Empat Belas ; Suara Yang Mencapaiku

13.3K 2.3K 171
                                    

1350 word (16/02/2017)

Karena gak ada tanggal 30 di feb, udpate YnT bulan ini diganti jadi tgl 6, 16, sama 26. Bulan depan balik ke tanggal normal.

***

"Jika kalian selemah ini, kalian akan mati." Takahiro mencengkeram leher Hirasaki kemudian melemparkan pria itu sekuat tenaga. Hirasaki menjerit sakit. Bisa dia rasakan beberapa tulang rusuknya patah.

Mereka terluka parah.

Akari bahkan sudah kesulitan menggerakkan tangan kiri. Darah bercucuran dari pelipis kanan, membuat pandangannya sedikit mengabur.

Tidak berbelas kasih.

Siapa pun yang berada dalam jangkauan pedangnya, entah itu pengikut atau mereka yang memusuhi, Takahiro akan menebasnya tanpa ampun. Bahkan, Suku Tanpa Nama yang tadi bersujud untuknya pun Takahiro lenyapkan tanpa pikir panjang.

Seolah tidak peduli karena berkat mereka lah sosok shinigami saat ini bisa keluar.

"LARI!!!" Teriak Akari saat sadar mereka sudah tersudut. Gila. Takahiro terluka separah itu pun masih bisa sekuat ini. Tidak ada cara lain untuk selamat selain melarikan diri.

Chinatsu diseret Tsukumi kabur. Begitu juga Reiko dan Yumi. Akari membantu Hirasaki yang bahkan sulit berdiri.

Tawa menggelegar Takahiro mengikuti. Membuat sekujur tubuh merinding.

Akari kehabisan langkah. Di perang akbar dulu, melawan sosok sadar Takahiro dibantu Kou saja dia sudah nyaris mati. Kalau tanpa bantuan Mitsuki, mustahil saat ini Kou dan Akari masih hidup. Sekarang, dia harus melawan Takahiro dalam sosoknya sebagai shinigami. Memiliki kekuatan jauh di atas saat sang sulung Eiji saat sadarkan diri. Ditambah, rekannya saat ini hanya Hirasaki.

Tidak ada jalan lain.

Akari melompat mundur dan menghunuskan katana saat Takahiro sudah muncul di depannya dan nyaris menebas kepala mereka. Takahiro terus saja terbahak-bahak, dengan darah yang mengalir dari kedua bola matanya yang melebar.

Takahiro akan mati.

Tubuhnya sudah sampai batasnya, tapi seolah tidak bisa merasakan sakit sama sekali.

"Sadarlah Takahiro-sama. Anda akan mati kalau tidak segera diobati." Akari menendang perut sang Tuan mundur. Kembali terseok-seok dia membawa Hirasaki kabur.

"Pergi, Genji." Hirasaki berbisik lirih. Dia sudah tidak kuat lagi. "Kau akan mati kalau tetap membawaku seperti ini."

"Diamlah." Akari tidak mau menyerah. Dia bukan tipe orang yang akan meninggalkan rekannya dalam bahaya. "Kita semua pasti akan selamat. Apa yang bisa kita lakukan agar Takahiro-sama segera sadar?"

Menyusuri jalan setapak, dengan kabut biru yang mulai menipis. Tidak ada yang bisa mereka dengar selain langkah kaki, gemerisik daun dan ranting patah, napas memburu, juga tawa Takahiro yang kian menggelegar saja.

"Apa tidak ada caranya?" Chinatsu menatap Tsukumi yang menyeretnya keluar hutan. "Tsukumi-san, apa tidak ada cara untuk menolong Takahiro-sama?"

"Yang Suku Tanpa Nama lakukan adalah ritual pemanggilan." Tsukumi menjelaskan. "Kita harus melakukan hal yang sama."

"Kalau begitu-"

"Hanya keluarga." Tsukumi terengah-engah. Dia putus asa. Harusnya dia mencegah mereka masuk Hutan Ao menjelang malam. Dia terlalu sungkan untuk mengingatkan. "Hanya keluarga, mereka yang cukup dekat dengannya yang bisa melakukannya."

"LEPASKAN AKU! LEPASKAN AKU BAKA-HIRO!!!"

Chi menghentikan langkahnya, menatap Yumi yang wajahnya dicengkeram sementara Reiko sudah terdampar tidak sadarkan diri di belakang mereka. Yumi memukuli lengan Takahiro sekuat tenaga, dia ketakutan dengan manik merah yang menatapnya rendah.

Yami No TenshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang