📎 bonus 4: love is a bit difficult

8.4K 1.2K 49
                                    

revisi: 14/05/2021

---

"kamu beneran yakin, dek?"

pertanyaan mama barusan gue bales dengan anggukan pelan. sbmptn udah berlalu, dan gue nggak keterima di dua universitas negeri yang gue pilih saat mendaftar tes tersebut sehingga ini artinya opsi gue ada dua; nunggu sbmptn tahun depan dengan gap year atau kuliah di perguruan tinggi swasta. dan pada akhirnya gue memilih opsi kedua—tapi bukan di kota ini, tapi di kota surabaya.

kenapa memilih ke kota pahlawan padahal di sini banyak kampus swasta? kurang lebih itu yang, tak hanya kedua orang tua gue, tetapi juga temen-temen sukses diet tanyakan. dan jawaban gue selalu sama; cari pengalaman baru.

tapi kalau kata el, gue lagi move on dari jeno dengan cara kabur ke kota lain; membuat gue setuju-nggak setuju sama pernyataan dia. atau malah delapan puluh persen setuju? entah lah.

huft, lumayan susah emang kalau udah berurusan sama cinta.

kini gue berada di mobil yang tengah papa gue kendarai dengan tujuan utama stasiun yang memakan waktu perjalanan tiga hingga empat puluh menit. tas punggung, koper, hingga kantung plastik berlogo indomart yang berisi makanan dan minuman ringan menemani gue yang duduk di kursi belakang. iya, gue sedang dalam perjalanan menuju stasiun yang mana akan membawa gue pergi jauh dari kota kelahiran gue ini untuk menimba ilmu yang lebih tinggi di jurusan ilmu komunikasi. meninggalkan mama dan papa, meninggalkan anak sukses diet—

meninggalkan jeno; sahabat, cinta pertama, dan alasan patah hati gue di sma.

fakta kalau dia (dan temen-temen cowok gue yang lain) nggak tau akan kepergian gue ke surabaya sedikit membuat gue bimbang. mungkin tidak begitu susah jika gue mengabari haechan atau renjun—meski gue tau mereka akan marah karena pemberitahuan mendadak ini, mark dan jaemin pun pasti memaklumi keputusan gue, tapi jeno?

mending gue muterin rumah hantu tujuh kali, sih!

"udah sampe." papa berucap, membuat gue siap-siap turun dari mobil dan menurunkan semua barang bawaan gue. jam sendiri menunjukkan pukul sebelas pagi, dua puluh menit lebih awal dari kedatangan kereta yang akan membawa gue nantinya. jantung gue berdetak kelewat cepat karena hari ini telah tiba setelah sekian lama, apalagi setelah melangkahkan kaki ke dalam stasiun yang ramai oleh orang-orang yang juga berniat untuk berpergian jauh menggunakan transportasi darat yang satu ini. entah apa yang akan terjadi setelah ini, atau beberapa tahun ke depan. yang jelas gue nggak sabar dengan pengalaman baru apa yang akan gue dapatkan selama di kota surabaya sana—

"loh haechan? kok di sini?"

nama yang keluar dari bibir mama membuat gue menoleh secepat kilat dengan mata melebar. yang bener aja! pikir gue saat melihat sosok cowok itu yang tengah menyalimi mama dan papa.

"mau nganter ayah, tante. tante sekeluarga sendiri mau ke mana? mau liburan?" tanya haechan, papa sendiri melirik gue yang juga tengah melirik beliau panik. dari gerak-gerik gue, kayaknya papa sadar kalau gue nggak ngasih tau haechan soal kepergian gue ke surabaya melihat bagaimana haechan yang tampak santai di hadapan mereka bertiga.

"ini loh chan nganter dira—"

"nganter dira liburan ke rumah sodaranya di surabaya." papa memotong ucapan mama, membuat wanita berumur empat puluh lima tahun itu menatap papa dengan tatapan bingung. beliau sendiri mengkode istrinya untuk ikut dalam sirkus yang tengah mereka mainkan hanya karena gue yang keliatan banget nggak ada niatan buat memberitahu sahabat gue sendiri.

"wah, jangan lupa oleh-oleh lu dir kalo balik!"

gue tertawa kaku, lalu menatap mama dan papa secara bergantian. "ahahaha... mau oleh-oleh apa emangnya?"

"jersey persebaya." balas cowok di hadapan gue ini, membuat gue menatap dia bingung.

"sejak kapan lu suka sepak bola anjir?!"

"yah kan buat punya-punyaan doang."

gue berdecak, "tekor di gue dong, kan jersey mahal???"

"yaKAN GUE BERCANDA?!" haechan tertawa diikuti gue yang ikut tertawa canggung. mama yang baru saja sadar dengan situasi gue sekarang hanya menatap gue seolah-olah menyuruh gue untuk memberitau haechan yang sebenarnya, namun hanya gue balas dengan gelengan tidak setuju karena jujur gue nggak siap dirujak sama cowok yang satu ini!

pengumuman dari speaker stasiun yang menyatakan bahwa kereta yang akan membawa gue ke surabaya terdengar. gue sendiri dengan segera mengambil tiket yang gue simpan di tas punggung, lalu mempersiapkan diri.

"ya udah tante, om, saya balik dulu." haechan kembali menyalimi kedua orang tua gue, lalu memeluk gue sambil sesekali menepuk punggung. "ati-ati lo, jangan lupa ngabarin kalo udah sampe surabaya."

gue membalas pelukan cowok itu, tak lupa mengangguk pelan. "iya,"

nyatanya setelah gue sampai di surabaya, gue nggakngabarin haechan—atau jeno, atau yang lain sama sekali. begitu hinggabertahun-tahun kemudian.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
diet // jeno nct [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang