20

1.5K 140 11
                                    

Gabby POV

Aku kembali pulang ke rumah setelah selesai bekerja di perpustakaan kota. Disana sangat ramai dengan para pengunjung, aku bisa sedikit mengalihkan semua masalahku dengan menata ratusan buku lama di rak.

Tapi ketika aku kembali ke rumah, semua masalah itu kembali. Rumah ini sangat sepi, membuat ingatanku saat masih kecil segera bermunculan. Panggilan Mom dari dapur yang menyuruhku untuk makan, pelukan Dad setiap kali pulang bekerja, dan juga aroma kue yang selalu kami buat bersama setiap akhir pekan.

Air mataku mengalir. Aku sangat rindu keluargaku, tidak pernah terpikirkan olehku kalau sebuah keluarga dapat pecah dengan tragis seperti ini. Dulu aku selalu mengira bahwa keluarga akan selamanya berakhir bahagia, aku kesal karena keluarga lainnya memang hidup bahagia, kecuali diriku.

Kuhela napas lalu segera berjalan ke dalam kamarku. Suasananya sunyi senyap, membuatku merundingkan perkataan Mr. Prescott padaku. Apa aku benar-benar harus pindah? Aku merebahkan tubuh di atas ranjang, menatap langit-langit.

Sekarang ingatan tentang kebersamaanku dengan Shawn mulai berseliweran. Brengsek, dia memang bajingan. Kenapa dia harus pergi ketika aku mulai mencintainya? Semua perkataan manisnya hanya omong kosong. Ayahku menghianatiku dengan cara membunuh dirinya sendiri, sedangkan Shawn menghianatiku dengan cara yang lembut. Apa semua manusia diciptakan untuk menghianatiku?

Tapi aku merindukannya, benar-benar merindukannya.

Aku menoleh ke arah nakas, mataku menyipit ketika melihat sebuah amplop disana. Aku segera bangkit dan mengambilnya. Astaga bagaimana bisa aku tidak sadar kalau selama ini ada surat untukku? Mungkin aku terlalu stress akhir-akhir ini, sehingga tidak terlalu memperhatikan detail kecil.

Kubuka amplop putih tersebut, jantungku berdetak tidak karuan. Aku tidak siap dengan tulisan apapun yang akan kubaca.

Dear Gabby tersayang,

Air mataku terbit begitu saja. Ini dari Dad.

Maaf. Aku tahu, aku tahu, kata-kata itu memang tidak layak diucapkan melalui kertas seperti ini. Bagaimanapun juga kau layak mendapatkan perkataan maaf paling tulus di dunia, hanya saja aku tidak tahu bagaimana caranya. Aku meminta maaf karena membuatmu seperti ini. Dulu kau adalah gadis kecil yang sangat ceria, tidak pernah sekalipun aku melihat kau menangis. Bahkan kau tidak merajuk di hari pertama sekolah, padahal aku ingin kau memohon seperti anak lain untuk kembali pulang ke rumah, naik ke atas punggungku, dan menangis karena harus bertemu dengan teman-teman baru. Tapi disisi yang lain aku sangat bangga karena kau tidak seperti itu. Kau selalu menjadi gadis yang kuat, tidak manja meskipun kami tidak sempat memberikan seorang adik untukmu.

Gabby, aku tidak tahu bagaimana mengatakannya. Aku sungguh malu pada diriku sendiri. Setiap kali aku bercermin di pagi hari, perasaan bersalah akan selalu menggerogotiku seharian penuh, sampai pada akhirnya aku mabuk-mabukan dan tidak mengingat apapun. Tapi ketika aku nyaris melakukan hal tidak senonoh kepadamu, aku selalu ingat. Tiap detik hidupku dilingkupi dengan perasaan bersalah, aku kecewa karena aku bukanlah orang tua yang baik. Aku seorang bajingan. Dan semenjak itu pula aku jarang kembali ke rumah, aku malu melihatmu.

Jika kau berpikir kenapa aku menjadi monster selama ini, yahh.. Jawabannya sudah pasti karena ibumu. Aku sangat mencintai ibumu, dia membawa sisi terbaik dalam hidupku, dan semenjak kedatanganmu, kebahagiaanku bertambah. Kau sangat mirip dengannya. Wajahmu, caramu tersenyum, tertawa, warna rambutmu, dan kekuatan yang kau miliki. Semuanya sangat mirip dengannya.

Sampai pada akhirnya dia menghancurkan hatiku berkeping-keping, dia meninggal. Aku sangat kesal karena dia membawa semua sisi terbaik milikku bersamanya, dan setiap kali aku melihatmu, aku akan teringat dengannya. Maaf karena kau menjadi sasaran patah hatiku selama ini, aku tidak pernah sadar setiap kali aku melakukannya karena aku mabuk. Tapi sayangnya itu terjadi nyaris setiap hari.

Bad Reputation [S•M] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang