Bagian 9

62 0 0
                                    

Arianna Pov

Setelah kejadian ketika Reyhan meminta maaf padaku dan pada akhirnya tertidur disampingku. Ku putuskan untuk bangun karna sedari tadi yang bisa kulakukan saat ia memelukku aku hanya dapat menangis.

Kulangkahkan kaki ku menuju kamar mandi yang berada didalam kamarku. Ku lihat diriku didepan cermin. 'Kau sangat kacau Ana' otakku kini mulai angkat bicara.

Setelah selesai dengan acara mandi dan memakai baju. Aku segera menuju ke dapur untuk menyegarkan tenggorokanku yang kering sejak aku mandi tadi. Ku jalankan tubuhku menuju dapur. Ku lihat Mamah sedang sibuk menyiapkan makan malam yang akan segera dilaksanakan. Mengingat jam sudah menunjukan pukul 18.30 dimana sebentar lagi akan memasuki jam makan malam.

"Kau sudah bangun Ana?" ucap mamah.

Aku hanya diam. Sambil mengambil air putih yang ada dalam kulkas. Dan menengguknya dengan cepat. Seperti tak menemukan air dalam jangka waktu yang panjang. Ku lihat mamah sedang berkutik dengan perlatan dapurnya. Aku tak marah padanya hanya saja rasa kekecewaan itu datang kembali. Mengingat kejadian tadi tentang Mamaah yang lebih memilih memberikan surat peringatanku kepada Reyhan. Daripada ia yang datang langsung menghadap ke sekolahku.

Tiba- tiba datang Ayahku. Yang tak ku tahu datang darimana karna pikiranku sibuk dengan kejadian tadi siang.

"Hay sayang" ucap Ayah tanpa banyak bicara aku langsung berlari dan  menghambur kedalam pelukannya.

"Ayah baru pulang?" aku menyayanginya selain dia Ayahku ia adalah tempat dimana aku bercerita keluh kesahku.

"Iyah, dimana suamimu? Dan ngomong-ngomong tumben sekali kau kemari, apakah ada masalah sayang?" ucapnya

"Dia sedang tidur Ayah, apakah aku tak boleh kemari dan hanya boleh kemari saat aku sedang ada masalah saja?" aku mulai memanyunkan diriku.

"Bukan maksud Ayah seperti itu sayang, hanya saja, tumben sekali kau datang kemari disaat hari-hari sibuk seperti ini, mengingat suamimu CEO di perusahaannya. Dan tentu saja kau dapat kemari kapan saja karna ini adalah rumahmu. Jadi jangan memanyunkan bibir mu begitu kau terlihat seperti anak kecil" kini Ayah mulai mengeluarkan puppy eyesnya.

"Aku tak akan memanyunkan Ayah, jika Ayah mau membelikanku es krim bagaimana?" ucapku dengan semangat.

"Bagaimana yah?" kini Ayah mulai berfikir sambil mengerutkan keningnya. Anggaplah aku kekanakan. Namun apa peduliku.

"Ayolah Ayah" aku mulai membujuknya dan mulai duduk dipangkuannya.

"Baiklah untuk putri Ayah yang cantik ini nanti akan Ayah berikan es krim untukmu" ucapnya kini membuatku bertambah semangat.

"Terimakasih Ayah aku mencintaimu. Pergilah mandi Ayah kau terlihat kelelahan setelah Ayah selesai mandi. Ayo kita makan bersama" ucapku kini mulai mencium pipi Ayahku.

Mamah sudah sudah menata makanan di meja makan. Ku dekati ia,

"Untuk kali ini Mah. Ku mohon jangan beritahukan kepada Ayah bahwa aku mempunyai masalah bersama Reyhan dan lebih memilih untuk menginap disini" ucapku.

"Mamah tak akan bilang kepada Ayahmu. Sekarang, pergilah kekamar bangunkan suamimu" ucapnya lembut.

Setelah berbicara dengan Mamah aku langsung menuju kamarku. Berniat untuk membangunkan Reyhan.

Sesampainya disana sebelum aku membangunkan dia. Aku lebih memilih untuk menyiapkan pakaian yang akan ia gunakan.

Kami jarang menginap disini tetapi kami slalu menyediakan perlengkapan menginap disini seperti bajuku dan baju Reyhan. Agar tak perlu repot-repot membawa barang jika kami menginap disini.

ARIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang