6

2K 195 5
                                    

Gabby POV

"Bisa kita lanjutkan pembicaraan kemarin? Sepulang sekolah di halaman depan."

"Kumohon?"

Aku mencabut sticky note terakhir, lalu mengedarkan pandangan untuk mencari seseorang yang sudah menempelkan permohonan ini di lokerku.

Mataku berhenti mencari ketika melihat Shawn yang sedang bercanda dengan teman-temannya, dia terlihat sangat bahagia, tertawa setiap kali temannya selesai memperagakan sesuatu. Aku jadi sedikit iri kepadanya, aku rindu memiliki seorang teman.

Tanpa sengaja Shawn melirikku yang sedang menatapnya, seperti kepergok melakukan suatu kesalahan, aku segera berbalik menghadap loker kemudian membukanya, tanpa tahu harus melakukan apa.

Oh ya, aku sampai lupa kalau aku membawa jaket yang Shawn pinjamkan kepadaku di dalam tas, sebaiknya aku simpan saja di dalam loker, dan mengembalikannya saat pulang sekolah nanti.

Kulepas ransel yang berada di pundakku, kemudian membukanya, mengeluarkan jaket milik Shawn untuk ku simpan di dalam loker.

Aku menutup pintu loker, dan tiba-tiba, "Hey" tubuhku kembali terlonjak kaget ketika mendengar sapaan tersebut. Shawn menyandarkan samping tubuhnya ke loker sebelah.

"Kita tidak berbicara saat ramai, ingat?" Tanyaku tanpa menatap wajahnya.

"Gabby, mahluk sosial berkomunikasi kapanpun," sahutnya lalu kembali tersenyum. "Kau berhak mendapatkan teman untuk bercanda bersama." lanjut Shawn yang membuatku menunduk.

"Pulang sekolah di halaman depan." bisikku lalu pergi menjauh darinya. Jika aku berhak mendapatkan seorang teman, mengapa sejauh ini aku tidak memiliki satupun?

•••

Aku suka dengan semua pelajaran yang ada di sekolah ini, kecuali satu hal, yaitu olahraga. Bukan karena aku tipe gadis yang tidak suka berkeringat, jujur saja pekerjaanku selalu membuatku berkeringat setiap hari, aku pergi dan pulang sekolah juga selalu berkeringat karena bersepeda. Aku benci olahraga hanya karena di pelajaran inilah semua manusia-tolol-luar-biasa bersatu.

Kelompok cheers yang rata-rata adalah 'Talitha Squad' dan kelompok basket yang nyaris semuanya adalah 'Cameron Squad' cukup untuk membuat kepalaku pening mendengar nyinyiran dari mereka semua. Tidak peduli apa yang dikatakan oleh Mr. Smith, mereka akan tetap mengejekku.

"Baiklah, hari ini kita akan bermain bola tangan. Kalian sudah tahu bagaimana aturan mainnya kan?" Mr. Smith membawa satu bola volley di tangannya. "Aku yang akan mengatur kelompok, kalian tidak boleh menolak. Laki-laki dan perempuan akan disatukan."

Satu per satu murid dipanggil, mereka langsung berkumpul dengan senyum riangnya saat bertemu dengan teman satu squadnya.

"....Taylor, Shawn, Tate, Irenne, Gabby. Kalian satu kelompok." Dengan malas aku segera bangkit dan berjalan mendekat dengan kelompokku, yang sudah pasti tidak akan diterima. Nyinyiran kembali terdengar, mereka semua berencana untuk mengenaiku terlebih dahulu. Ini pasti akan melelahkan.

Suara peluit terdengar, bola dilemparkan oleh Mr. Smith. Shawn sebagai ketua di kelompokku berusaha merebut bola dari Cameron, sebagai ketua di kelompok lawan. Saat bola sudah berada ditangan Cam, tubuhku segera bersiap menerima lemparan bola. Sesuai dengan apa yang kudengar, bola tersebut selalu menuju kepadaku. Sebagai wanita yang memiliki kaki pendek, berlari menjauh menjadi sedikit sulit.

Madison sebagai kelompok lawan memegang bola, dia melempar bola tepat ke arahku, membuatku berusaha berlari kesana kemari. Dilanjut dengan Veronica yang melakukan hal yang sama. Setelah hampir sepuluh menit aku berlari-lari, sepertinya inilah saatnya aku untuk menyerah.

Bad Reputation [S•M] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang