31. Pause the Fear

3.9K 764 109
                                    


Refreshing tiga hari dua malam di Pulau Bintan membekas dalam, dengan aneka momen layak dikenang. Namun banyak hal lebih mudah dikatakan ketimbang praktiknya. Pause the fear, kata Hya. Kalaupun rasa takut tidak bisa hilang, hentikan saja untuk sementara. Tekan ke bawah permukaan. Lupakan. Mungkin begitu maksudnya.

Tapi semakin dicoba hentikan, semakin rasa takut itu menajam. Terlihat di mata Hya. Terdeteksi pada suara Bang Enver. Menyelinap ke dalam tawa Wynn. Diam-diam, aku tertular pula. Susah payah aku melindungi keyakinanku dari bisikan rasa takut.

Saat Wynn memenuhi memori kamera dengan tampang-tampang konyol kami ... kutatap dan kurangkul dia, selagi bisa. Saat kami duduk melingkar di meja makan ... berikan apa pun yang dia inginkan dari piringku, selagi bisa. Saat antre masuk ferry kembali ke Singapura, kutarik dia ke dekatku, selagi perjalanan belum berakhir. Saat aku terbangun dini hari di apartemen dan menyadari Wynn sudah pindah ke sisiku ... H-4, oh God!

Aku memperhatikan wajah kekanakannya. Tidur pulas meringkuk tanpa selimut. Mungkin ia keliru tempat tidur sekembali dari toilet saking mengantuknya. Atau ia diganggu mimpi buruk dan memerlukan teman. Apa pun itu, aku tidak terkejut lagi. Kuselimuti Wynn.

Sambil berjaga kalau-kalau Wynn terbangun dan memerlukan sesuatu, aku duduk bersandar membaca WMHS. Kutemukan sikap dan kebiasaan Wynn, di luar yang biasa terlihat.

Pertama, Wynn biasa membuat sendiri hadiah untuk Hya. Idenya selalu berbeda dan menjadi kejutan. Wynn merasa tidak berbakat dalam kerajinan tangan, tapi ia akan mempelajari cara membuat sesuatu dan terus bereksperimen sampai hasilnya layak dipersembahkan. Genta angin, dream catcher, art piece, dan terakhir, boneka tangan dari kaus kaki untuk perlengkapan mendongeng. Hya punya lemari khusus berisi koleksi hadiah dari Wynn di kamarnya.

Tapi ini tidak perlu kucatat. Wynn akan membuatkan hadiah lagi buat Hya tahun depan. Aku sendiri akan mempersembahkan permainan piano Joy of Life. Aku sebagai aku, karena Wynn akan ikut berlatih dan bermain. Wynn bilang, latihan akan dimulai sepulang dari Singapura. Master Chen sudah bersedia mengajar.

Kedua, Wynn biasa mengalah pada Hya. Itu sebabnya mereka jarang bertengkar. Tapi sekalinya marah, Wynn akan menjauh, satu atau dua hari. Hari ketiga, Wynn akan kembali seperti biasa atau Hya menemuinya untuk berdamai. Hmm ... berat buatku. Untuk apa menahan-nahan kalau bicara bisa menyelesaikan masalah? Begitu, kan? Memang sih masalah tidak selalu selesai dengan bicara, bahkan sering bikin situasi semakin panas karena emosi. Aku dan Hya adalah perfect match dalam bersilat lidah. Catat, Wynter!

Ketiga, banyak cara Wynn menunjukkan afeksi kepada Hya. Waktu kecil, dengan memeluk dan mencium. Tapi setelah beranjak remaja, Wynn mengurangi interaksi fisik, tinggal kontak wajar antarsahabat, seperti menepuk kepala, bahu, lengan, dan menyentuh pipi. Merangkul hanya dalam situasi tertentu. Tidak sulit kutiru karena aku sama sekali bukan jenis cowok yang touchy-feely pada cewek. Semakin berjarak semakin bagus.

Oh, really, Wyn? Apa yang terjadi setelah invasi Hya yang menembus radius 20 cm dari mukamu? Gimana dengan jantungmu yang merespons kedekatan kayak gelepar ikan di luar air? Gimana dengan pikiranmu yang melompat lebih dulu untuk meraih Hya? Atau gimana dengan imajinasi liarmu? Ya ampun ... kamu bayangin jadi Wynn kecil bersama Hya?

Uugh. Ya, aku mengaku. Situasinya sudah berbeda. Perasaanku sudah bergeser. Kupukul kepalaku dengan buku. Aku harus mengendalikan diri. Kalaupun ingin dekat dengan Hya, ingin menyentuhnya, kendalikan perasaan pribadi. Jangan sampai terlihat. Hya dan Wynn bakal menendangku jauh-jauh kalau tahu. Mereka tidak butuh orang yang memperumit masalah.

Keempat, dan ini yang paling berat buatku. Ternyata Wynn sering menulis "I love you" dan "I miss you" untuk Hya. Tentu saja, tidak ada yang meragukan maksudnya. Sama saja seperti aku mengucapkannya pada Nana. Haruskah aku melakukannya juga pada Hya? Dengan atau tanpa perasaan pribadi? Jujur atau pura-pura?

Write Me His Story (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang