Sesudah mendapatkan arahan dari guru piket dan guru Konseling. Kini aku sudah berada di depan pintu ruang kelas. Kelas yang akan menjadi tempatku menggali ilmu selama satu setengah tahun ini.
Tok.. Tokk
"Permisi Bu saya Januar Dico Dermawan tadi saya disuruh kesini sama Bu Gadis guru Konseling" kupandangi seluruh ruangan yang berada disini.
Mataku terpaku pada sosok wanita yang sedari tadi Seperti tak berniat melihat apapun. Tak seperti teman-temannya yang lain yang sudah menatapku sejak aku masuk.
"Oh kau murid baru yah pindahan dari Bandung? Masuklah, ibu sudah menunggumu sejak tadi" aku memutuskan untuk masuk kedalam kelas tersebut.
"Nama Ibu Icha. Ibu mengajar pelajaran B. Indonesia disini. Silahkan perkenalkan dirimu Nak" tanpa berbasa basi aku mulai mengenalkan diriku.
"Nama gua Januar Dico Dermawan. Kalian bisa manggil gua Dico ataupun Januar. Gua pindahan dari bandung. Ada pertanyaan ?" ucapku.
"Apa Kau sudah punya pacar?" tanya seorang siswa yang tak ku ketahui namanya. Aku hanya dapat tertawa.
Aku menemukan sosok yang sudah lama ini menjadi temanku. Danang. Yah siapa lagi jika bukan si beruang kutub itu.
"Kebetulan Ariana duduk sendiri kau bisa duduk disampingnya Dico" ucap sang guru yang kini tersenyum padaku.
"Silahkan duduk disini. Aku akan pergi ketika kau duduk" dia mengucapkannya dengan lantang.
"Kau tidak boleh berkata seperti itu Ana" guru itu kini membelaku.
"Ketika seseorang menyuruh kita melakukan sesuatu yang mengganggu kenyamanan kita, tidak bolehkah kita memberi pendapat? Aku tak ingin duduk dengannya Ibu dapat memindahkannya duduk dengan siapapun tetapi tidak denganku" itu kalimat terpanjang yang dapat kudengar selama aku bertemu dengannya.
"Maafkan Ana yah Dico dia memang seperti itu"
"Tak apa Bu. Saya dapat mengerti"
"Sombong banget si Ana" kudengar suara teman Ana yang kini mulai banyak berbisik tentangnya.
"Ok baiklah. Cindy kau duduk dengan Ana dan kau Dico bisa duduk dengan Danang" mendengar perkataan guru tersebut dengan langkah tegap aku langsung menghampirinya dan memberinya tos ala ala anak jantan.
"Hai bro" ucapku yang langsung ditertawakannya.
"Kenapa lu?" tanyaku yang dijawab dengan senyuman kecil.
"Jijik banget Nang muka lu tuh kaya muka-muka belom coli tau gak" lanjut ku.
"Setan!" dan seketika itu tawaku meledak.
******
Ariana Pov
Pelajaran Bu Icha sangat membosankan bagiku ntah mengapa hari ini aku merasa sangat lelah. Sudah ku katakan bahwa kemarin Reyhan menepati janjinya untuk berlibur?
Yah kami kemarin berlibur ke salah satu pantai yang berada dikawasan serang. Ntah mengapa kemarin aku merasa jika saat itu waktu ingin ku hentikan.
Menikmati sunset bersama orang terkasih. Menikmati ombak yang secara tidak langsung membuatku hanyut akan indahnya Ciptaan Tuhan. Hingga terpaan angin membawa segala masalah yang ku hadapi hilang.
Teet...
Bel istirahat berbunyi menyadarkan ku kepada dunia nyata.
"Makan yuk laper nih" ucap Tika.
"Ana nanti mau makan apa?" tanya Amel.
"Gak tau liat nanti aja" balasku.
"Yok lah kantin makan. Perut minta diisi dari tadi" Febri kini angkat bicara.
Ntahlah aku harus mensyukuri atau tidak karna memiliki teman seperti mereka. Aku memang tak menganggap mereka sahabat. Kalian tahu mengapa? Karna setiap luka yang ditorehkan terhadap sahabat jauh lebih menyakitkan dibandingkan teman.
Aku memiliki pengalaman buruk tentang mempunyai sahabat. Dulu aku memiliki sahabat yang sangat dekat namanya Cintya. Aku sangat mensyukuri mempunyai teman semacam dia. Dia sangat berharga bagiku. Dia mengetahui segala kelu kisah ku. Dia mengetahui bagaimana tipe laki-laki yang aku suka. Saat itu aku memiliki kekasih bernama Gery kalian pasti sudah mengetahuinya. Hubungan kami berjalan dengan sangat baik akupun slalu menceritakan tentang Gery ke Cintya.
Hingga akhirnya kami memiliki teman baru. Tidak dikatakan baru karna dia satu SMP dengan kami hanya saja mereka berdua baru dekat dengan kami. Disitulah hubungan kami merenggang. Entah apa yang dikatakan mereka berdua hingga Cintya perlahan menjauh dariku. Berbagai hal telah kulakukan untuk memperbaiki hubungan kami.
Aku mencoba. meminta maaf walau aku tak tau apa salahku. Mencoba mencari dimana letak salahku. Hingga dia mengirimi pesan untuk dan mengatakan bahwa.
'Kau slalu saja membicarakan lelaki mu. Apapun yang kami bicarakan kau slalu mengaitkannya dengan lelakimu. Kau pun tak memiliki waktu lagi untuk kami'
Alasan klasik yang membuatku tertawa. Aku slalu mencoba membagi Waktu untuknya. Jika itu yang dipermasalahkan lalu mengapa kau mengatakannya setelah kau memiliki teman baru? Mengapa tidak kau katakan saat mereka tak ada? Aku terus tersenyum.
Setelah 6bulan aku jauh darinya dan hubunganku dengan Gery yang semula baik baik saja juga memburuk ntah mengapa. Aku tak tau itu.
Hingga tak berapa lama. Gery menemui ku dan mengatakan alasan yang menurutku tak jelas. Dan langsung memutuskan hubungan kami. Dua minggu hubungan kami berakhir. Banyak gosip tentang mantan sahabatku Cinthya berpacaran dengan mantan kekasihku Gery. Awalnya aku tak mempercayai itu namun kenyataan pahit menimpaku tentang gosip yang beredar menjadi kenyataan. Gery berpacaran dengan Cinthya.
Ntah mengapa aku hanya dapat tertawa saat itu, air mataku hanya dapat mengalir tanpa dibarengi dengan isakan.
Apakah kalian bertanya jika mereka melihatku atau tidak? jawabannya adalah iyah mereka melihatku tapi mereka seolah-olah tak peduli.
"Kalian ke kantin duluan. Gua ada urusan" ucapku yang langsung pergi meninggalkan mereka dan berjalan menuju bangunan yang tak terpakai yabg berada dilaintai paling atas sekolah ini.
Ntah mengapa saat berada disini bebanku berkurang. Tenang yang kurasakan saat ini.
"Kau menyukai tempat seperti ini?" ntah suara siapa aku tak memperdulikannya karna aku hanya butuh ketenangan saat ini.
"AKu pun menyukainya. Disini lebih tenang. Daripada dikelas" lanjutnya.
"Ana?" panggilnya aku hanya diam.
"Mengapa kau tidak ingin duduk denganku?" tanyanya yang kurasa sedikit mengganggu ketenangan ku.
"Jika kau sudah selesai berbicara. Pergilah. Keberadaanmu mengganggu ketenangan ku" jawabku sinis.
"Aku minta maaf soal pertemuan kita yang slalu tak baik" ucapnya.
"Aku tak peduli. Pergilah"
"Apakah yang kemarin itu kakakmu?"
"Bukan urusanmu" saat kulihat wajahnya dan dia adalah Dico murid baru.
"Mengapa kau sangat dingin? Padahal jika saja kau tersenyum sedikit. Kau akan terlihat sangat cantik" ucapnya.
"Tak usah mengurusi hidup orang lain. urusi saja hidupmu" aku tak menyukainya jujur karna menurutku ia terlalu banyak bicara.
******
Next? Ini part absurd sangat. Gua rasa. Gak ada pemikiran sama sekali buat nulis tapi pengen publish.
Thanks for readyng. Don't forget like+coment and one more follow my account.
@eebbii0101_