Shawn POV
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Mom sembari memasukan beberapa kue muffin kedalam Tupperware. Bekal untukku juga Gabby, karena malam ini aku kembali menginap di rumahnya.
"Tidak lebih baik, tadi sore dia terbangun dan kembali menangis sampai tertidur, aku harap dia bangun dan memakan sesuatu malam ini." Aku mencomoti choco chips yang bertaburan diatas muffin buatan Mom.
"Apa dia tidak menghubungi saudara yang bisa menjaganya untuk sementara? Umurnya belum genap delapan belas, dia tidak bisa tinggal sendirian." Mom terlihat sangat cemas, aku suka dia cemas kepada Gabby, karena Gabby adalah gadisku.
"Entahlah, akan kusampaikan padanya nanti." Aku menutup kotak Tupperware ketika Mom menodorng kotaknya di depanku. Isinya ada empat buah, aku akan dengan lapang dada memberikan seluruh kenikmatan dunia ini kepada Gabby. Hanya dengan melihatnya memakan sesuatu, mampu membuatku merasa bahagia.
"Kau menginap lagi, kak?" Aaliyah datang mendekatiku, mengambil sisa muffin yang masih ada di meja makan.
"Yah, kurasa begitu." Aku mengedikkan bahu.
"Aku kasihan pada Gabby. Dia gadis yang malang, secara suka rela aku mau berbagi dirimu dengannya. Dia pantas mendapatkanmu." Senyumku merekah. Ini pertama kalinya adikku tidak merajuk, dan rasanya sungguh menakjubkan.
"Kau yakin?" Tanyaku sekedar memastikan. Ketika kulihat senyumnya, aku segera bangkit dan memeluk tubuh adikku dengan erat. Dia adik terhebat yang pernah ada.
"Aku akan selalu menyayangimu meskipun aku memiliki kekasih." Mom tertawa sembari membereskan sisa muffin, meyusunnya diatas piring besar.
"Aku pergi sekarang, oke?" Aku mengepalkan tangan di depan Aaliyah, dia melakukan hal yang sama, dan kami kembali melakukan tos yang selama bertahun-tahun menjadi kebiasaan kami.
Aku berjalan mendekati Mom, mengecup pipinya singkat. "Thanks, Mom. Sampaikan salamku pada Dad." Mom mengangguk. Aku segera mencantolkan tas gitar di punggungku, mengambil kotak berisi harta karun, kemudian segera pergi untuk menemui gadisku.•••
Aku sudah menyimpan tas gitar di samping ranjang, dan kotak makan di atas nakas. Gabby masih meringkuk di ranjang, wajahnya sangat terlihat lelah, tapi aku harus membangunkannya. Aku sangat yakin dia belum makan semenjak mengetahui ayahnya sudah tiada.
"Gab?" Aku menggoyangkan tubuhnya perlahan. Dia berdehem tapi tidak membuka matanya.
"Baby." Aku kembali menggoyangkan tubuhnya perlahan, mengelus pipinya lembut.
Tubuhnya mulai menggeliat, keningnya berkerut, kemudian menoleh ke arahku. "Hey." Sapaku dengan senyun lembut. Wajahnya saat bangun tidur terlihat sangat menggemaskan.
"Kau harus bangun untuk makan sesuatu, apa perutmu sakit?" Dia menggeleng. Aku membantunya untuk berdiri.
"Aku harus ke kamar mandi, ini memalukan." Katanya yang membuatku tertawa. Andaikan dia ingat tadi sore ketika terbangun, dia seketika menangis tanpa ingat harus ke kamar mandi.
"Sekaligus minum, aku haus." Lanjut Gabby. Dia menghilang di balik pintu, sedangkan aku bersiap-siap untuk membuka tutup kotak Tupperware.
Tidak lama kemudian, Gabby kembali dengan dua gelas air di tangannya. Dia tersenyum lemah kepadaku. "Tuan rumah macam apa aku ini? Kau sudah sering menginap tapi aku tidak pernah sekalipun menawarkan air untukmu."
"Kau sudah lebih baik ternyata." Aku menerima gelas dari tangannya. Gabby mengedikkan bahu, wajahnya kembali murung.
"Hey, ibuku membuatkan kita muffin coklat. Kau harus mencobanya." Kusimpan gelas di samping kotak Tupperware, lalu menyimpan kotak tersebut di atas pahaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Reputation [S•M] [COMPLETED]
ФанфикBerawal dari sticky note, mereka saling mengenal. Shawn tidak peduli dengan reputasi yang dimiliki oleh Gabby, dia hanya peduli bahwa hatinya sudah jatuh tepat di depan loker yang penuh dengan kertas warna-warni. Shawn rela mengambil resiko sebanyak...