Ariana Pov
Aku tak langsung pulang tetapi malah mendatangi kantor Reyhan. Jika kalian bertanya mengapa aku datang kekantor Reyhan, jawabannya adalah memberikan surat peringatanku untuknya.
Ku masuki gedung tinggi bernama Ferdiansyah Corp.
"Nona" sapa resepsionis dikantor Reyhan. Aku hanya dapat membalasnya dengan senyuman. Aku malas berbicara.
Kini aku berada didalam lift. Lift yang akan mengantarku keruangan Reyhan.
Ting..
Belum sempat aku melangkah aku sudah berpapasan dengan Zaskia-Sekertaris Reyhan.
"Reyhan ada di ruangannya?" tanya aku padanya to the point. Sudah ku bilang bukan aku sedang malas berbicara.
"Emmm... Itu... Nona .. Ba.. Pa.. Bapa.. Emm"
"Aku akan kedalam" saat aku ingin memegang pintu.
"Apa Nona sudah makan?. Jika belum ayok kita makan bersama. Lagi pula bukannya ini sudah memasuki jam makan siang?" ia memegang tanganku. Aku tau ada yang tidak beres didalam ruangan Reyhan.
"Aku tak lapar. Terimakasih untuk ajaknmu" saat aku ingin ku buka samar-samar aku mendengar suara perempuan.
"Nona. Anda terluka astaga mengapa bisa?" ucapnya mengalihkan pendengaranku. Ku tatap tajam matanya. Dia hanya menundukan kepalanya.
"Maaf" ucap Zaskia.
"Akh. Rey... Faster.. Baby. Ohhh.. Kau.. Sa.. Ngat. Hot sa.. Yang."
"Sebut namaku lagi sayang.. Akh."
"Rey.. Ak.. Ku.. Da.. Tang"
Tubuhku menegang. Hatiku hancur melihat pemandangan didepan. Pandangan yang tak kusangka telah terjadi. Reyhan sedang bercumbu dengan gadis lain. Ku alihkan pandanganku. Air mataku sudah menggenang.
"Baiklah sepertinya aku harus pergi. Zaskia bisa kau tutup mulut tentang kedatanganku?" tanyaku pada Zaskia. Mataku sudah mulai samar karna tertutup air mata yang menggenang.
"Maaf Nona"
"Ana?" samar kudengar suara seseorang yang ku kenali Reyhan yah mungkin sekarang ia mengejarku.
Tak ku pedulikan ucapan maafnya. Sesak, itu yang ada di hatiku. Aku berlari sekuat yang aku bisa. Tak peduli tatapan orang lain padaku. Yang aku butuhkan sekarang adalah kesendiri.
Ku masuki mobilku. Ku jalankan dengan kecepatan penuh.
******
*Reyhan Pov
Aku bangun dengan suasana hati yang tak enak. Ku edarkan pandanganku mencari sosok Ariana. 'Kemana dia' ucapku. Astaga aku mengingatnya. Bukankah kami semalam bertengkar.
Setelah kesadaran ku kembali aku mulai membuka mataku. Ku edarkan mataku ke arah tempat yang semalam ku gunakan untuk tidur.
"Apa Nona, baik - baik saja?" samar-samar ku dengar menanyai keadaannya.
"Makananmu sangat enak Jeni bisakah kau buatkan lagi untukku bawa ke sekolah. Aku sangat menyukai masakanmu." ucap Ana yang ku ketahui sedang menghalangi pembicaraan untuk menutupi kesedihannya. Aku melihatnya ya aku Melihat Ana dengan air mata yang menggenangi pelupuk matanya. Ia tak menyadari kehadiranku yang sedari tadi melihatnya.
"Baik Nona. Akan saya siapkan"
Aku mulai menuruni tangga yang akan menghubungkan ku langsung keruang tamu.