Part 17

8.1K 256 1
                                    

Aku menghubungi Alice, meski sedikit kecewa ia tidak bisa datang ke Apartment karena ada urusan keluarga.Sudah terlanjur juga aku  menghidangkan supnya di meja makan.

Aku merasa bingung kalo harus memakan supnya sendiri. Belum memakannya saja aku sudah kenyang melihatnya karena membuat untuk porsi 2 orang.
Bosan di Apartment rencanaku hari ini  batal pergi ke kantor Pak Irfan. Pak Irfan  melarangku kemana-mana.

"Siapa sih dia berani menyuruhku"  umpatku.

Sejak tadi  aku mendengus sebal mengganti channel tv tapi tak ada satupun yang menarik untuk di tonton akhirnya aku mematikan televisi.

Ada notif yang masuk di  ponselku mataku melotot.

Apartment kamu di lantai brp??

Aku gugup gak percaya barusan chat dari Pak Irfan

Lantai 5 pak  kamar nomor 83

***
Aku segera masuk ke kamar mengecheck penampilanku mengambil lipgloss  memoleskannya sedikit di bibirku.

Ting-tong

Mendengar bel di apartmentku berbunyi aku bergegas membuka pintu. Tanpa melepaskan pandangan aku  terposana melihat penampilan Pak Irfan dengan rambut acakannya ia masih terlihat keren.

"Boleh aku masuk" tanya Irfan.

"Bo ooleh kok"aku gugup

Jujur ia terasa gugup baru kali ini ada orang asing yang masuk ke apartmentnya.

Hening. Aku terdiam sejenak bingung harus memulai obrolan. Aku seperti kehabisan bahan obrolan tapi kuingat  semalam yang ku pakai. Aku berdiri dari dudukku berjalan ke kamar.

"Ini jasnya" ucapku.

Tapi aku  tak menemukan Pak Irfan duduk di sofa.  Aku masuk ke dalam dan terkejut mendapati Pak Irfan sudah duduk di  meja makan.

Antara bahagia dan kesal perasaanku sungguh campur aduk.

"Oh ya makasih lo,udah nyiapan makanan spesial"

Aku melongo menatapnya "Maaf ya Pak siapa yang ngizinin masuk ke dapur saya" tukasku.

"Nggak ada sih, tadi cium aromanya ya udah masuk aja , gak apa-apakan kalo gitu kita makan bareng " ucap Irfan tanpa merasa bersalah

"Bukannya minta maaf malah nyuruh orang seenaknya saja" gumam Amanda.

Irfan tak menggubris perkataan Amanda ia tetap melanjutkan acara makannya.

Bukannya makan aku malah mengamati Pak Irfan. Aku tak menyangka seorang CEO kaya makannya banyak banget harus kuakui makan aja  ketampanannya gak berkurang.

Sebenarnya aku senang makanannya habis takutnya entar basi kalo aku gak bisa habisin semua menunggu Alice juga gak mungkin.

Love My LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang