"Eiji Takahiro?" Ryou mengulang. "rasanya nama itu tidak asing di telingaku."
"Memang banyak yang mengenal Takahiro-sama." Chi melanjutkan langkah. Ryou di sampingnya menatap wajah gadis yang kembali tertunduk, "Takahiro-sama terlalu mencolok dan mudah dikenali."
"Tampaknya itu sedikit mengganggumu, Mihara-san." Ryou tersenyum kecil. Lagi, langkahnya terhenti. Payung jatuh dari tangan kanannya. Ekor matanya terpaku pada sepasang manik merah yang kini memerangkap. Sebuah katana melingkari leher Ryou, membuat pria itu sukar bergerak.
"Siapa kau?" desisan itu membuat Chi berbalik. Menatap Takahiro yang nyaris memotong leher Ryou. Ryou tetap tenang, dia tersenyum manis.
"Saya Takamiya Ryou, Eiji-sama."
Takahiro tidak akan bertanya darimana pria itu tahu nama dan wujudnya? Gesturnya memang terlalu santai untuk seseorang yang nyawanya sedang terancam. Leher Ryou tergores. Darah menetes tersapu hujan yang membuat mereka kuyup.
"Baumu begitu busuk." Takahiro tersenyum sinis, "apa tujuanmu mendekati Mihara Chinatsu, wahai Tuan pembunuh?"
"Saya Jenderal di Negara Ame." Ryou seolah tidak merasa perih, "saya tahu Mihara-san pendatang. Negeri ini sedang dalam keadaan genting, karena itu saya mengajaknya ke tempat ramai. Di sini ... terlalu berbahaya."
"Tidak seberbahaya dirimu."
"Eiji-sama, saya ditugaskan Ritsuka-sama untuk menjemput kalian." Ryou tersenyum manis, "bisa kita selesaikan baik-baik saja?"
"Shini-gami-sama?"
Panggilan itu membuat Takahiro menoleh. Balas menyorot Chi yang terbelalak kaget. Benar dugaan Chi. Pria yang kini mengunci Ryou adalah Shinigami. Bukan sosok Takahiro yang sebenarnya.
Perlahan Takahiro melepaskan Ryou. Dia menyeringai lebar dan menunjuk Chi dengan katana, "Kau sudah bisa mengenaliku ternyata."
"Jarang sekali Anda memanggil nama lengkap saya." Chi mengangguk memberi hormat, "okaerinasai, Shinigami-sama."
"He~" Takahiro melangkah maju. Sedikit membungkuk, manik merah itu menatap Chi humor, "kau sudah tidak takut padaku ternyata."
"Anda sendiri, tampaknya sudah tidak terlalu ingin membunuh saya." Chi menggeleng, "Anda justru mungkin sejak awal memang tidak benar-benar ingin membunuh saya."
Takahiro terdiam. Dia berdiri tegak sambil bertolak sebelah pinggang. Chi mendongak, menatap Takahiro dalam.
"Orang yang menyerang Kerajaan Kouka, itu Anda, 'kan, Shinigami-sama?" Chi selalu saja berpikir. Perbedaan Shinigami dan Yami no Tenshi memang kecil walau tetap bisa dibedakan. Chi mengikuti ke mana pun Takahiro pergi. Dia selalu melihat bagaimana cara Takahiro saat mengeksekusi.
Takahiro tidaklah sebrutal saat pertemuan pertama mereka. Kedua kalinya Chi melihat kebengisan Takahiro saat membunuh, adalah saat kehilangan kesadaran di hutan Ao beberapa minggu lalu. Mengingatkan Chi pada awal mereka berjumpa.
"Kenapa saat itu Anda tidak membunuh saya?" Chi bertanya parau. Kalau dia ikut mati, dia tidak perlu jatuh cinta. Dia tidak perlu merasa sesak di dada. Dia tidak harus mengetahui kalau di balik dunia kelamnya, ada sesosok pria yang selalu menerima Chi dengan tangan terbuka. "Anda membunuh tanpa terkecuali. Kenapa saya tidak dibunuh saja?"
"Kuberikan kau kesempatan hidup, dan kau justru mengeluh."
Ryou tidak mau terlibat. Dia memilih mundur dan ikut menyimak.
"Karena-!" Chi berkata sarat emosi, "karena saya jatuh cinta, sementara saya tahu cinta ini tidak akan pernah berbalas, saya jadi sangat menderita!"
Lagi, airmatanya kembali menyatu dengan hujan. Chi gemetaran. Dia memeluk tubuhnya sendiri. "Saya kebingungan. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan? Dulu, perasaan seperti ini tidak ada. Segala kebaikan yang kalian berikan, membuat saya terlena dalam mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Saya mencintai Anda. Sangat-sangat mencintai Anda. Walau saya hanya anak kecil tidak berguna. Tidak punya dada besar seperti gadis-gadis di sekitar Anda, perasaan ini ... saya tidak tahu cara mengatasinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yami No Tenshi
FantasyChapter 21 sampai ending diprivate Semua part masih lengkap. "Jika kematianku adalah bukti cinta untukmu, maka hidupku selamanya akan jadi milikmu." Sekejam setan namun serupawan malaikat. Setiap wanita yang melihatnya terbius dengan kar...