13. patah hati

8K 1.3K 17
                                    

revisi: 10/05/20021

---

kabar soal jeno dan siyeon yang akhirnya berpacaran ini jadi topik hangat di kalangan siswa-siswi sma tujuh. di kelas pun, jeno jadi bahan ceng-cengan temen sekelas—termasuk sohib-sobihnya yang nggak ada abisnya buat ngebahas topik ini.

oh, kecuali haechan.

cowok itu keliatan banget ngehindarin jeno, dan jeno sendiri tampak biasa aja menyikapi sikap dingin haechan terhadapnya; membuat gue kepikiran sekaligus merasa nggak enak. kemarin cowok bersurai kecoklatan itu secara suka rela mengantar gue pulang dengan alasan rumah kita berdua deket sekalian mau ngobrol sebentar saat sampe di rumah. sampe di depan rumah, haechan lagi-lagi minta maaf karena membuat gue berada di posisi yang sulit. dia juga nggak menyangka kalau sahabatnya itu memilih siyeon setelah apa yang jeno ceritakan kepadanya selama ini.

"gak pa-pa, chan. lo nggak salah apa-apa, lo cuma bantu gue biar sadar sama perasaan gue sendiri, yah meskipun gue telat sadarnya tapi—"

ucapan gue yang niatnya menenangkan haechan tampak nggak berhasil karena wajah dan telinga cowok itu memerah, keliatan menahan amarah sehingga membuat gue panik. meskipun akhirnya gue berkata 'nggak pa-pa' puluhan kali, haechan cuma tertawa entah karena ada hal yang lucu atau dia cuma tertawa miris karena gue yang berusaha untuk menenangkan dia. setelah cowok seumuran gue itu pulang, gue mendapatkan fakta kalau mas vernon (iya, yang temennya mas seungkwan) menyukai siyeon dan patah hati karena cewek yang ia suka pacaran dengan cowok yang deket sama gue—pokoknya hari ini adalah hari ter-chaos yang pernah gue rasakan.

"lo ada masalah apa sama jeno?" gue mencoba bertanya sepelan mungkin ke haechan yang duduk di sebelah gue, nggak mau menarik perhatian dari siswa-siswi yang tengah mengisi perut atau sekedar ngobrol sama siswa-siswi lain di kantin.

"baik banget ye lu, orang matahin hati lo aja masih lo perhatiin—"

"enggak gitu!" pekik gue tertahan, "gue tau ya lo jauhan sama dia kayak gini tuh karena gue!"

"dih pe-de banget lo gue liat-liat?" iseng haechan, pun terkekeh pelan saat melihat gue yang ingin nonjok dia. "udah sih kagak usah pikirin gue sama jeno karena nggak lama lagi juga gue sama dia bakal baikan—jadi urusin aja perasaan lo sendiri, gue tau lo patah hati."

"tapi tetep aja..." gumam gue, lalu meminum pop ice rasa vanilla blue yang gue pesen beberapa saat lalu sambil menunggu annisa dan dinda yang masih 'berperang' di warung bu sumini untuk membeli ayam geprek, katanya sih nggak diet dulu karena udah lama nggak makan geprek yang terkenal enak seangkatan tersebut.

"gimana lo sama mas moonbin?" tanya haechan dan gue balas dengan menggidikkan bahu.

"biasa aja. kadang bales-balesan chat, kadang main game online bareng—udah sih gitu doang."

cowok di samping gue mengangguk, wajahnya sendiri nggak puas dengan jawaban gue. "mlempem banget. gue kira effort dia buat deketin lo gede, ternyata biasa aja, ya? mending lu sama gue aja gimana?"

"tau nggak sih gue tuh pingin banget jambak lo?" tanya gue, menatap malas haechan yang tersenyum miring.

"jambak aja kalo beran—ANJIR SAKIT!!!!!"

"salah sendiri nantang gue!"

"berantem mulu dah heran gue..." annisa duduk di hadapan gue dengan sepiring ayam geprek bu sumini diikuti dinda yang tampak sumringah karena berhasil mendapatkan makanan ini sebelum kehabisan.

"nggak makan juga lo?" tanya haechan kepada gue, dan gue balas dengan gelengan pelan.

"engga, masih kenyang gue."

"makan apa lu emang kenyang-kenyang?"

"makan hati," jawab gue seadanya, membuat cowok bersurai kecoklatan itu berdecak. "menurut lo? gue udah kenyang gara-gara minum pop ice."

"bohong, diet kan lo pasti?" dia menunjuk gue, "dimarahin jeno kapok lu!"

"lo tuh suka banget mancing ya chan?" dinda buka suara, menunjuk haechan dengan sendok di tangan kanannya. "udah tau temen lu patah hati gara-gara dia, masih aja diungkit-ungkit?"

"elu juga kenapa duduk di sini, deh? nggak sama temen-temen lu apa?" annisa ikut menimpali. gue sendiri menahan tawa melihat wajah masam haechan.

"lu ngusir gue apa gimana?"

"kurang lebih."

"mantep emang annisa..." gue menaikkan tangan, mengisyaratkan untuk high five dengan cewek berkacamata itu dan dibalas olehnya. setelah itu gue memperhatikan keadaan kantin yang masih saja ramai meskipun bel masuk akan berbunyi beberapa menit lagi. nggak banyak wajah familiar yang gue liat atau ingat, namun bisa gue lihat jeno dan sohib-sohibnya tengah bercengkrama di pojok kantin yang nggak jauh-jauh amat dari meja tempat gue, haechan, annisa, dan dinda duduk sekarang. tak ada tanda-tanda siyeon di sana, yang ada hanya jeno yang sesekali tertawa atau menimpali ucapan teman-temannya dengan pandangan mata yang mengarah ke tempat kami duduk. entah siapa yang dia liat, tapi kalau kata haechan:

"pak bos ngeliatin elu, tuh."



"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
diet // jeno nct [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang