Dua Lima ; Dia Yang Ditakuti

13.1K 2.2K 220
                                    

"Taka-chan, akhirnya kau waras juga."

"Kau ingin kubunuh, Hirasaki Akino?"

"Tidak-tidak, hanya saja tadi tidak biasa. Pertama kalinya kau memuji seorang wanita." Hirasaki menggeleng tidak percaya. "Kau menyebutnya paling cantik di dunia. Seperti bukan dirimu saja."

"Memang aku seperti apa?" Takahiro berkata tidak peduli. Dia merangkul Chi di sisinya, maniknya bergerak awas saat sadar ditatap dari berbagai sisi. Kerajaan yang kotor. Benar-benar hanya akan menghabiskan waktu saja kalau membunuh tebang pilih. Lebih cepat jika diratakan semua.

"Biasanya, yang kau anggap paling cantik di dunia hanya adik-adikmu saja."

"Tapi, Ritsuka-sama memang cantik." Chi mengangguk-angguk. Dia bahkan sesaat dibuat terpukau. Seperti boneka hidup, pakaian yang dipakainya juga indah sekali. "Walau di mata saya, Mitsuki-sama jauh lebih cantik. Beliau tetap tidak kehilangan keindahannya saat tidak memakai riasan wajah sedikit pun.

"Saat kami ada di perkebunan, ada seekor ular yang nyaris mematuk hamba. Mitsuki-sama berjongkok dan mengulurkan tangannya, ular itu langsung jinak, Takahiro-sama. Melingkari tangan Mitsuki-sama dan bermain dengan beliau. Mungkin itu penyebab kenapa Mitsuki-sama selalu memakai cadar? Bukan hanya manusia, hewan pun bisa jatuh cinta pada beliau. Senang sekali."

"Aku akan mencubitmu jika berkata baik tentang wanita kotor itu, Chi." Takahiro benar-benar mencubit pipi Chinatsu sampai gadis itu menjerit memohon ampun. Dia masih sensitif kalau membahas sesuatu yang berhubungan dengan perebut salah satu adik kesayangannya.

"Tapi, Taka-chan, benar kau menganggap Ritsuka-sama paling cantik di dunia?"

"Tentu saja."

"Mengalahkan Fuyumi-Hime? Kalau beliau mendengar itu, beliau pasti menangis sambil berkata, 'Nii-sama jahat! Aku tidak akan lagi mengirim surat'. Lalu kau mati terkekang rindu tidak normalmu itu, Taka-chan."

"Apa maksudmu rindu tidak normalku, Baka-saki?" Takahiro melirik bengis. Hirasaki hanya nyengir tidak menjawab. "Aku tidak berbohong. Ritsuka memang paling cantik di dunia."

"Lalu Fuyumi-Hime?"

"Adik-adikku paling cantik di dunia dan akhirat. Jadi Ritsuka pun hanya seperti butiran pasir dibanding mereka." Takahiro merentangkan tangannya lebar-lebar. Dia tertawa gila, "Memang adik-adikku itu tidak ada bandingannya."

"Syukurlah. Ternyata kau masih seabnormal biasanya Taka-chan."

"Biarkan aku memotong lehermu, Kuso-saki!"

Mereka berjalan menyusuri lorong. Diarahkan beberapa pelayan menuju paviliun utara. Tempat yang akan ditempati Takahiro dan pengikutnya. Melewati kawasan perkebunan, sungai, dan gudang senjata. Akhirnya mereka sampai di depan sebuah bangunan yang cukup besar. Terdapat teras luas dan dikelilingi banyak tanaman hias. Berlantai kayu, dua jengkal di atas permukaan tanah.

Takahiro mengetuk-ngetuk lantai dengan ujung sepatunya lalu menoleh. Menatap salah satu pelayan, "Dulu, di bawah sini ada apa?"

Para pelayan saling menatap. Membungkuk, kepala pelayan menjawab, "Dulunya, ini tempat eksekusi para pemberontak. Lalu, raja sebelumnya menghancurkan bangunan itu untuk dibangun paviliun utara."

Pantas Shinigami bilang baunya cukup menyengat.

"Lalu, dipindahkan ke mana?"

"Di gerbang selatan, Takahiro-sama."

"Penjara di dekat gerbang?" Takahiro mengangkat sebelah alis. Benar-benar heran dengan tata letak yang ada di Kerajaan Ame. "Bawakan aku peta Negara ini."

Yami No TenshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang