Gabby POV
Angin berhembus membuat rambutku bergerak kesana kemari, pohon di sekitarku juga ikut bergerak karena angin yang bertiup. Ini sudah masuk jam pelajaran yang ketiga tapi aku masih duduk di halaman belakang sekolah, tanpa niat untuk masuk ke dalam kelas. Ku elus tanganku yang terbentur meja konter kamar mandi, rasanya masih sakit tapi entah mengapa lebih sakit ketika aku melihatnya ketimbang aku menyentuhnya.
"Baik-baik saja?" Aku tertawa pelan ketika membaca sticky note yang menempel pada tangan seseorang yang berada di belakangku.
Shawn tersenyum dengan sangat lebar ketika aku berbalik. "Kau tidak masuk kelas dari pagi." katanya lalu duduk di sampingku.
"Bagaimana kau tahu?" Aku menoleh padanya yang sedang menatapku.
"Itulah gunanya bertanya," dia menaikan kedua alisnya, "ada masalah?"
Aku kembali menghadap pepohonan di depanku, lalu menghela napas sebelum menjawab pertanyaannya. "Mr. Prescott memanggilku ke ruangannya."
Shawn membenarkan posisi duduknya supaya bisa menatapku. "Lalu apa yang terjadi?"
"Aku hanya merasa.. Hanya aku satu-satunya murid yang bermasalah di sekolah ini." kuhembuskan napas sekali lagi, dan Shawn semakin duduk mendekat, membuatku mengalihkan tatapan padanya. "Kau kenapa sih?"
"Aku sedang mencari posisi ternyaman untuk mendengarkan ceritamu," jawabnya lalu kembali menatapku setelah posisinya nyaman. "Memangnya apa yang dikatakan oleh Mr. Prescott?"
"Entahlah, dia hanya ingin membantuku. Tapi rasanya sedikit aneh, itu saja." aku mengedikkan bahu lalu kembali mengusap luka memar yang berada di tanganku.
"Apa masalah kemarin malam membuatmu tidak masuk kelas juga?" Aku hanya diam sembari menggigit bibir bawahku. "Hey, kau tidak mengompresnya semalam?" Shawn mengangkat daguku agar dia bisa menatap keseluruhan wajahku.
"Aku lelah dan segera tidur, lagipula aku tidak mau membuat Dad terbangun."
"Seharusnya kau mengompres memar ini di rumahku." Shawn mengelus pipiku dengan ibu jarinya, membuat napasku tersekat di tenggorokan. "Apa masih sakit?" Matanya hanya fokus kepada mataku, menimbulkan efek geli di dalam perut. Kurasa sekarang pipiku memanas.
Shawn menjatuhkan tatapan ke bibirku kemudian segera berdehem. "Kau harus tetap mengompresnya." dia segera melepas tangannya dari pipiku.
"Jadi bagaimana dengan tawaranku waktu itu?" Lanjut Shawn, berusaha untuk mengganti topik sembari sedikit menggeser tubuhnya menjauh.
"Tawaran apa?" Aku tersenyum kecil ketika melihatnya mencibir.
"Baru kemarin dan kau sudah lupa?" Dia mengerutkan keningnya, kecewa karena aku tidak ingat dengan apa yang sudah terjadi kemarin malam, tentunya sebelum kejadian aku pulang ke rumah.
"Kemarin ada apa?" Tanyaku lagi, kurasa moodku kembali karena kedatangannya.
Shawn mengelus rahangnya. "Kau benar-benar tidak ingat?" Dia mencoba untuk meyakinkanku tapi sayang aku senang melihat wajahnya yang kebingungan.
Aku tersenyum lalu menaikan sebelah alis. "Apa yang harus aku ingat?"
"Bisa kita selesaikan pertanyaan ini?" Oke, kurasa dia mulai terganggu.
"Pertanyaan apa yang kau maksud?" Aku memekik ketika Shawn mendorong tubuhku sampai terlentang, dia mengelitiki perutku tanpa ampun. "Oke, oke, kau menang." kataku dengan tawa yang tidak bisa aku tampung. Tangannya berhenti bergerak, Shawn tersenyum pongah karena berhasil membuatku kalah dengan permainanku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Reputation [S•M] [COMPLETED]
Fiksi PenggemarBerawal dari sticky note, mereka saling mengenal. Shawn tidak peduli dengan reputasi yang dimiliki oleh Gabby, dia hanya peduli bahwa hatinya sudah jatuh tepat di depan loker yang penuh dengan kertas warna-warni. Shawn rela mengambil resiko sebanyak...