18

1.5K 163 22
                                    

Gabby POV

Setelah acara pemakaman selesai, Shawn segera kembali ke sekolah. Sedangkan aku hanya diam di kamar, melanjutkan kegiatan mengasihani diri sendiri sampai waktu yang tidak bisa kutentukan.

Seharusnya aku kembali ke sekolah, aku butuh kegiatan yang bisa membuatku lupa dengan semua kejadian ini. Tapi kurasa sekolah bukan hal yang baik. Atau mungkin saja aku harus kembali bekerja, tapi badanku rasanya tidak memiliki tenaga sama sekali.

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar. Apa aku harus pindah? Tapi aku tidak memiliki uang untuk membayar jaminan apartemen, lagipula tempatku sekarang gratis, tidak ada biaya bulanan. Tapi kenangan itu terus datang silih berganti, membuatku nyaris gila. Aku tidak boleh gila, karena anggota keluarga yang tersisa hanyalah aku. Aku harus bisa bertahan demi mereka.

Aku bangkit, keluar dari kamar menuju dapur. Melihat sesuatu yang bisa kumakan. Aku menarik pintu kulkas, dan menemukan banyak sekali tumpukan kaserol -makanan bela sungkawa yang kudapat dari para tetangga selama acara pemakaman dimulai-. Aku tidak mau makan makanan bela sungkawa, rasanya seperti merayakan kematian ayahku, padahal aku tidak senang sama sekali. Aku ingin memakan makanan lainnya.

Aku mendengar pintu depanku terketuk, aku sangat yakin kalau tamu itu akan memberika kaserol lainnya padaku, tapi tetap saja aku datang untuk membukakan pintu.

"Hey." Aku mengedip dua kali karena yang datang adalah adiknya Shawn. Ini lumayan mengejutkan sekaligus canggung, aku tidak pernah berbicara dengannya.

"Oh, hey." Balasku lalu membuka pintu semakin lebar, mempersilahkan dia masuk.

Aaliyah membawa kantong kertas di tangannya, aku hanya berharap itu bukan kaselor. "Well, ibuku membuatkan ini untukmu."

Dia menyodorkan kantong kertas. Aku mengintip ke dalam ketika sudah menerima kantong tersebut. "Tenang saja, itu bukan kaserol. Mom membuatkanmu kudapan manis." Aku tersenyum padanya.

"Terimakasih, apa kau mau minum sesuatu?" Aaliyah segera menggeleng.

"Tidak perlu, aku kemari hanya ingin mengobrol denganmu. Yah, kau tahu kan saudara lelaki tidak suka bergosip." Aku tertawa lalu mengangguk. Kurasa Aaliyah cukup menyenangkan.

"Mungkin kau tepat waktu, aku cukup kesepian juga kelaparan." Aku mengangkat kantong kertas darinya. "Mau memakannya bersama selagi kita mengobrol?"  Aaliyah mengangguk setuju, aku segera menarik tangannya  masuk ke dalam kamar, karena berbicara di ruang tamu hanya membuatku mengingat tubuh Dad yang sudah tidak bernyawa.

•••

Waktu terasa sangat cepat berlalu ketika memiliki seseorang yang bisa diajak berbicara. Aaliyah sudah pamit pulang lima menit yang lalu, bahkan kudapan buatan ibunya pun sudah habis kami makan. Dan kurasa sore ini aku akan kembali merasa kesepian.

Aku mengambil ponsel yang berada di atas ranjang, hendak mengirim pesan singkat untuk Shawn.

Aku: Hey.

Shawn: Hey, babe. Apa semua baik-baik saja?

Aku: Yah, semua baik-baik saja. Adikmu ada disini tadi.

Shawn: Oh wow, dia tidak pernah seperti itu sebelumnya. Apa yang kalian lakukan?

Aku: Dia membicarakan teman lelakinya di club hookey. Kurasa adikmu sedang jatuh cinta.

Shawn: Damn. Dia tidak mengatakan apapun padaku.

Aku: Lol.

Aku: Apa menurutmu aku harus pindah?

Bad Reputation [S•M] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang