epilog

9.5K 1.2K 25
                                    

revisi: 12/05/2021

---

ngga kerasa gue sekarang udah kelas dua belas. beberapa bulan lagi juga gue akan menghadapi ujian nasional dan lulus dari tempat gue menimba ilmu saat ini. ngga banyak yang berubah dari gue setelah naik ke kelas dua belas. gue tetap menjadi dira yang kaku kalau ketemu orang baru dan masih nggak bisa percaya sama diri sendiri. masalah percintaan? nggak jauh-jauh juga sama kelas sebelas di mana gue menjadi saksi dari kisah percintaan temen-temen. dan saat gue bertanya kapan gue punya pacar kayak yang lain sebagai bahan becandaan, annisa menjawab 'gimana bisa kalau elo sendiri nggak ngebuka hati karena masih berharap sama jeno?!'—dan lucunya gue setuju sama apa yang dia bilang.

gue menatap buku tulis yang penuh dengan rumus matematika sambil sesekali mengetuk-ngetuk pelan permukaan meja belajar dengan pensil di tangan. lagu bimbang milik melly goeslaw mengalun lewat earphone yang tengah gue gunakan untuk menemani gue mengerjakan pr. dari semua lagi yang gue masukin ke playlist spotify, dan lagu ini yang pertama muncul seolah-olah lagi ngejek gue yang masih aja bimbang sama perasaan gue terhadap jeno setelah hampir satu tahun. hampir satu tahun dan gue masih belum bisa ngilangin perasaan suka gue ke dia.

gue sendiri ngga tau apa yang terjadi sama jeno karena gue mencoba untuk bodo amat dengan apa pun yang berhubungann sama dia. di kelas dua belas ini juga gue ngga sekelas sama dia dan temen-temen yang lain alias gue kepisah sama mereka karena sistem acak kelas yang entah siapa pencetusnya waktu rapat tahun ajaran baru. yah seenggaknya ada renjun, riza, sama melati yang udah gue kenal sejak kelas sepuluh di kelas antah berantah.

"...dek!"

gue yang kaget pun dengan buru-buru melepas kedua earphone gue saat sebuah tangan mendorong pelan pundak gue. ternyata mama.

"kaget ih mama!"

"ya kamu daritadi mama panggil nggak nyaut-nyaut!" mama yang nggak mau kalah membalas, "tolong beliin gula seperempat, ya."

"tapi dira masih ngerjain pe-er..."

"bisa dikerjain nanti—nih uangnya." gue mau-tak mau menerima uluran uang yang mama beri karena apa yang beliau suruh nggak bisa diganggu-gugat. setelah merapikan diri, gue pun jalan kaki ke warung yang lokasinya nggak jauh dari rumah, yah mungkin tujuh menit jalan kaki dari rumah balik ke rumah lagi ada. setelah membeli apa yang mama suruh (dan beli coki-coki harga lima ratusan), gue berjalan kembali ke rumah sambil menggumamkan lagu apa saja yang terlintas di pikiran. tinggal beberapa langkah hingga sampe rumah, namun suara menggelegar milik sanha yang berdiri di tak jauh di depan sana memasuki indra pendengaran gue.

"–ANJIR INI KE SINI!"

"BUKAN BUKAN–ADUH MALU-MALUIN BANGET LO MIN!"

"lo semua yang bener aja..."

chaos banget...

"WEH DIR!" teriak sanha sehingga bikin haechan, jaemin, sama mark langsung dadah-dadah ke gue sementara jeno yang tengah memegang hpnya (kayaknya lagi ngerekam sesuatu) nyorot ke arah gue. buru-buru mengalihkan pandangan dari jeno, gue bertanya ke kumpulan cowok-cowok nggak jelas tersebut.

"lo semua ngapain sih berisik banget?"

"bikin tugas bahasa jawa, iklan." jaemin membalas dan gue balas dengan anggukan. wah kalau kelas mereka dapet tugas gitu, otomatis nggak lama lagi kelas gue juga bakal dapet tugas bikin iklan.

"oh... ok," gue mengangguk, setelah itu menunjuk rumah. "gue balik dulu, jangan ribut lu pada."

mereka mengangguk, pun gue berjalan menuju area rumah. saat hendak membuka pagar, gue mendengus kesal karena dewi fortuna seolah-olah nggak berpihak ke gue karena pager rumah lagi-lagi seret. bahkan udah beberapa kali gue nggak bisa keluar-masuk rumah cuma karena pager sialan ini—

"nggak bisa kebuka?" gue terlonjak kaget saat mendengar suara yang kelewat familiar di belakang gue, dan saat gue menoleh, gue mendapati jeno tengah menunggu jawaban gue.

"e—engga..." kata gue terbata-bata dengan tangan yang masih nyoba buat ngebuka pager, bikin jeno dengan sigap ngebantu gue buat ngedorong benda sialan itu. cowok bersurai hitam itu dengan sigap membantu gue (gini kek!), dan gak berapa lama terbuka karena kuatnya jeno mendorong pagar tersebut.

"lo makan apa sih? besi apa gimana?" tanya gue sembari melirik jeno dari puncak kepala hingga ujung kaki, membuat dia tertawa.

"gue olahraga terus, nggak kayak lo yang suka rebahan!"

"ya gue suka rebahan karena lebih enak daripada olahraga!" celetuk gue yang lagi-lagi dibalas tawa oleh jeno.

"kalo gitu lo lebih suka rebahan dong daripada gue?"

gue mengulum bibir gugup karena pertanyaan cowok yang ada di hadapan gue ini. sesuka apa pun gue sama dia, tapi pertanyaan kayak gini bikin gue kesel karena jeno seolah-olah tengah mempermainkan perasaan gue di saat dia sendiri udah punya pacar.

"inget, lo udah punya pacar."

sadar dengan perubahan suara serta air muka gue, jeno panik. "eh engga gue cuma bercanda—"

"nggak lucu." gue hendak masuk, namun jeno menahan pergelangan tangan gue.

"dir?"

"hmmm?" gue mencoba untuk menatap mata jeno, namun nyesel karena tatapannya ke gue kali ini sukses membuat jantung gue bekerja lebih cepet dari biasanya.

"kenapa lo marah banget—" gue menaikkan salah satu alis, menunggu apa yang akan ia ucapkan selanjutnya. "emang lo beneran suka gue?"

emang lo beneran suka gue. 'beneran'—dia mastiin, dan gue sendiri mematung di tempat karena nggak tau harus menjawab apa. si brengsek...

haechan, yang entah sadar dengan posisi gue sekarang, berjalan cepat menuju posisi gue dan jeno saat ini. memegang pundah sahabatnya itu, haechan berucap.

"lu ditungguin malah asyik ngobrol—bye dir!" cowok bersurai coklat madu itu mengisyaratkan gue untuk segera masuk bersamaan dengannya yang mendorong jeno agar menjauh. namun bukannya masuk, gue malah memanggil nama jeno.

"jeno!"

cowok itu menoleh, menatap gue tepat di mata; dan saat itu juga gue mengatakan hal yang gue harap nggak akan membuat gue menyesal di kemudian hari.

"gue nggak suka sama lo."



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
diet // jeno nct [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang