Revisi: 21-03-2021
---
semasa sd, gue nggak terlalu memikirkan penampilan gue. yang gue pikirkan hanya main bareng temen-temen tanpa peduli pr yang harus dikumpulin besok adalah suatu kebahagiaan untuk gue karena ya apa sih yang dipikirin anak kelas dua sekolah dasar yang lagi aktif-aktifnya? pikiran ini pun terbawa hingga gue menginjak kelas empat sd di mana masa itu banyak banget temen-temen yang mulai kenal sama yang namanya cinta dan make up.
punya pacar, pake lip balm berwarna, parfum yang bisa diyakini milik mama mereka—pemandangan ini jelas baru untuk gue yang berumur sembilan tahun dengan joy stick console game di tangan. pingin? jelas lah gue ingin merasakan apa yang temen gue rasakan. namun mama selalu bilang kalau gue masih terlalu muda sehingga hal-hal berbau 'remaja' tersebut belum perlu untuk gue gunakan; membuat gue akhirnya hanya mengaplikasikan pelembab muka (yang dikhususkan untuk anak-anak tentunya) dan kembali memikirkan main apa hari ini bersama teman-teman.
beberapa tahun kemudian gue menginjakkan kaki di sekolah menengah pertama yang bisa dibilang nggak jauh-jauh amat dari rumah, sepuluh hingga lima belas menit perjalanan dengan angkot lah kurang lebih. banyak temen-temen yang gue kenal karena satu sekolah dasar, dan ada juga anak-anak baru yang wajahnya nggak ada familiar-familiarnya di mata gue. gue merasa masa smp gue akan menyenangkan, minimal punya nilai lumayan bagus dan bertemu cowok dan saling suka kayak di sinetron-sinetron remaja yang tayang tiap sore. tapi nyatanya gue salah—atau lebih tepatnya, terlalu berharap.
"lo nggak secantik itu buat jadi pacar gue—dan lo gendut!"
kurang lebih itu lah perkataan cowok baru puber di hadapan gue empat tahun lalu di depan perpustakaan smp. kalau diinget-inget lagi, perkataan cowok yang udah gue lupain namanya itu terdengar bego. dengan tinggi seratus enam puluh lima dan berat empat puluh sembilan kilogram diumur segitu, berat badan gue bisa dikatakan nggak ideal alias underweight; tetapi begonya gue meyakini omongan dia sehingga ya... gue merasa kalau gue itu seperti apa yang dia omongin.
"berat gue naik dua kilo masa?!"
"hih gue naik tiga kilo malah!"
"alhamdulillah gue naiknya cuma sekilo,"
"masa gue hari-hari ini keliatan makin gendut,"
"diet yok diet!"
"udah ini harus diet pokoknya!"
gue cuma menyimak percakapan temen-temen yang lagi ngebahas rencana diet mereka. iya, gue sekarang udah kelas sebelas sma dan pindah ke kota besar sejak pendaftaraan siswa baru tahun dua ribu enam belas dibuka. dan ngomongin soal diet, kalau diinget-inget dulu kelas sembilan gue pernah diet meskipun akhirnya cuma tahan beberapa hari karena niat awal cuma coba-coba dan berakhir dimarahin mama. ya gimana nggak marah wong anak gadisnya kurus terus diet nih yang ada gue dikata gila sama beliau.
tapi tapi tapi karena percakapan antar cewek ini membuat gue berpikir ulang. berat terakhir gue adalah lima puluh tiga kilogram dan itu pun udah beberapa bulan yang lalu gue timbang. lalu apa kabar gue yang tahun ini makan terus? makan junk food lagi!
"apa gue juga ikut diet, ya?" tanya gue lebih ke diri sendiri, dan pertanyaan ini sukses bikin dinda yang ada disamping gue noleh dengan tatapan sinis.
"apa lo bilang? mau ikut diet?!"
"hah siapa yang diet?" annisa bertanya dan dibalas dinda dengan menunjuk gue. "lah elo itu udah kurus, dir. mau ngurusin apa lagi coba?"
"berat gue lima puluh tiga—"
"itu tuh karena lo tinggi, bego!" andaruni memukul pelan kepala bagian belakang gue dengan buku lks sosiologi, membuat gue mengaduh pelan karenanya.
emang bener sih apa yang dia bilang barusan, cuma omongan mereka gue anggap angin lalu sehingga gue menjawab. "gue ikutan diet aja deh hehehehe"
ucap gue yang langsung diprotes sama temen-temen, namun dinda yang sedang memegang ponselnya pun menggerakan jari-jemarinya dengan cepat sehingga dua detik kemudian, layar ponsel gue menyala dan menampilkan sebuah notifikasi.
dinda mengundang anda untuk bergabung di grup '#suksesdiet2k17'
KAMU SEDANG MEMBACA
diet // jeno nct [✔]
Fanfiction[revisi: 12-04-2021] dira berusaha untuk diet. namun jeno lee, sahabat (sekaligus cowok yang ia suka) tak suka dengan rencananya tersebut. © tartar-sauce, 2017 #18 at jeno (20200219) #34 at ss (20180503) #103 at ss (20171015)