah dengan baik. Mamah tak ingin ikut campur dengan urusan kalian, karna itu bukan urusan Mamah, tapi Mamah minta tolong sama kamu jangan buat Ana menangis, Mamah sudah membesarkannya dengan penuh kasih sayang, Mamah tak ingin melihat anak Mamah satu satunya menangis. Selesaikan baik- baik Chris Mamah sudah mempercayakanmu gunakan kepercayaan Mamah sebaik mungkin"

"Aku minta maaf Mah karna aku Ana menangis, aku minta maaf tak bisa menjaganya dengan baik, sebaik mamah menjaganya saat ia kecil, aku minta maaf, tapi maaf mah aku tak bisa berjanji untuk tidak membuatnya menangis karna jika ia menangis mau dengan kesalahanku atau bukan itu sama saja melanggar janji ku untuk tidak membuatnya menangis" ucapku sembari berlutut dihadapannya.

ARIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang