51. Untukmu Yang Akan Pergi (Ending)

17.3K 2.6K 955
                                    

Ini adalah part terakhir Yami no tenshi. Pastiin kalian ninggalin komentar-komentar paling spektakuler selama bacanya nanti. Terakhir gitu loh. Hahahaha.

Yang ngerasa belum vote, sialakn vote ulang dari awal, yang ngerasa belum pernah komen, silakan tinggalin komen kesan-kesan kalian selama beberapa tahun ngikutin perkembangan cerita ini.

Chapter ini panjang sekale.

Happy reading.

***


"Hentikan itu, Nii-sama, aku tidak mau minum obat pahit lagi."

"Tapi jika kau tidak minum obat, lukamu tidak akan sembuh, Fuyumi."

"Aku tidak peduli!"

"Kau akan peduli." Takahiro menampik. "Itu pun... jika kau memikirkan betapa khawatirnya aku padamu."

Fuyu terdiam, dia yang duduk di pangkuan Takahiro menatap wajah kakaknya sebentar, Fuyu mulai meminum obatnya. Dia menjulurkan lidah dan histeris, obatnya pahit tidak ada duanya. Tapi melihat wajah Takahiro, dengan mata berkaca-kaca Fuyu meneguk obatnya sampai habis.

Takahiro tersenyum dan mengusapi kepalanya. Dia mengecup pelipis Fuyumi lama, "Kau gadis nakal. Kenapa kau pergi dari istana sendirian?"

Fuyumi merintih, iris emas itu masih tidak membuatnya terbiasa. Rambut Takahiro juga seputih salju, tidak lagi gelap memukau seperti dulu. Tapi selama Takahiro masih menjadi dirinya sendiri, Fuyu tetap menerima pria itu apa adanya. Dia tetap mencintai kakak sulung yang selalu saja memprioritaskan Fuyu di atas segalanya.

"Aku bosan dengan Kou dan ingin bertemu denganmu."

"Tapi kau tidak bisa pergi sendirian." Takahiro mengecupi setiap jari lentik Fuyumi penuh perasaan. Dia masih merasa akan gila kalau mengingat pertemuan pertama mereka. Fuyu tidak bergerak, bermandi darah, dan nyaris mati di depan kedua matanya. "Kau adalah napasku... bagaimana aku bisa hidup jika terjadi sesuatu yang buruk padamu?"

"Ya, mungkin Nii-sama akan ikut mati bersamaku." Fuyu tertawa. "Lalu Kou akan merasa bersalah dan mati juga."

"Kau itu..."

Sebuah ketukan di pintu, seseorang berkata, "Takahiro-sama, Mihara-san sudah sadar."

"Ya." Takahiro membimbing Fuyu hati-hati agar berbaring di ranjang, tidak mau lukanya kembali terbuka. Pria itu menyelimuti adiknya sampai dada. Mengecup wajah Fuyu berkali-kali. Fuyu tersenyum manis. "Tidurlah, aku akan melihat Chinatsu sebentar."

Fuyu mengangguk.

Takahiro berdiri, dia nyaris pergi saat Fuyu memanggil, "Nii-sama."

Takahiro menoleh.

"Aku bisa merasakan perubahanmu." Fuyu memberi jeda, iris kelam itu menyorot kakaknya redup. "Kau harus jujur dengan perasaaanmu, Nii-sama. Chinatsu gadis yang luar biasa. Dengan tubuh kecilnya, dia berusaha menyeretmu meninggalkan para bandit padahal dia tahu itu sia-sia."

Takahiro tidak bisa menjawab.

"Katakanlah!" Fuyu memberi semangat. "Katakan semua yang selama ini kau tahan, jangan lagi memiliki keraguan, karena kita tidak akan tahu... kapan Chinatsu lelah dan ingin menyerah."

Takahiro mengulum sunggingan, "Tidurlah, Fuyumi. Arata sudah datang, dia dan Akari akan berjaga. Hirasaki juga sepertinya sudah diberitahu untuk kembali ke sini. Jika kau sudah cukup pulih, pulanglah."

Takahiro keluar dari kamar Fuyumi. Arata, Akari, Ryuu dan puluhan tentara dari Kerajaan Langit langsung berlutut begitu melihatnya. Takahiro menatap mereka dingin dan berkata sinis, "Aku tahu kalian tidak berguna, aku tidak peduli siapa pun yang mati, tapi sekali kalian gagal melindungi Fuyumi, aku akan melenyapkan nama marga kalian sampai tidak ada yang tersisa."

Yami No TenshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang