12. terima!

8.4K 1.3K 74
                                    

revisi: 10/05/2021

---

sejak ngeliat jeno dan siyeon di parkiran mall tiga hari lalu, siklus ngobrol antara gue dan jeno nggak seintens dulu. chat yang dia kirim cuma gue jawab seadanya dan tanpa minat. ajakan main dari dia pun sering gue tolak yang berujung pertanyaan 'lo kenapa?' keluar dari cowok itu, tapi seperti cewek pada umumnya, gue hanya menjawab kalau gue 'gak pa-pa'.

rasa sesak di dada yang gue rasakan sekarang nggak pernah sampe segininya. kesal, marah, bingung, dan perasaan yang nggak bisa gue deskripsikan seolah-olah dicampur aduk. karena ini juga temen-temen jadi makin concern terhadap gue setelah menceritakan apa yang gue liat di grup, bahkan mereka berenam memperlakukan gue seolah-olah gue baru putus dari seseorang.

"udah dir ngga apa, mas moonbin juga kalau diliat-liat baik kok orangnya." kata rara. bener sih apa yang dia bilang karena gue dan mas moonbin pun jadi deket karena jalan-jalan kemarin. tapi mau gimana pun, apa yang gue rasakan ke mas moonbin cuma perasaan kagum semata karena kebaikan serta gimana dia memperlakukan gue. sementara ke jeno?

"tapi gue nggak ngerasa apa-apa waktu sama mas moonbin, ra..." ucap gue, terdengar pasrah hingga rara menatap gue iba.

"susah juga sih—"

"iya lah susah, elo suka jeno tapi ngotot banget bilang engga!" kata moza, kompor.

"bener tuh, sekarang liat gimana keadaannya." sambung andaruni.

"tapi kalau gue jadi jeno sih pastinya milih siyeon dir," kata dinda sembari tertawa, ucapannya barusan juga sukses bikin gue down tanpa alasan meskipun gue tau kalau dia cuma becanda.

kalau gue jadi jeno juga ya pasti gue lebih milih siyeon lah—yang nggak cuma cantik, tapi pinter dan jadi primadona di sma ini.

"dalem anjir—eh jangan nanGIS DONG DIR BERCANDA DOANG INI??!!" annisa panik saat melihat mata gue yang berkaca-kaca. bahkan gue ngga sadar kalau gue mau nangis.

"hah apa sih gue nggak nangis—"

"JENO MAU NEMBAK SIYEON DI LAPANGAN?" suara doyeon yang sebelas-dua belas kayak toa bikin dia jadi pusat perhatian anak-anak yang belum pulang karena piket. dan karena ucapan-setengah-teriak doyeon itu, kelas pun jadi ribut; termasuk anak sukses diet yang sekarang lagi saling liat satu sama lain ngga percaya. dengan langkah terburu-buru, kita bertujuh jalan cepat ke lapangan yang nggak jauh dari kelas berada. dan karena jaraknya yang lumayan deket, gue yang masih berada di tangga bareng annisa dan rara bisa melihat kerumunan anak-anak yang ingin menyaksikan hal ini sementara dinda, andaruni, el, dan moza udah di dekat kerumunan. di tengah-tengah lingkaran sendiri ada sanha (yang terlihat jelas karena tubuh tingginya) tengah mendokumentasikan 'prosesi' tersebut dengan mark, jaemin, dan renjun sebagai tim hore di dekat sana.

"dira!"

gue, annisa, dan rara menoleh ke belakang saat nama gue dipanggil oleh seseorang. ternyata haechan yang berjalan terburu-buru ke arah gue berada. wajahnya sendiri memerah entah kenapa. ah pantes aja gue ngga liat keberadaan haechan di tengah-tengah kerumunan itu.

"chan—"

"terima!"

"terima!"

"terima!—"

gue yang tadinya melihat haechan pun kembali menoleh, melihat siswa-siswi yang berkumpul tengah bersorak agar siyeon menerima jeno yang tengah menatap cewek itu; cewek yang selalu gue harapkan bisa berada di posisinya dengan perasaan berbunga-bunga karena mendapatkan pernyataan suka dan ajakan untuk menjadi pacar jeno. nggak bohong, jantung gue serasa dihujam oleh ribuan anak panah apalagi saat melihat siyeon yang menjawab 'iya' dengan mata kepala gue sendiri. melihat jeno yang melompat bahagia di bawah sana, melihat siyeon yang tertawa karena sikapnya, kerumunan yang ikut bergembira—dunia gue seolah berhenti untuk beberapa saat.

"dira,"

"dira, liat gue sekarang."

gue menolehkan kepala kaku, menatap haechan yang tengah menatap gue iba. apakah gue terlihat menyedihkan banget? gue membatin.

"maafin gue..."

hidung dan kedua mata gue kerasa panas. sial, gue benci banget ada diposisi ini. saking bencinya, gue sampe gak tau harus berbuat apa, berakhir gue hanya memaksakan senyum agar terlihat biasa aja.

"k—kenapa lo minta maaf? ini bukan salah siapa-siapa, chan."

saat haechan membawa gue ke pelukannya, dan saat tangisan tanpa suara gue pecah di pundak lebarnya itu, gue sadar kalau gue beneran suka sama jeno—sahabat gue sendiri setelah sekian lama menyangkal perasaan tersebut.

dan lucunya gue juga sadar akan sesuatu; dia adalah cinta pertama gue.



dan lucunya gue juga sadar akan sesuatu; dia adalah cinta pertama gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
diet // jeno nct [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang