Bagian 23

35 0 0
                                    

Hari ini adalah hari pertamaku untuk memberi kesempatan pada Reyhan. Aku tak mengerti mengapa aku mengiyakan saat ia meminta kesempatan.

"Pagi?" ucap Reyhan yng tak kuketahui bangun pukul berapa, karna biasanya justru aku yang bangun pagi.

"Pagi" kataku dibarengi dengan senyuman dan kecupan yang ku terima dari Reyhan.

"Ingin berenang?"

"Tidak, kau tak lupa pada kondisi ku kan?"

"Baiklah. Bagaimana jika berjalan ke taman yang berada di perumahan ini?"

"Baiklah"

Setelah mengatakan hal tersebut, akupun pergi ke taman tersebut dengan di dorong nya aku di kursi roda.

"Aku melupakan fakta bahwa kau belum sarapan"

"Kau ingin makan apa ?" lanjutnya.

"Aku tak ingin makan makan" kurasakan kursi ku berhenti. Kulihat Reyhan kini bersimpuh dihadapan ku.

"Kau belum makan dan kau harus makan"

"Jika aku masih mengandung. Mungkin perutku akan sebesar dia" tunjukku pada seorang ibu yang sedang mengelus perutnya di taman.

"Dan anak kita akan berlari-lari seperti anak-anak itu" air mataku mulai memanas.

" Siapa nama anak kita Han?" tanyaku pada Reyhan.

"Christian Alexander Fernando"

"Apa ia tampan?"

"Dia sangat tampan, dia juga kuat sama sepertimu. Hanya saja Tuhan lebih ingin Xander ikut dengan-Nya bukan dengan kita. Berhentilah menangis, ia akan sedih jika ibunya pun bersedih" Merasa mengerti dengan ucapan Reyhan akupun berhenti menangis dan tersenyum.

"Kau benar. Aku ingin pulang dan berenang"

"Kau bilang tadi tak ingin berenang"

"Itu tadi bukan sekarang"

"Aku tak mau"

"Yasudah aku bisa berenang dengan Jeni"

"Baiklah Princess kau menang" tawaku pecah seketika saat Reyhan menyerah dengan adu mulut kami yang terdengar kekanakan.

"aku ingin makan?" Ujarku.

"Kau ingin makan apa sayang?"

"McDonald"

"Baiklah. Ayo kita pulang lalu pergi ke  McDonald dan berenang"

Aku dan Reyhan kini sedang berada dalam mobil Reyhan. Membelah jalanan untuk menemukan Mc. Donald yang inginkan. sebenarnya kita sudah banyak menemukan restoran cepat saji tersebut hanya saja aku slalu menolaknya. Kalian tau karna apa? Karna aku tak ingin restoran tersebut memiliki pengunjung yang didominasi dengan anak-anak. Setiap kali aku mengingat kata anak-anak suasana hatiku langsung berubah menjadi sedih.

Hingga akhirnya aku menunjuk salah satu Mc. Donald.

"Kau ingin Mc. Donald yang itu?" Kuanggukan kepalaku saat Reyhan bertanya.

"Baiklah. Ayo"

Sesampainya disana. Sebisa mungkin aku berjalan tanpa adanya kursi roda walau ngilu yang kurasakan. Reyhan dengan setia menuntuntuku hingga sampai di tempat duduk yang kami pilih.

"Kau ingin apa?" tanyanya yang berjongkok dihadapan ku sambil mengusap kepalaku.

"Samain" kataku.

"Tunggu disini aku akan segera kembali"

Kulihat sekelilingku. Tak banyak orang yang berada disini hanya sebagian anak remaja seumuranku memakai seragam dan seorang orang tua yang sedang membujuk anaknya yang sedang bermain bola kecil.

"Boleh aku meminta bola ku Kakak? Tanya seorang anak lelaki yang kini mainan nya berada dalam genggamanku.

"Ini. Boleh aku bertanya namamu?" tanyaku. Mataku memanas seketika.

"Namaku Andrian Roby. Kakak boleh memanggilku Roby. Kalau Kakak siapa namanya?" Dia menggemaskan. Tanpa ku sadari aku memegang perutku, mengelusnya perlahan.

"Apa Kakak sakit? Kakak terus memegang perut sejak tadi dan lihat kakak menangis. Apa perut kakak sangat sakit? Aku akan memanggil Mamahku jika begitu agar kakak dapat dibawa Mamahku kerumah sakit" kini dia membawa tangannya kearah wajahku menghapus jejak air mataku.

"Namaku Arianna. Kakak baik-baik saja. Roby apakah kakak boleh memelukmu?"

"Tentu" sesudah mengatakan itu aku langsung memeluknya. Kurasakan hangatnya tubuh mungil tersebut. Kuhirup wangi anak kecil yang menempel di badannya.

"Jangan menangis yah Kakak cantik. Mamahku bilang jika kita ingin menjadi besar kita tak boleh menangis. Karna Kakak canti sudah besar maka dari itu Kakak cantik tak boleh menangis" sebuah senyum aku layangkan padanya.

"Aku harus pergi. Terimakasih Kakak cantik. Jika aku sudah besar nanti dan tubuhku lebih dari tinggi dirimu lalu kita bertemu. Bolehkah aku menikahimu?" aku kaget seketika karna ia tiba-tiba mengatakannya tapi senyumankupun mengembang.

"Tentu" ia pun langsung pergi meninggalkan aku sendiri.

Kulihat Reyhan sudah menuju ke arah ku dengan membawa berbagai jenis makanan untuk kami berdua.

"Makanlah" katanya. Kuambil bagianku dan ku makan dengan begitu lahap hingga makanan tersebut nyaris habis.

"Kau tak menghabiskannya?" tanyanya.

"Aku sudah kenyang" kataku dengan senyuman.

Sesudah makan kamipun langsung pergi untuk mengistirahatkan tubuh kami. Aku hanya dapat diam didalam mobil sambil mendengarkan radio yang kunyalakan. Kulirik Reyhan yang sedang serius mengendarai mobil. Dan perlahan berhenti karna adanya lampu merah.

Tak tau mendapat dorongan darimana. Aku langsung menarik tengkuknya menciumnya dalam. Awalnya dia tak membalas namun lama kelamaan ia membalas lumatanku. Memiringkan kepalanya dari mulai kekiri dan kekanan. Mengabsen seluruh isi dalam mulutku. Memainkan lidahnya dengan sangat intens dan mulai menuntunku menuju pangkuannya.

Merasa puas dengan bibirnya. Aku langsung menurunkan bibirku ke leher nya. Mengecup dan menghisapnya hingga kulihat tanda kepemilikan disana yang kubuat.

"Ahh" desahnya membuatku bertambah semangat untuk mencumbunya.

Tak puas dengan hanya satu  membuat tanda, ku lanjutkan hingga beberapa tempat.

'Tinnnnn....'

Suara kelackson mobil lain menyadarkan Reyhan dari alam sadarnya.

"Kumohon berhentilah Ana kita sedang berada dijalan. Aku tak ingin kau terluka" mendengar pengakuannya akupun menghentikan aksuku dan mulai menyandarkan kepalaku di dadanya menghirupnya dalam.

Sampai kami sudah berada di depan gerbang rumah kami. Kulihat Reyhan yang sedang mengaca di spion dalam mobilnya. Melihat perbuatanku yang membuat lumayan banyak tanda.

Aku masih bersembunyi di dadanya dalam pangkuan. Ia mulai mengangkatku. Menggendong layaknya bayi berusia delapan bulan. Kakiku bertengger manis di pinggang nya. Dapat kurasakan ereksinya mengeras namun yang kulakukan hanya diam sejak dia memperingati ku entahlah aku bingung harus berbicara apa.

Reyhan membawaku kedalam kamar. Dia lalu menutupnya dan mulai menciumku yang dapat kuketahui dipenuhi dengan gairah yang menggelora. Aku hanya dapat mengikuti alurnya.

Hingga dia membawaku ke kasur dan terjadilah pergulatan panas setelah aku kehilangan anakku.

💐💐💐💐
Tbc

Thanks for reading don't forget vote + comment Typo bertebaran

Follow my account wattpad and my account instagram

Ig;@eebbiii0101_

ARIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang