Pt. 01

4K 424 18
                                    

Jennie POV

Hari ini aku akan bertemu dengan keluarga dari pria yang akan di jodohkan denganku, dan tentunya dengan pria itu juga. Aku baru selesai mandi dengan tubuhku yang masih berbalut baju handuk aku melirik jam dinding kamarku. Sekarang pukul 08.37 pagi. Aku berjalan menuju lemariku. Aku memilih pakaian yang akan aku kenakan. Pilihanku tertuju pada gaun berwarna soft pink dengan lengan panjang sampai siku dan menjuntai hingga lutut atas lutut.

Ayah bilang keluarga pria yang akan di jodohkan denganku itu akan datang pukul 11.00 siang. Dan akan makan siang disini. Aku sudah bersiap dari sekarang. Karena maklum, perempuan dandannya agak lama. Dan aku juga ingin menampilkan kesan yang baik kepada mereka nanti.

---

Hampir 2 jam aku duduk di depan meja riasku. Tentunya untuk merias diri. Kubiarkan rambutku terurai ke depan bahuku dengan aksen sedikit bergelombang. Ku raih high heels yang senada dengan kulit kakiku.

Tok.. Tok.. Tok..

Tiba-tiba aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku. "Jennie, apa kau sudah siap? Ayo keluar, sebentar lagi keluarga Oh datang." Panggil oppaku setengah berteriak.

"Aku sudah siap." Sambil berputar di depannya. Oppa hanya tersenyum dan aku menggandengnya berjalan menuju ruang tamu. Disana keluargaku sudah berkumpul, dan tak lama suara mobil terdengar di teras rumahku. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa gugup. Oppa yang melihat ekspresiku mengelus rambutku. "Kau tidak apa-apa? Jangan gugup mereka bukan kanibal." Katanya sambil terkekeh.
.
.
.

Sehun POV

Hari yang kunanti tiba. Hari yang mungkin menjadi hari 'kematianku' di hadapan Jennie. Perasaanku sudah tak karuan. Aku mencoba menyembunyikannya. Namun, hatiku tidak bisa bekerja sama kali ini. Jantungku terus terpompa lebih cepat dari biasanya.

Baru akan bertemu saja aku berasa akan mati. Apalagi nanti saat menikah? Membayangkannya saja tubuhku jadi lemas. Entah kenapa, hanya seorang Kwon Jennie yang mampu membuatku seperti orang gangguan jiwa seperti ini. Aku memang pernah bahkan sering bertemu dengan berbagai macam perempuan, ingat hanya bertemu. Kebanyakan perempuan yang menggodaku dengan segala cara. Tapi hanya Jennie yang membuatku tertarik bahkan pada pandangan pertama.

Kini mobil keluargaku sudah terparkir di depan rumahnya. Supirku membukakan pintu van hitam yang kami kendarai. Aku, ayah, dan ibuku. Aku yang duduk paling belakang turun terakhir, masih dengan kegugupanku.

"Selamat datang kawanku." Suara pria paruh baya yang tak lain adalah Tuan Kwon, calon mertuaku semakin membuatku gugup tak karuan. Tapi dengan tarikan nafas yang dalam dan kuhembuskan dengan perlahan aku mencoba menutupinya dan tersenyum semanis yang kubisa.

Calon ayah mertuaku memeluk ayahku sambil tersenyum. Ya mereka tersenyum. Setelah para orangtua saling menyapa, pandangan Tuan Kwon beralih kepadaku. Aku tersenyum dan membungkukkan tubuhku 90 derajat.

"Apakah ini calon menantuku? Whoa.. Dia sangat tampan. Apa dia benar anakmu? Dia bagaikan seorang pangeran." Katanya sambil memelukku, dan tentunya kubalas pelukannya.

"Ayo sekarang kita masuk." Nyonya Kwon mengambil alih pembicaraan. Kemudian kami masuk. Jangan tanya bagaimana keadaanku, sangat, sangat gugup.

---

Saat kami sudah berada di ruang tamu, ingin rasanya aku berlari dan berteriak sekeras mungkin untuk mengurangi kecepatan detak jantungku, saat aku melihat Jennie tersenyum manis dan membungkuk memberi salam kepada orangtuaku, dan kemudian dia melihat ke arahku dan tersenyum. Aku tak sempat membalasnya karena terbelalak melihat kecantikannya.

First And LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang