Dico Pov
Hari ini adalah hari dimana aku meninggalkan kota kelahiranku yaitu kota Bandung untuk mengikuti sang Papah.
Kini kulihat ke4 sahabatku datang termasuk Danang yang kini menetap di Tangerang.
"Berangkat kapan lo" tanya Lala.
"Bentar lagi" jawabku.
"Oh" ujar Lala.
"Jaga diri lu baik-baik yah disini. Jangan bandel. Gua akan sesering mungkin dateng kesini." Kini aku menghampirinya yang berada di taman.
"Lo juga jaga diri lu baik-baik disana gua akan jenguk lu. Kapan-kapan tapi. I cant miss you so much jaga kesehatan jangan bandel disana." Ucapnya yang kini membelai wajahku dengan lembut.
"No want to hug me dear?" Tanpa aba-aba diapun langsung memelukku dengan sangat erat.
"Woyy masih pagi" sibiang keladi datang. Siapa lagi jika bukan Edo, Vano, dan Danang sibiang kalem.
"Yang bilang udah siang siapa idung cacing" tanpa banyak bicara akupun langsung menggandeng Lala untuk masuk kedalam rumah kami.
"Udah waktunya sayang yuk" Mamah sudah memperingati.
"Gua pergi yah jaga Lala buat gua" ucapku ke yang lain yang dapat kulihat Lala menangis di pelukan Danang dan Vano yang tak jadi menangis karna senggolan Edo.
"Baik-baik disana" ucap Edo.
"Gua balik besok tiati yah" Danang kini angkat bicara.
"Gua sayang sama lo" Ucapan Lala yang membuatku kaget dan kubalas dengan senyuman.
"War" seketika Vano langsung memelukku. Dan tanpa disuruh akupun langsung melepaskannya.
"Lebay lo akh. Gua pergi yah" akupin langsung masuk kedalam mobil Papah.
Kini kami berada dalam perjalanan menuju Tangerang. Banyak hal yang kupikirkan selama perjalanan. Seperti apa kehidupanku di Tangerang dan bagaimana orang-orang sana apakah menerimaku atau tidak.
*****
Kini aku sudah sampai di rumah baruku. Tanpa banyak bicara akupun langsung mengambil barang-barang yang berada di bagasi dan memasuki rumah tersebut.
Ku masuki rumah baruku walaupun kenyataannya masih besaran rumah yang akan ku tempati sekarang.
"Ini rumah baru kita sayang kamu sukakan" Mamah mulai menanyakan kenyamanan. Aku hanya dapat tersenyum karna seberapa bagus rumah yang akan ku tempati tetap saja rumah yang menemaniku dari kecil hingga sekarang adalah rumah paling nyaman menurutku.
"Kau tak suka yah" tanya Mamah lagi yang kulihat ada seguratan sedih di wajahnya.
"Sudahlah Mah. Nanti dia akan terbiasa disini." Papah kini angkat bicara.
"Bener apa kata Papah. Aku kekamar yah" ucapku yang langsung pergi ke atas menuju ke kamarku.
"Not bad" kata ku. Kubuka jendela kamarku. Banyak orang yang berlalu lalang.
Tok.. Tok
Kudengar ketukan dan decitan pintu. Kulihat juga Papah yang mulai memasuki kamarku.
"Kau suka dengan kamar barumu?" Tanyanya padaku.
"Sepertinya" jawabku denganku tawa yang tak begitu kencang.
"Papah minta maaf karna memisahkanmu dari teman-temanmu Mamahmu sedaritadi tak tenang saat melihat wajahmu biasa saja saat masuk rumah baru kita" ternyata inilah alsan Papah kemari.