Bagian 20

34 1 0
                                    

Aku sudah bolak-balik tiga kali ke dalam kamar mandi karna mual yang terus kurasakan disaat jam pertama pelajaran berlangsung.

"Lu gapapa Na?" tanya Febri yang berada di depan meja tempatku belajar.

"Ke UKS aja yuk. Muka lu pucet banget. Padahal masih pagi lo Na. Lu udah sakit aja" yang langsung disambar oleh Nefi.

Sudah dua hari ini, aku merasakan mual yang begitu parah. Nafsu makan ku pun turun naik, kadang sangat banyak kadang juga tak ingin makan sama sekali. Akupun bahkan sangat manja dengan Reyhan tak ingin ditinggalkannya barang sedetikpun. Terkadang juga aku ingin makan sesuatu saat tengah malam, dan aku tak ingin tahu bagaimana cara mendapatkannya karna yang aku tahu aku ingin makan-makanan tersebut.

*******

"Kalian lari dulu sebentar baru kita stretching" ucap guru olahraga ku.

Pelajaran kedua sudah dimulai dimana pelajaran ini adalah pelajaran yang kusukai karna tak perlu sama sekali berpikir menggunakan otak ya, apalagi jika bukan pelajaran olahraga.

"Yakin Na gamau ijin aja terus pergi ke UKS aja? Lu pucet banget tau. Badan lu juga panas" kata putri yang memegang keningku yang lumayan panas.

"Amel ijinin mau Na? Amel ko yang bakal bilang ke gurunya"

"Gapapa, bentar lagi juga sembuh" aku senyum kepada mereka. Meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja.

"Tapi nanti kalo lu udah gak kuat, lu bilang yah nanti kita-kita yang ijinin lu" ucap Sartika.

"Iyah"

Aku lari secara perlahan untuk mengikuti instruksi dari guruku tersebut. Namun rasa pusing karna keadaanku dan keadaan matahari yang lumayan terik membuatku sakit kepala yang begitu hebat hingga semua pandangan yang kulihat memudar dan tubuhku lunglai.

*******

Aku membuka mata dan hal yang ku lihat pertama kali adalah sebuah ruangan yang berbau obat-obatan, aku tak tau ini dimana. Karna pada saat aku ingin bangun dari tempat tidur itu, kepalaku kembali berdenyut dengan sangat kencang.

"Lu udah bangun?" aku menengok kearah sumber suara tersebut. Dan dia Dico ternyata.

"Lu yang bawa gua kesini?" tanyaku.

"Maybe" jawabnya.

"Thank's"

"urwell"

"Nih makanan lu makan dulu aja" ia memberikan sebungkus roti kepadaku yang tak lama ku ambil dan ku makan.

"Lu mau gua anter pulang? kebetulan rumah kita kan searah belom lagi kan keadaan lu masih belom pulih banget juga kan" Lanjutnya.

"Gausah makasih. Gua balik sendiri aja"

"Beneran?"

"iya. Tolong ijinin gua ya"

Aku memutuskan untuk pulang. Lebih baik dibandingkan harus menyusahkan orang lain. Aku memesan salah satu taksi online untuk mengantar ku pergi ke suatu tempat.

"Dengan Mba Arianna ya? Tujuannya Rumah Sakit Medika yah Mba?" tanya sang supir Taksi yang tiba-tiba datang.

"Iya Pak" Jawabku yang langsung memasuki kursi penumpang.

"Emang lagi ulangan yah Mba? Ko tumben banget anak sekolah jam segini udah pulang?" Tanya sang supir.

"Lagi kurang enak badan Pak, makannya udah pulang" jawabku.

"Oh gitu. Kita lewat sana aja yah mba biar cepet" tunjuk sang supir.

"Iyah"

Selama perjalanan menuju Rumah Sakit. Aku hanya dapat diam dan menghayati sakit yang aku dapatkan. Ntah pikiran darimana. Aku ingin pergi kerumah sakit. Karna kurasa tidak mungkin aku sakit sampai selama ini. Biasanya aku sakit paling lama hanya dua hari. Tapi ini. Bahkan sudah empat hari badan ku tidak enak.

ARIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang