Kubuka mataku secara perlahan. Kurasakan sakit di sekujur tubuhku terutama di bagian perut. Kuusap perutku yang kini terasa hampa.
"Kau sudah bangun?" Reyhan kini mulai mendekati ku.
"Sejak kapan?" lanjutnya yang dibarengi dengan duduknya ia disampingku.
"Apanya?"
"Kau hamil"
"Bukan urusanmu"
"Maafkan aku" dia mulai mengangkat tanganku dan menggenggam nya.
"Apa maksudmu?" aku hanya dapat memegang perutku yang masih rata. Ku lihat arah matanya yang terus menatap perut ku.
"Kau berbohong bukan?" tanyaku yang tak percaya jika aku kehilangan bayiku.
'Katakan padaku bahwa kau berbohong Han. Kumohon'
"Maaf" katanya.
Seketika itu pula tangis ku pecah.
"Kau berbohong Han, dia masih ada bukan? Dia baik-baik saja kan Han? Aku dapat merasakannya Han, dia masih ada dalam perutku, dia baik-baik saja. Ini sungguh tak lucu Han" aku memegang jas yang ia gunakan, menariknya agar ia jujur padaku.
"Maafkan aku yang tak bisa menjaga kalian. Maafkan aku Ana" dia langsung memelukku dengan sangat erat.
Sebisa mungkin aku melepaskan pelukannya. Hingga akhirnya terlepas. ku cabut infus yang masih menancap pada tangan kananku. Akupun berdiri dan memojokan tubuhku pada dinding rumah sakit. Tak lupa juga ku ambil pisau buah yang berada disamping nakas.
"Kumohon jangan seperti ini Ana" ucapnya yang dibarengi dengan datangnya Mamah, Ayah dan kedua mertuaku.
"Mah katakan padaku, kumohon, katakan bahwa anakku baik-baik saja Mah" kataku kepada mereka.
"Kau harus menerima nya sayang" Mamah menangis dalam pelukan Ayah. Begitupun Mamah mertuaku.
"Mengapa kalian melakukannya padaku? Apa salahku pada kalian? akan kulakukan apapun untuk kalian, tapi bisakah, kalian tak mengambil anakku? Hanya dia yang paling berarti untukku. Ambil saja nyawaku Tuhan, jangan nyawa anakku, dia pantas untuk hidup" tangis ku semakin pecah.
"Ana?" Reyhan kini mulai berjalan mendekati ku.
"Diam!!! Jika bukan karnamu dan selingkuhan mu itu, anakku tak akan mati. Sialan!! Pembunuh!!" teriakku.
"Jangan mendekat. Atau aku tak segan untuk melukai pergelangan tanganku " kataku sambil mengarahkan pisau buah tersebut kearah tanganku.
Baru saja aku ingin menggoreskan tanganku. sebuah Tangan merebut pisau tersebut. Darah segar mengalir begitu saja dilantai. Bukan darahku tapi darah Reyhan.
"Kau berdarah" Aku langsung mengambil tangannya dan menuntunnya untuk duduk.
Tak lama seorang dokter dan seorang suster datang menghampiri kami.
"Bolehkah aku minta kotak P3K?" tanyaku pada sang dokter.
"Untuk apa?"
"Kurasa pekerjaan mu hanya untuk memeriksa pasien. Bukan untuk mencampuri urusan pasien" tak lama kemudian datang seorang suster membawa kotak yang kuinginkan.
"Biar Mamah saja sayang" Mamah yang mulai mendekati ku.
"Aku istrinya. Aku yang berhak melayaninya" Reyhan kini tersenyum tangannya mulai ingin menyentuh ku tapi tanganku dengan cepat menepisnya.
"Jangan menyentuh ku" kataku dingin.
"Aku minta maaf Ana"
"Aku sudah memaafkanmu bahkan sebelum kau melakukan nya. Lagipula bukankah ini sudah biasa? Kau membuat ulah aku memaafkanmu"