12. Becoming Me

2.1K 411 31
                                    

Aku terjaga. Bukan oleh sinar matahari, guncangan Nana, atau panggilan nama lengkap dari Wynn. Untuk pertama kalinya, batang pohon tumbang ini terbangun sendiri dan tak ada kantuk tersisa. Ajaib. Padahal di luar masih gelap. Arlojiku menunjukkan pukul 04.50. Aku duduk dan melihat dipan di seberang kosong. Selimut sudah terlipat rapi. Wynn mungkin sedang salat di ruangan lain. Semalam kubangunkan untuk pindah ke kamar. Aku bantu mengarahkan, agar Wynn tidak menabrak pintu atau salah masuk kamar. Lalu aku menyelimutinya lagi.

Aku sendiri tidak bisa langsung tidur. Kuhabiskan beberapa jam untuk membaca lima WMHS nomor genap, yang kuambil secara acak dari lemari. Bukan cuma skimming, aku membacanya dengan cermat, sampai kantuk datang.

Persis seperti yang Wynn bilang, mereka mengamati dan menulis tentang aku, tapi catatan mereka sporadis. Salah satu memunculkan namaku, yang lain belum tentu merespons.

.

.

Wynn, aku lihat Wynter datang dengan ibunya. Cantik banget. Kupikir ibunya bule. Rupanya bukan. Apa ayahnya yang bule? (Hya, kelas 5)

.

Kata Om Sam, itu ibu tirinya. Ibu kandung Wynter ada di London. Cuma itu yang bisa kukorek dari Om. Aku ketemu ibu tirinya waktu ambil rapor. Bawa anak balita kembar, diasuh Wynter di luar. Eh, Wynter cuek saja kok adik-adiknya berlarian dan naik-naik tangga. Aku sampai miris. Jadi, diam-diam aku mengawasi anak-anak bandel itu. Kalau mereka kenapa-kenapa, kupikir, pasti Wynter bakal kena marah. (Wynn, kelas 5)

.

Kayaknya seru ya kalau Wynter jadi kakakku. Beda setahun saja, kakak sekaligus teman. Enggak kayak Bang Enver dan Bang Ryan. Jauuuuuh banget. Susah banget kalau aku ajak main, sudah sibuk masing-masing. Tapi aku ragu Wynter butuh adik atau teman. (Wynn, kelas 6)

.

Kamu serius masih pengin saudara kayak Wynter? Anak itu kayaknya akrab banget dengan masalah. Kemarin, aku lihat dia nyaris berkelahi di belakang sekolah. Aku enggak tahu siapa yang memulai, apa sebabnya. Tapi lawannya dua orang. Wynter nekat. Aku mau panggil guru, tapi untunglah ada Pak Satpam lewat. (Hya, kelas 7)

.

.

Aku menghela napas. Apa yang membuat Wynn dan Hya mengamati aku? Tepatnya, Wynn, karena Hya hanya merespons dan sepertinya lebih sering mendapati aku sedang bermasalah. Apa yang membuat Wynn tertarik ingin menjadikan aku saudara atau teman waktu itu? Apa yang ia lihat di balik Wynter the trouble maker? Kalaupun dua abangnya sibuk sendiri, kukira masih banyak anak lain yang bisa dipilih. Pasti Wynn punya banyak teman, tidak cuma Hya. Dan sekarang aku lihat sendiri, kedua abangnya baik, akrab, penuh perhatian. Jadi, memang tidak ada alasan untuk menjadikan aku saudara atau teman istimewa. Mungkin itu sebabnya, ide mendekati aku lenyap begitu saja. Baru muncul lagi belakangan karena satu hal.

.

.

Hya, kamu baik-baik saja? Suster bilang, aku mendadak pingsan dan jatuh menimpa kamu. Pasti sakit ya? Serius, kalau aku tahu mau pingsan, aku pasti pilih kasur. Haha. (Wynn, kelas 7)

.

Hya, are you okay? Kamu enggak balas pesan-pesanku. Enggak angkat telepon. Enggak mengembalikan jurnal. Kamu kira ini mudah buatku? (Wynn, kelas 8)

.

Sorry, Wynn. I am still freaking out. Aku perlu waktu untuk mencerna. Penjelasan kamu enggak bisa aku terima. Kamu malah kirim Bang Enver untuk bicara. Lebih-lebih lagi, aku enggak mau dengar. Intinya Wynn, aku percaya diagnosis itu enggak benar. Titik. (Hya, kelas 8)

Write Me His Story (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang