29

1.6K 163 27
                                    

Gabby POV

Aku dan Sky sudah pulang, tapi Ryan masih memiliki sedikit urusan. Sepertinya dia akan pulang tepat saat jam makan malam, Sky sudah meminta untuk dibelikan pizza. Dia gadis kecil yang pengertian, tahu ketika ayahnya sibuk dan tidak menyusahkan.

"Biasanya Dad menyimpan cemilan di lemari pantry, kau bisa mengambilnya jika lapar." Katanya ketika kami turun untuk menunggi Ryan di ruang tamu.

"Aku tidak lapar. Apa kau mau aku ambilkan sesuatu?"

Sky menggeleng. "Aku sedang menunggu pizza datang."

Kami menghabiskan beberapa belas menit dengan menonton acara tv secara acak. Terkadang film kartun, terkadang acara perlombaan memasak, lalu berhenti di acara series keluarga. Kami juga lumayan berbincang banyak, tapi lebih dominan membicarakan tingkah laku Ryan setiap akhir pekan.

Aku menggeliat di atas sofa ketika mendengar suara pintu terbuka. Sky -selalu yang menjadi- orang pertama untuk menyambut Ryan. Pria itu membawa dua kotak pizza dan satu kotak nugget.

"Kami sudah menunggu Dad daritadi." Rengek Sky sembari memeluk kaki ayahnya.

"Maaf Dad sedikit terlambat, karena terlalu sibuk mencari program homeschooling untuk kakakmu." Jawaban tersebut tentu membuatku bangkit seketika.

"Kau serius?" Tanyaku tidak percaya.

"Aku masih harus melakukan riset, tapi kuharap secepatnya." Aku tersenyum, lalu segera menyusul mereka ke meja makan.

Ryan membuka kotak pizza, memberikan satu potong untuk Sky. Aku pun mengambil satu potong, memakannya dengan suka cita.

"Tadi Shawn menghajar Matt." Seketika aku berhenti mengunyah. Hal bodoh apa lagi yang mereka lakukan?

"Aku sempat mengecek keadaan Matt di rumah sakit, dia baik-baik saja. Tulang pipinya hanya sedikit retak." Lanjut Ryan. Dia menyandarkan pantatnya di meja samping meja makan.

"Shawn sangat marah karena suatu hal, aku tidak tahu apa tapi sepertinya cukup untuk membuatnya murka." Ryan terus berbicara, sedangkan aku hanya menatapnya.

"Shawn bilang dia akan lebih marah jika Matt berani menyentuhmu lagi." Sekarang aku tahu apa maksud dari perkataannya. "Apa kau pernah disentuh olehnya?" Yap, sesuai dugaanku.

Aku menoleh ke arah Sky sekilas. "Akan kita bicarakan nanti. Sebaiknya sekarang kita makan." Ryan mengedikkan bahunya lalu menarik kursi, ikut bergabung dengan kami menyantap pizza.

Nafsu makanku seketika hilang, aku khawatir apakah Shawn juga terluka? Tapi Ryan bilang menghajar alih-alih bertengkar. Apa yang terluka hanya Matt? Aku hendak menanyakannya pada Ryan, tapi akan lebih baik bila aku sendiri yang bertanya pada Shawn. Tapi bukankah aku hendak menjauh darinya? Astaga, aku tidak tahu harus bagaimana.

Otakku terus mengatakan bahwa aku harus menjauh darinya, tapi hatiku memberontak dan meminta diriku untuk segera menghubungi Shawn. Pihak mana yang harus kupilih untuk kali ini?

•••

Shawn POV

"Tidak ada mobil, tidak ada gitar, tidak ada uang tambahan." Ucap Dad dengan tegas. Aku hanya bisa menunduk, kali ini tanganku benar-benar memar. Aku terus memperhatikan tanganku selama Dad berbicara.

"Shawn, apa kau mendengarku?" Aku mendongak, lalu mengangguk perlahan.

"Dad tidak habis pikir, selama ini kau uring-uringan di rumah, dan hampir merusak wajah temanmu saat disekolah?"

Bad Reputation [S•M] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang