"Shinigami-sama bisa muncul di mana saja."
Ryou mengingat baik-baik setiap peringatan yang Hirasaki berikan. Dia memberi arahan ke pasukannya agar tidak kehilangan kewaspadaan mereka.
"Selalu bergerak selembut angin, dalam kondisinya yang seperti ini, bahkan tanpa sempat menyadarinya, bisa saja dia sudah berada di antara kalian dan menebas kepala kalian dari belakang."
"Apa ada hal yang bisa kami lakukan?"
"Sebisa mungkin, hindari beradu katana dengannya. Karena jika kalian sudah berada dalam jangkauan pedangnya, kemungkinan kalian selamat, nyaris tidak ada. Kecuali kalau kalian memiliki refleks yang baik dan sudah biasa berada di medan perang."
"Tetap waspada! Pastikan kalian tidak memalingkan pandangan walau sejenak, kita tidak tahu Eiji-sama akan muncul dari mana?"
Kabar buruknya. Cuaca sore ini mendadak mendung. Langit bergemuruh, seolah ikut berpesta pora, merayakan sang 'kegelapan' yang tidak lama lagi akan mendapat mangsa. Ryou tidak pernah mengira, kalau hanya untuk melawan satu Takahiro saja, diperlukan semua tentara untuk membentuk pertahanan seperti sekarang.
Dia tahu Takahiro memang memiliki kekuatan luar biasa. Tapi... apa benar dia sehebat yang Hirasaki katakan? Walau bagaimana pun aula utama berada di pusat kerajaan. Tidak ada pepohonan atau pun bangunan yang berdiri lima puluh meter dari tempat Ryou berdiri saat ini yang bisa dijadikan tempat persembunyian.
Jadi, mustahil Takahiro mendadak hadir-
Ryou tertegun, dia berbalik dan mengayunkan katana-nya sekuat tenaga. Menahan sebuah tebasan yang sanggup membuat tubuhnya terlempar beberapa meter ke belakang.
"TUTUP LUBANGNYA!!!" teriak Ryou saat sadar lebih dari tujuh orang di belakangnya terpental dengan tubuh terkoyak. Terkejut sesaat, sisa barikade manusia itu menutup ruang yang sempat tercipta. Lagi, Takahiro maju. Lebih siap, kali ini pasukan tombak menghunuskan tombak melewati celah tentara baris depan membuat Takahiro kembali melompat mundur.
Ryou berdiri, menatap pria yang berdiri santai sambil memanggul katana di bahu kiri. Iris merah itu menatap tertarik, memerhatikan ratusan atau mungkin ribuan prajurit yang sedang menantangnya.
Takahiro kembali melompat mundur saat dari atas, ada ratusan anak panah yang diarahkan padanya.
Nyaris tidak bisa menghindar, dia menebas setiap anak panah yang nyaris mengenainya sampai terbagi dua. Berserakan di bawah kakinya, satu anak panah, berhasil menggores pipinya.
"Kalau kalian bisa sesiaga ini, artinya yang mengatur strategi ini pasti seseorang yang sudah biasa berhadapan denganku." Takahiro menatap ratusan perisai setinggi manusia di hadapannya, dia tersenyum geli. "Hirasaki? Yang melakukannya, pasti dia. Selain dia... kalian tidak lebih dari pecundang. Sampah tidak sadar diri yang berani menantangku dengan cara menyakiti gadis kecil yang kupelihara selama ini."
Iris merah itu kian berkilat. Senyumannya semakin lebar, "Dia mati."
Takahiro sesaat menatap hampa, "Di depan mataku, dia mati."
"Mihara-san masih hidup, Eiji-sama!" teriak Ryou dari barisan belakang. "Sekarang Mihara-san sedang ditangani oleh banyak tabib dan perawat. Tolong hindari pertempuran yang sia-sia. Tidak ada satu pun dari kami yang bermaksud menyakiti Mihara-san. Semua, hanya kesalahpahaman."
"Mati di depanku." Seolah tuli. Takahiro tidak bisa mendengar apapun. Shinigami dan Takahiro berbagi setiap organ mereka. Kesedihan yang dialami Takahiro juga menyakitinya, membuat Shinigami luar biasa marah. Dadanya sakit. Seluruh engsel tubuhnya nyeri. Kepalanya terasa seperti mendidih. Kegelisahan, kekecewaan, kesedihan, kemarahan, semua yang Takahiro rasakan bercampur menjadi satu. Sesuatu yang biasa mereka tanggung berdua, karena Takahiro melarikan diri dan 'menyerahkan' semua padanya, kini harus ditanggung Shinigami seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yami No Tenshi
FantasíaChapter 21 sampai ending diprivate Semua part masih lengkap. "Jika kematianku adalah bukti cinta untukmu, maka hidupku selamanya akan jadi milikmu." Sekejam setan namun serupawan malaikat. Setiap wanita yang melihatnya terbius dengan kar...