1450 word (24/01/2017)
***
Fuyumi duduk termenung. Bersandar ke tiang sambil menatap ikan di dalam kolam. Banyak hal yang dia pikirkan. Selepas membaca surat balasan dari Takahiro, dia memang bernapas lega karena tahu kakaknya baik-baik saja. Sayangnya, dia terkejut tahu Takahiro pergi ke Desa Miwa.
Dari sana, rute tercepat menuju Negeri Ame harus melewati Hutan Ao. Apa kakaknya akan baik-baik saja?
"Melamunkanku?"
Mendesis, gadis itu tampak tidak suka saat Rui tiba-tiba duduk di samping kanannya. Pria itu menatap sang calon istri jenaka. Fuyu masih saja segalak yang sudah-sudah. Tapi pakaiannya saat ini berbeda. Melepas posisi sebagai Jenderal, Fuyu kini kembali pada statusnya dulu, Hime di Kerajaan Langit.
"Sudah malam, kenapa kau tidak kembali ke kediamanmu?"
"Suatu hari nanti, kediamanmu jadi milikku juga, 'kan?" Rui terkekeh. Di dekatnya, suasana hati Fuyumi selalu buruk. Tapi malam ini salah satu yang terburuk. "Ada yang kau pikirkan?"
Diam sejenak, Fuyu memutuskan mengajak Rui berbincang, "Rui, kau tahu penyihir?"
"Ngh ..." Rui mengingat-ingat. "Populasi mereka nyaris tidak ada lagi. Sudah punah dibantai kakek moyangmu dulu, 'kan? Tapi, sepertinya masih tersisa keturunannya di Hutan Ao."
Fuyu mengepalkan kedua tangan. Wajahnya terlihat dingin, gadis itu mengangguk dua kali. "Kutukan untuk Kerajaan Langit, dukun istana bilang berasal dari mereka. Sebelum Ibu melahirkan, Suku Tanpa Nama mengirim kutukan gerhana matahari."
"Kou?"
"Mata perak pembawa bencana. Iblis yang ditanamkan ke dalam tubuhnya. Jika dibunuh Negara ini akan hancur, karena itu Kou dibiarkan hidup." Fuyumi menoleh pada Rui. Dia tersenyum sedih. "Tapi kenyataannya sampai detik ini Kou tidak melakukan hal yang salah. Dia memiliki indera yang lebih tajam, tapi tidak ada iblis di dalam tubuhnya. Kau tahu kenapa? Aku diberitahu alasannya beberapa hari lalu."
Rui menggeleng.
"Saat usia Nii-sama masih sembilan tahun, dia bercerita padaku mendapat sebuah mimpi." Fuyu mulai mengingat-ingat. Dulu dia menganggap perkataan Takahiro hanya bunga tidur saja. Tapi, saat Takahiro pergi meninggalkan istana dan Fuyu bercerita pada Kou, Kou pun mengingat dulu pernah bermimpi yang sama. Entah kebetulan macam apa yang mereka temukan? Yang jelas, Fuyu langsung menangis histeris dan Kou tenggelam dalam penyesalan.
Takahiro bermimpi. Terjebak di ruang putih sambil menggendong Fuyumi kecil. Mereka berdua tertegun, melihat seorang balita dengan wajah yang tidak terlihat jelas. Kedua tangan gemuknya terulur, ingin menggapai sulung Eiji namun justru dibiarkannya.
Takahiro bertanya, dia siapa?
Balita yang Takahiro perkirakan bahkan belum genap lima tahun menjawab kalau dirinya adalah Eiji. Dia adalah adiknya. Tentu saja Takahiro tidak percaya, Fuyumi ada di dalam gendongannya. Namun tiba-tiba ada anak lain yang muncul, berperawakan sama, pakaian yang sama, namun tangannya dipenuhi lumuran darah. Anak itu mencekik sosok yang mengaku sebagai adik Takahiro.
Ditelan kemarahan, Takahiro bertanya, "Apa yang kau inginkan? Kenapa kau menyakitinya?"
Tawa menggema. Takahiro cemas melihat anak yang kian kesulitan bernapas, mengulurkan tangan meminta pertolongannya. Hendak menolong, tubuhnya justru terlempar. Seolah ada dinding transparan yang membatasi, tidak ada yang bisa Takahiro lakukan. Prioritas Takahiro mengamankan Fuyu yang menangis takut.
"LEPASKAN DIA!!!" melihat balita itu sudah sangat lemas. Akhirnya cekikannya melonggar. Anak berlumur darah berdiri, menatap Takahiro keji.
"Aku akan membunuhnya, menggunakan tubuhnya untuk membunuh lebih banyak manusia. Siapa kau mengaturku?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yami No Tenshi
FantasyChapter 21 sampai ending diprivate Semua part masih lengkap. "Jika kematianku adalah bukti cinta untukmu, maka hidupku selamanya akan jadi milikmu." Sekejam setan namun serupawan malaikat. Setiap wanita yang melihatnya terbius dengan kar...