Dua Tiga ; Mereka Yang Melindungimu

15.6K 2.3K 273
                                    


Setengah jam Hirasaki menghilang, terdengar suara langkah kaki mendekati kamar. Ryuu bersikap waspada, bersiap menarik katana ketika Takahiro tidak terlalu peduli. Pintu dibuka -nyaris didobrak. Seorang pria kuyup dengan aroma amis masuk dan berteriak, "Taka-chan, mengerikan. Di luar sana sangat mengerikan. Negara ini tinggal menunggu hancur saja."

"Yang paling mengerikan itu kau." Takahiro menoleh, dia menatap Hirasaki tajam, "untuk apa kau membawa satu potongan kepala ke kamarku?"

"Oh." Hirasaki mengangkat kepala yang dia ambil. Sengaja, sebagai bukti kalau dia sudah menyelesaikan tugasnya, "dia salah satu ketua bandit. Aku mau membuat gagang katana baru menggunakan tulangnya. Untukmu."

"Mati saja kau, Baka-saki. Lenyaplah ditelan bumi Aho-saki."

Hirasaki tertawa sinting.

"Hirasaki-sama." Tsukumi yang sejak tadi memerhatikan tersenyum kecil. Hirasaki menoleh, "orang yang kepalanya Anda penggal, tepat ada di belakang Anda."

"Apa maksudmu?" Hirasaki diam sebentar. Sedetik kemudian bulu kuduknya merinding, "hantu? Maksudmu dia jadi hantu? Mengerikan!"

Hirasaki melempar kepala dalam genggaman keluar jendela. Dia bernapas lega, "Untung sudah kubuang."

"Dia masih ada di belakang Anda."

"SUCIKAN AKU TSUKUMI!"

Takahiro mendengus saat Hirasaki mulai merengek minta disucikan. Dia tidak habis pikir. Selama ini Hirasaki sudah banyak membunuh, menyaksikan banyak tubuh yang dia koyak sampai tidak jelas wujud. Kenapa dia masih takut dengan hantu?

"Jadi bagaimana kondisi Negara Ame saat ini?" Takahiro bertanya. Hirasaki setidaknya pasti sudah mencari informasi. Pria yang duduk memepet pada Tsukumi berharap tidak diganggu hantu kali ini menatap Takahiro di depannya. Wajahnya berubah serius.

"Dengan kemampuanmu pun, setidaknya kita akan menghabiskan minimal tiga bulan, sampai setengah tahun." Hirasaki menahan napas, "daripada membenahi, akan lebih cepat kalau diratakan saja sekalian. Bukan hanya menjadi sarang bandit, pejabat korupsi, rakyat yang terus diintimidasi, pajak tinggi sehingga harga makanan dan barang semakin mahal saja."

Hirasaki menggeleng, "Ratunya benar-benar idiot dan tidak bisa melakukan apapun. Kalau tidak secantik gosip, lebih baik kau bunuh saja dan kita jajah Negara ini."

"Kou ingin aku memperbaikinya." Takahiro mengelak. Itu permintaan adiknya, titah sang raja. Walau Takahiro akhirnya mengetahui fakta kalau tentara bantuan yang dikirimkan Negara ini tidak lebih dari lima ratus orang saat Perang Kaguya, tapi sepertinya memang sejumlah itu tentara yang bisa dikirimkan Negara nyaris hancur yang kini disinggahinya. "secepatnya kita akan menemui Ritsuka-sama."

"Besok?"

"Nanti." Takahiro kembali fokus menatap Chi yang masih terlelap, "setelah Chi sembuh."

***

"Kudengar Negara kita dikunjungi Yami no Tenshi."

"Ya, ternyata benar Ritsuka-sama meminta bantuannya."

"Apa beliau akan menolong kita?"

"Kabar yang kudengar, Desa Miwa yang menjadi sarang bandit-bandit kuat saja berhasil diselamatkan dalam satu malam."

"Kami-sama akhirnya menolong kita."

"Uwah, kita lagi-lagi jadi pusat perhatian." Hirasaki berjalan di samping kiri Takahiro bergumam takjub. Pagi ini, mereka keluar penginapan untuk mencari informasi yang lebih lengkap. Takahiro ingin memastikan semua dengan mata kepala sendiri, tempat mana saja yang pertama kali harus dia benahi?

Yami No TenshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang