revisi: 11/05/2021
---
setelah mas moonbin nyatain perasaannya, dia ijin pamit karena malu katanya. gue sendiri yang masih syok juga ngeiyain aja lah gila lama-lamaan sama mas moonbin begini berasa lagi senam jantung. tapi sebelum bener-bener pulang, dia bilang kalau gue ngejawab pernyataannya itu minggu depan aja, sekalian memantapkan hati kata mas moonbin.
dan sekali lagi, gue ngeiyain aja biar dia cepet pulang.
"baru pulang?" mama yang lagi nonton tv ngalihin pandangannya ke gue.
"iya..."
"lemes banget dek? sakit?"
"engga kok, capek doang." balas gue, lalu minum air mineral dingin yang ada di kulkas.
"ya udah istirahat sana. kalau mau makan agak nantian, nasinya belum mateng." gue mengangguk dan segera berjalan ke kamar untuk berganti pakaian. setelah beres, gue merebahkan diri di kasur dengan hp di tangan. meski gue nggak merasakan perasaan lebih terhadap mas moonbin, tapi pernyataan suka yang dia ungkapkan ke gue tentu ada efek tersendiri ke gue; membuat gue sedikit kecewa dan bingung harus menjawab apa.
entah kenapa gue merasa kecewa saat mas moonbin menyatakan perasaannya? apakah kecewa karena gue tau kalau gue nggak akan bisa buat menjawab 'iya' atau karena yang ngomong bukan jeno, cowok yang selalu gue harapkan untuk mengatakan tiga kata tersebut ke gue alih-alih kakak kelas yang satu itu.
gue menghembuskan napas berat. karena memikirkan hal ini, rasanya ngga bersyukur banget padahal cowok macem mas moonbin yang udah jelas-jelas suka baru aja nyatain perasaannya ke gue, nggak kayak jeno yang bilang 'suka sama gue' tapi taunya dari haechan; membuat gue mukulin guling atau nendang-nendang udara saking keselnya. ngomong-ngomong haechan, apakah gue cerita ke dia aja, ya? sekalian ngasih saran karena terkadang saran cowok yang satu itu masuk akal dan bisa jadi pertimbangan—
line!
line!
line!
line!
line!
"BERISIK AH!" pekik gue karena suara notifikasi yang muncul secara terus menerus. buru-buru gue membuka aplikasi line itu untuk mengetahui siapa yang men-spam gue. barangkali bisa gue hapus kalau itu akun official line yang sering ngirim chat soal belanjaan dan sebagai—oof, jeno ternyata!
jeno
| diraaa
| bu bos
| mami pingin ketemu lo
| kangen katanya
| gue jemput 5 menit lagi ok
| tidak ada penolakan karena ini dari atasan langsung
| jawab kek ah
| biasanya gue chat begini sedetik kemudian lo jawab!!!kata gue lo berisik |
ok, gw tunggu || ok yang
| siap-siap meluncur!yang yang yang |
inget pacar lo |gue pun segera cuci muka dan berganti pakaian yang lebih propper. setelah siap dengan kaos item dan celana kulot yang biasa gue pake saat keluar, gue pun ke ruang tamu buat ijin ke mama.
"itu tante lina yang kangen apa jeno yang kangen?" goda mama dan gue balas dengan berdecak kesal. setelah mendapat persetujuan, gue duduk sambil sesekali membaca berita yang ada—nunggu jeno yang katanya lima menit lagi dateng. hal ini juga gue manfaatin buat ngechat haechan, memberi tau cowok itu soal mas moonbin yang nyatain perasaannya ke gue.
nggak berapa lama kemudian, suara klakson motor yang gue yakini milik jeno pun terdengar. pamit, gue pun keluar dari rumah dan mendapati jeno yang masih berada di atas motor—menunggu gue untuk segera naik. melihat pemandangan di depan sana tentu saja membuat jantung gue berdetak cepat apalagi dengan dia yang menatap gue dengan senyum khasnya. memang apa pun yang jeno lakuin, efeknya nggak main-main di gue.
sampe di rumahnya jeno, tante lina—atau yang biasa gue panggil mami langsung nyambut gue dengan pelukan. beliau ngajak gue ke dapur buat bikin roti bareng, ngga ngepeduliin anaknya yang berjalan di belakang gue. kayaknya mami emang paling sayang sama gue ketimbang anaknya sendiri.
"nak, kamu kenal pacar barunya jeno?" tanya tante lina tiba-tiba, bikin gue yang lagi ngadukin bahan-bahan pun diem karena bingung mau jawab apa.
"ng... kenapa mi emangnya?" tanya gue.
"kemaren tuh jeno dateng-dateng itu pacarnya. namanya siyeon—dira kenal?"
wah, udah sampe ditahap dikenalin ke mami juga, ya. gue menoleh buat mencari keberadaan jeno, dan bener aja dia lagi duduk membelakangi gue dan mami di meja makan yang nggak jauh dari tempat kami berdiri, tampaknya lagi sibuk sama hp yang tengah ia pegang.
menghela napas, gue pun mengangguk. "kenal mi, dia anak ipa setau aku."
"hmm gitu ya?" mami bergumam pelan, "cantik sih anaknya, sopan juga. tapi mami maunya jeno sama kamu aja."
mendengar ucapan mami barusan membuat gue tersedak ludah sendiri, "uhuk uhuk—ih mami ada-ada aja!"
"mami serius tau diraaaa!" mami tertawa, "kamu sendiri gimana? udah punya pacar belum?"
gue menarik kedua sudut bibir, membentuk senyum tipis yang tentu saja terlihat dipaksakan. karena pertanyaan mami barusan gue jadi inget mas moonbin; membuat gue menggeleng lemah.
"belum punya mi."
"yah," tante lina keliatan kecewa sama jawaban gue. "orang-orang itu aneh, ya? masa anak secantik kamu nggak ada yang suka? mami tersinggung jadinya!"
"mungkin ada, mi. cuma akunya yang kayaknya nggak tau harus gimana..."
"gak tau kenapa, nak?"
"soalnya aku lagi suka sama seseorang—"
"wah—"
"siapa?"
gue dan mami menoleh, mendapati jeno yang kini tengah memusatkan perhatiannya ke gue. dari air mukanya, cowok itu menunggu jawaban yang keluar dari bibir gue. pingin rasanya gue nunjuk dia dan neriakin nama dia, mengatakan kalau orang yang gue suka adalah sahabat gue sendiri alias dia.
namun pada akhirnya gue menjawab, "rahasia."
KAMU SEDANG MEMBACA
diet // jeno nct [✔]
Fanfic[revisi: 12-04-2021] dira berusaha untuk diet. namun jeno lee, sahabat (sekaligus cowok yang ia suka) tak suka dengan rencananya tersebut. © tartar-sauce, 2017 #18 at jeno (20200219) #34 at ss (20180503) #103 at ss (20171015)