16. just a (best) friend to you

8.4K 1.4K 76
                                    

revisi: 12/05/2021

---

"diet lo?"

gue menatap andaruni yang tiba-tiba bertanya, lalu mengangguk. "iya,"

"ngapainnnnn? ini kita udah ngga diet-dietan lagi loh?" annisa nimbrung, menatap gue yang tengah meminum milo. iya, gue memang diet hari ini dan bener kata annisa, anak-anak udah mulai nyerah buat ngelakuin diet karena kecintaan mereka sama makanan ini ngga sebesar cinta mereka buat diet. gue setuju-setuju aja karena gue sendiri suka makan, tapi hari ini, gue memilih untuk diet.

"ya nggak pa-pa, cuma pingin aja." ujar gue, setelah itu kembali membalas chat mas moonbin sambil sesekali meminum minuman rasa coklat tersebut.

keadaan kantin sendiri sepi karena jam pelajaran masih berlangsung sementara kelasnya baru menyelesaikan pelajaran olah raga yang mana guru dari mata pelajaran yang satu ini suka menyelesaikan kelas lebih awal. kami bertujuh sendiri lebih memilih untuk berdiam sejenak sambil sesekali ngobrolin apa aja kejadian yang terjadi seminggu ini di sekolah. sebagai informasi, gue belom cerita sama sekali sama anak-anak sukses diet kalau mas moonbin nembak gue padahal udah dua hari berlalu. suprisingly haechan ngga dalam mode ember bocornya, sehingga setiap gue saling tatap sama cowok bersurai coklat itu, dia hanya menatap gue jahil.

"gue liat-liat makin mesra aja tuh jeno sama siyeon." moza mengganti topik, matanya sendiri menatap gue iseng. "cemburu kagak lu, dir?"

"lo tuh masih aja, moz!" el membela gue dengan memukul lengan moza pelan. gue sendiri hanya terkekeh, lalu menjawab.

"ngapain juga gue cemburu. gue sebagai temen dia tuh harusnya seneng karena dia bahagia—"

"kata seseorang yang nangis waktu cowok kesayangan dia nembak siyeon." annisa memotong ucapan gue, dan mendengar hal itu membuat anak-anak menatap gue nggak percaya.

"hah demi apa dira nangis? kapan?" dinda heboh.

bukan annisa, namun rara yang menjawab. "ya pas kalian turun ke lapangan buat nonton itu. pas banget ada haechan, udah deh nangis dira pas dipeluk dia."

"harus kah dibahas secara detail, ra?"

"wah gila gue kira elo temen gue, dir." andaruni menatap gue ngga terima setelah mendengar penjelasan rara. gue pun berdecak.

"kalau gue sama haechan, lo bakal ngerasain perang dunia sekarang."

"panjang umur, tuh ada jeno."

gue menahan diri untuk nggak memutar badan hanya untuk melihat cowok itu berjalan ke area kantin bareng anak-anak yang lain. well, terima kasih kepada kaca di seberang gue yang memantulkan siluet jeno sehingga membantu gue buat melihat dia tanpa harus membalikkan badan.

"hallo jeno!" sapa moza, diikuti andaruni dan el yang melambaikan tangannya.

jeno yang berjalan melewati tempat kita bertujuh duduk pun melambaikan tangannya ke mereka, lalu melihat gue yang tengah mengalihkan pandangan dari dia sebelum akhirnya berlalu ke salah satu warung. karena pertanyaan mami dua hari yang lalu, jeno nggak banyak ngomong selama nganterin gue pulang. selama perjalanan itu pula gue bersyukur kepada Tuhan karena setidaknya jeno nggak lagi-lagi nanya soal siapa orang yang gue suka. berabe juga kalau lidah gue kepleset dan nyebut nama dia, gue masih mau hidup dengan tenang!

"kaku banget lu kayak kanebo kering!" dinda berbisik ke gue, membuat gue mukul lengannya. pandangan gue tertuju ke punggung jeno bersamaan dengan rara yang ngajak kita buat balik ke kelas karena beberapa saat lagi bel pergantian jam akan berbunyi. mengiyakan, gue pun bangkit dari tempat duduk dan melangkah keluar dari area kantin—

diet // jeno nct [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang