Gabby POV
Mr. Prescott segera kembali ke sekolah setelah mengantarku ke rumah, bahkan dia tidak menungguku untuk mengembalikan jas miliknya. Dia seperti tergesa-gesa juga terlihat sangat marah. Aku ingin mempedulikan hal tersebut tapi suara ketukan pintu mengganggu konsentrasiku.
Aku membiarkan tamu tak diundang itu mengetuk kurang lebih empat menit karena aku perlu mengganti pakaian. Suara ketukan kembali terdengar, membuatku sedikit terkesan dengan kegigihannya padahal semenjak Mom meninggal, rumah ini tidak pernah kedatangan satu orang pun tamu.
Aku membuka pintu dan seketika menyesal telah membukanya. "Kau baik-baik saja?" Tanya Shawn dengan raut wajah cemas. Sebenarnya aku senang jika bersama Shawn, menit-menit yang kulalui bersamanya terasa indah, tapi hari ini aku terlalu malu juga takut untuk kembali mendekat padanya. Mungkin akan lebih baik jika aku menjauh darinya sebelum aku benar-benar tidak bisa melepasnya.
"Gabby." Shawn mencoba mendekat tapi aku segera mundur. Kini wajahnya terlihat cemas juga kecewa. Aku menggeleng, memintanya untuk pergi. Shawn membalasnya dengan gelengan kepala, memohon agar dia tetap disini.
"Ada apa?" Tanyanya. Dia melirik tanganku sekilas, perasaan yang sedang melandanya sangat terpancar dari ekspresi wajahnya. Shawn bagaikan kertas buram dan aku bisa melihat apa yang ada di balik kertas tersebut. Marah, sedih, kecewa, panik, dan -aku benci mengatakannya- peduli. Dia peduli padaku.
Setetes air mataku mulai mengalir, aku senang karena dia peduli padaku tapi di sisi lain aku benci karena harus menjauh dari satu-satunya orang yang mau peduli kepadaku. Aku menginginkannya tapi aku tidak bisa membiarkan harga diriku kembali terinjak-injak.
Sudah cukup selama ini mereka tahu aku bekerja di tempat terkutuk, mereka tidak berhak untuk tahu ada apa di balik bajuku. Bahkan saat Cameron memilih diriku untuk menemaninya pun aku tetap menggunakan pakaian. Dia pendusta, dia tidak pernah melihat diriku telanjang. Tidak ada satu orang pun yang pernah melihatku telanjang, dan aku tidak ingin suatu hari mereka melihatnya.
"Gabby." Shawn hendak memeluk tubuhku tapi dengan cepat aku segera menutup pintu. Ini rumahku, ini bukan sekolah, tapi mengapa aku takut sekali?
"Pergilah, Shawn." suaraku sungguh payah karena kini aku mulai terisak.
"Ceritakan padaku ada apa?" suaranya penuh permohonan.
"Pergilah, aku lelah." tubuhku merosot di balik pintu, memeluk lututku dengan perasaan hancur.
"Aku mohon jangan seperti ini, Gab." andaikan kau tahu Shawn, aku pun tidak ingin seperti ini.
•••
Shawn POV
Ini gila. Biar kuulangi. Ini GILA. G-I-L-A. sudah satu minggu Gabby menjauhiku, dan sudah satu minggu pula semua organ dalam tubuhku tidak berfungsi dengan baik. Paru-paruku hanya berfungsi ketika melihat Gabby melintas di depan rumahku atau saat berada di kelas bersamanya. Tapi ketika paru-paruku berfungsi, jantungku berhenti berdetak. Tentu aku harus menyelesaikan semua permasalahan ini, meskipun aku tidak tahu masalah seperti apa yang sedang aku hadapi. Tidak ada salahnya untuk mencoba kan?
Inilah sebabnya aku bersandar di loker milik Gabby, semua kertas sticky note sudah aku buang tanpa melihat apa isinya. Pada akhirnya aku melihat Gabby berjalan menunduk, tapi ketika dia mendongak seketika tubuhku memberi respon, Gabby pun sama.
Mata kami berserobok, selama beberapa saat dia hanya menatapku tapi ketika aku hendak mendekatinya, dia langsung berbalik dan berjalan menjauh. Terkutuklah aku bila tidak segera mengejarnya.
"Gabby!" Aku lari mendekatinya tapi dia terus berjalan cepat menjauh. Dia tidak memperhatikan jalan sehingga menabrak seorang murid yang berjalan berlainan arah dengannya. Aku semakin cepat berlari ke arahnya lalu menarik sikunya agar menghadapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Reputation [S•M] [COMPLETED]
Fiksi PenggemarBerawal dari sticky note, mereka saling mengenal. Shawn tidak peduli dengan reputasi yang dimiliki oleh Gabby, dia hanya peduli bahwa hatinya sudah jatuh tepat di depan loker yang penuh dengan kertas warna-warni. Shawn rela mengambil resiko sebanyak...