Gabby POV
"Lukamu harus aku obati." ucap Shawn tapi aku segera menggeleng.
"Aku lebih baik pulang." bisikku tapi mereka tetap bisa mendengarnya.
"Kau yakin?" Tanya ayah Shawn dan aku kembali mengangguk.
"Terimakasih." aku mendongak lalu berusaha setengah mampus untuk tersenyum. Setelah merasa air mataku akan kembali menetes, aku segera menunduk. Shawn mengantarku sampai pintu.
"Kau mau aku antar pulang?" Tanyanya sembari mengelus pundakku.
"Tidak perlu, aku baik-baik saja."
"Kau butuh sepatu?" Tanyanya lagi dan seketika aku merasa malu dengan kebaikannya padaku.
"Aku baik-baik saja." jawabku dengan suara parau, rasanya ingin kembali menangis, maka dari itu aku segera turun dari undakan rumahnya dan berjalan ke arah rumahku, tapi aku segera berhenti ketika jarakku dengan rumah sudah semakin dekat. Aku tidak mau masuk ke dalam, aku tidak sanggup untuk kembali bertemu dengan Dad. Aku takut.
Dulu Dad adalah sosok yang selalu aku puja, dia adalah cinta pertamaku. Dad dan Mom selalu membuatku berpikir betapa indahnya dunia ini, mereka dengan sabar selalu menemaniku bermain. Dad selalu menggendongku setiap kali dia pulang bekerja. Dad mencintaiku, sayangnya itu dulu.
Mengapa semenjak Mom meninggal, dia berubah menjadi manusia yang sama sekali tidak kukenal? Mengapa aku tidak diperbolehkan datang saat acara pemakaman Mom? Dimana Mom ketika dia meninggal? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Apa yang terjadi pada hidupku? Aku merasakan seseorang merangkul pundakku, dia menarikku ke dalam pelukannya.
"Aku tahu kau akan begini." ucap Shawn dengan terus memelukku.
"Kenapa hidupku seperti ini? Aku kira aku kuat menghadapi semuanya, tapi ternyata aku salah. Aku tidak bisa berpura-pura tegar setiap hari." aku kembali terisak, membiarkan Shawn mendengarkan semua hal yang selama ini membusuk di hatiku.
"Aku tidak tahan, aku lelah." bisikku lagi.
"Aku akan selalu ada setiap kali kau ingin menangis, mendengarkan semua curahan hatimu. Sekuat apapun dirimu, kau pasti memiliki sisi terlemah. Semua orang seperti itu. Kau gadis paling tegar yang pernah aku temui, Gab." aku benci menjadi lemah, tapi kupikir apa yang dikatakan oleh Shawn benar. Semua orang memiliki sisi terlemah, dan mungkin inilah sisi terlemah diriku.
•••
Pagi ini lokerku terlihat bersih, tidak ada tempelan apapun. Bahkan sticky note berwarna biru mudapun tidak ada. Ini sedikit aneh tapi ketika aku melihat tempat sampah ternyata semuanya ada di dalam sana. Semua hinaan untukku sudah dibuang oleh seseorang, aku tidak perlu menjadi orang yang cerdas untuk tahu siapa yang melakukan ini semua.
Semalam Shawn terus menemaniku, mendengarkan semua hal yang selama ini aku sembunyikan dari semua orang, mungkin dia mengerti terlalu banyak, maka dari itu hari ini dia mencabuti semua hinaan untukku. Padahal aku sudah berkata bahwa hinaan itu sudah menjadi hal yang lumrah, semua orang akan menghina gadis Hooters yang bersekolah di tempat yang sama dengan mereka.
"Westbrook," aku segera menoleh ketika Mr. Prescott memanggilku. Dia mengernyit saat aku menatapnya. "Apa yang terjadi dengan wajahmu?" Tanyanya. Kemarin malam Shawn memintaku supaya mengompres memar akibat tamparan Dad, tapi karena lelah aku langsung pergi tidur tanpa melakukan hal yang dia minta.
"Aku baik-baik saja." jawabanku tidak membuat Mr. Prescott senang. Jawaban dariku tidak pernah membuatnya senang.
"Mereka tidak menyakitimu kan? Apa ada luka lainnya?" Aku menggeleng untuk menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Reputation [S•M] [COMPLETED]
ФанфикBerawal dari sticky note, mereka saling mengenal. Shawn tidak peduli dengan reputasi yang dimiliki oleh Gabby, dia hanya peduli bahwa hatinya sudah jatuh tepat di depan loker yang penuh dengan kertas warna-warni. Shawn rela mengambil resiko sebanyak...