Nyanyian burung, panggilan suara hewan penghuni hutan, juga cahaya matahari yang menyusup lewat celah-celah dedaunan. Udara segar yang tidak mereka dapat saat masih menempati istana.
Takahiro cukup menikmati perjalanannya. Bersandar ke dinding kereta kayu tanpa atap yang dikendalikan oleh Hirasaki. Di sampingnya Chinatsu terkantuk-kantuk. Gadis yang tidak terbiasa diam, mudah bosan dan cepat mengantuk. Takahiro mendiamkannya.
Duk.
Chi meringis kesakitan, kepalanya terantuk dinding kayu. Takahiro menoleh dan melihatnya. Gadis itu masih memejamkan matanya rapat. Kasihan, Takahiro membawa Chi ke dalam dekapannya, membiarkan pelayannya terlelap.
Hirasaki menghentikan kereta.
Mereka sudah memasuki titik terdalam hutan.
"Sepertinya kita sedang diburu, Taka-chan." Hirasaki tersenyum lalu menoleh. "Mau kau yang selesaikan?"
"Tidak." Takahiro memejamkan matanya. "katana-ku harus kau perbaiki. Sepertinya sedikit cacat saat aku memotong teralis besi untuk mengeluarkan Chinatsu beberapa minggu lalu."
"Biarkan aku melihatnya." Seolah tidak peduli walau saat ini mereka sedang dikepung, Hirasaki berbalik dan mengulurkan tangan. Keluarganya merupakan pembuat katana terbaik yang bahkan terkenal ke sepenjuru Negeri. Semua senjata yang mereka buat, pasti terjual dengan harga yang mengagumkan. Sebagai seorang Hirasaki, pria bernama kecil Akino juga memiliki kemampuan dan pengetahuan yang tidak bisa diremehkan soal katana.
Takahiro menyerahkan katana miliknya. Hirasaki menerimanya lalu mengeluarkan pedang itu dari sarungnya. Dia memeriksa katana secara detail, maniknya melebar, "Taka-chan!"
"Hm?"
"Bagaimana bisa kau turun ke medan perang dengan katana yang sudah tidak mungkin diperbaiki lagi? Ini bukan hanya karena memotong besi. Terakhir kali aku memeriksa kondisi katana-mu itu dua tahun yang lalu." Hirasaki mengeluh. "Perlakukan senjatamu dengan baik. Kau beruntung ini tidak patah saat beberapa kali kita menyerang sarang bandit tempo hari."
Hirasaki bergumam, "Kasihan. Padahal ini salah satu senjata terbaik dan termahal yang dibuat keluarga Hirasaki."
"Jadi, katana itu sudah tidak berguna sepertimu, Hirasaki?"
"Jangan samakan katana-mu denganku!" Salah satu Shogun Kerajaan Langit memprotes keras. "Sebaiknya kau pakai ini saja, terbaru, dan lebih baik dari yang lalu."
Hirasaki membuka kotak kayu panjang yang selalu dibawanya ke mana pun dia pergi. Ada sebuah katana bersarung hitam di sana. Memang sengaja disiapkan untuk Takahiro saja. Membutuhkan waktu lebih dari setahun untuk menyelesaikannya, dibuat oleh ayahnya yang dibantu Hirasaki Akino sendiri.
Pria itu sadar Takahiro pasti akan membutuhkan katana pengganti. Karenanya tanpa diminta, sejak setahun yang lalu Hirasaki mencoba membuat senjata ini. Dia menyerahkannya pada Takahiro. Eiji sulung menerimanya, kemudian melepaskan sarungnya.
Mata katana bermotif api ungu. Katana-nya hitam legam memantul cahaya.
Takahiro mengayunkannya sedikit dan berkomentar, "Ringan."
"Hahaha~ semua uangmu saat ini tidak akan cukup untuk membayarnya, Taka-chan."
"Bayarannya, cukup dengan sekarang aku membiarkanmu hidup." Takahiro tersenyum kecil. Katana yang cukup baik. Dia memasukan kembali ke dalam sarungnya kemudian berkedip. "kita sudah dikepung."
Akari menyapu pandang, melihat sekumpulan pria besar berpenampilan kumal yang ada di sekitar. Sepertinya mereka belum tahu siapa yang menjadi lawan. Terlalu merendahkan hanya karena rombongan Akari terdiri dari empat orang termasuk seorang gadis yang ketiduran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yami No Tenshi
FantasíaChapter 21 sampai ending diprivate Semua part masih lengkap. "Jika kematianku adalah bukti cinta untukmu, maka hidupku selamanya akan jadi milikmu." Sekejam setan namun serupawan malaikat. Setiap wanita yang melihatnya terbius dengan kar...