Ariana POV
"Aku menyukaimu tidak bahkan menyayangimu"
Tubuhku membeku seketika. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku.
"Jangan memintaku untuk menjauh, aku sudah bersusah payah mendekati mu. Jangan biarkan usahaku menjadi sia-sia Ana. Jika memang kau belum bisa membalas perasaanku. Setidaknya biarkan aku berada di dekatmu. Tak perlu mendengarkan orang lain. Karna aku disini untuk melindungi mu" katanya yang sejak tadi memegangi bahuku, dan mulai membawa tubuhku kedalam pelukannya.
Aku masih diam dalam keterbekuanku saat dia memelukku. Tak tau harus berbuat apa. Karna jujur aku bingung harus bagaimana.
"Jangan memintaku menjauh, karna semakin lama kau meminta ku menjauh, semakin lama juga aku harus terbiasa tanpa kehadiranmu" lanjutnya.
"Pergilah ke kelas" kataku parau.
*****
Aku sudah berada dirumahku. Merebahkan tubuhku di atas kasur kesayanganku, dan melihat secarik surat yang Mamah Reyhan titipkan pada Mamahku.
Kubuka surat tersebut dan mulai membacanya.
'Hai Ana..
Ini aku Reyhan. Lelaki brengsek yang sudah menyia-nyiakan mu. Apa kabarmu?. Ku harap kau baik.aku ingin meminta maaf padamu, karna slama ini aku sudah menyembunyikan rumah anak kita? Kau ingat? Tentu saja kau ingat kau adalah ibunya.
Aku berterimakasih padamu, terimakasih sudah mau menjadi teman hidupku, walau hanya sebentar. Aku menyesal menyia-nyiakan mu Ana. Sangat menyesal. Aku tersiksa tanpamu.
Terimakasih Ana. Sudah mau menjadi ibu dari anakku. Walau aku tau mungkin dia sangat membenciku, karna aku tak bisa menjagamu dan menjaganya.
Datanglah kerumahnya. Temui dia. Sejak dia tidak ada kau belum pernah bukan menjenguknya?. Aku yakin dia merindukanmu. sangat, sama seperti aku yang merindukanmu. Alamatnya berada di belakang surat ini.
berbahagialah dengan kehidupan yang sekarang Ana. Aku mencintaimu, sangat.'
Tangisku kini tak dapat kubendung lagi. Mengingat semua kejadian yang ku lalui bersama Reyhan. tanpa banyak kata lagi akupun mencari kunci mobil dan bergegas pergi menuju rumah Reyhan.
Aku sudah sampai dirumahnya. Rumah yang menjadi saksi tentang baik buruknya pernikahanku dengan Reyhan. Rumah yang menjadi saksi betapa terpuruknya aku kehilangan anakku.
Tak mau terlalu larut dalam pikiranku. Baru saja aku ingin mengetuk pintu tiba-tiba.
'Praaangg'
Kudengar suara beling terlempar dengan begitu keras. Takut terjadi sesuatu didalam akupun langsung mengetuk pintu rumah tersebut.
"Jeny. Kau ada didalam buka pintunya" satu teriakan tak membuat orang yang ada didalam segera membuka pintu.
"Jeny? Buka pintunya"
"Siapapun kumohon buka pintunya"
'Pranngggg' suara itu kembali terdengar. Menambah kepanikanku.
Hingga tak berapa lama Jeny membuka pintu rumah Reyhan.
"Nona? maaf Nona"
Tanpa banyak bertanya ku langkah kan kakiku masuk kedalam. Kulihat kekacauan didalam rumah. Beling bertebaran dimana-mana. Sofa yang dulu kurawat kini sudah tak berbentuk.
"Dimana Reyhan?" kataku.
"Tuan di kamar Nona"
"Kemana yang lain? Mengapa rumah jadi kacau seperti ini?" kataku marah.