Apa yang bikin Wynter itu Wynter? Selain umpatannya?Banyak pembaca bilang karakter Wynter itu kuat banget, nancep, enggak mudah dilupakan.
Memakai POV orang pertama itu, kalau berhasil, si tokoh utama sebagai narator jadi kuat banget karena sangat personal. Cara pandang, emosi, rencana, pemikiran, dll, terbuka banget untuk dilihat dan dirasakan oleh pembaca.
Tapi ada risiko si tokoh utama malah kebawa penulis. Misalnya tokoh utama anak kecil tapi jadi ikutan dewasa kayak penulisnya. Tokoh utama cewek jadi kayak cowok ngikut penulisnya. Tokoh utama dibilang enggak lulus SD tapi mendadak pintar bisa nulis dan nyusun kalimat dengan baik karena begitulah yang nulisnya.
Si tokoh utama jadi terdengar kayak penulis banget itu karena saat menulis, author menguasai otak dan hati si tokoh, mengambil alih kendali cerita.
Terbalik tuh.
Seharusnya, author melesap dan mengidentifikasikan dirinya sebagai si tokoh, menggunakan panca indra, otak dan hati si tokoh dalam merespons hidupnya dalam cerita.
Dengan kata lain, si tokoh hidup dan author menghilang. Itu esensi dari POV orang pertama.
Kecuali kalau author emang bercerita tentang diri sendiri. Itu autobiografi, beda cerita.
Aku menjadikan Wynter pengendali WMHS. Bukan hal yang mudah, karena kadang sisi pribadiku muncul, jadilah ribut sama Wynter. Tapi dia selalu menang. Gimanapun, aku enggak bicara dan bercerita seperti Wynter dalam kenyataannya.
Selain umpatannya, ini yang membedakan Wynter dengan aku: Suara.
Contoh :
Saat ia menyamakan Bang Enver dengan benda mati. Dan memadankan situasi dengan hal-hal tak terduga secara unik/segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Write Me His Story (SUDAH TERBIT)
Teen FictionPenerbit Pastelbooks #Dapatkan di Mizanstore.com atau toko-toko buku terkemuka# Wynter Mahardika tidak pernah menulis buku harian. Untuk apa? Enam belas tahun hidupnya berantakan. Mum, Dad, dan ibu tiri, hanya singgah sesaat lalu membiarkannya tumb...