Part 4 -Get Well soon Fabian-

42.6K 1.3K 5
                                    

Annyeonghaseyo reader.. aku datang untuk melanjutkan cerita ini,,

Happy reading. ;)

Fayla POV

Aku terpaku melihat apartemennya, apartemen yang terbilang besar untuk seorang single seperti Fabian. Didalam apartemen ini ada dua kamar yang besar dan satu kamar yang sedikit lebih kecil yang belakangan aku tau itu adalah ruang kerjanya, ruang TV berada ditengah dengan sofa santai king size yang mungkin bisa dijadikan tempat tidur jika malas untuk tidur dikamar, di sebelah kanan dari pintu masuk ada piano dan vas bunga besar yang cantik, di dindingnya terdapat foto keluarga mereka,. Ya dari sini bisa dilihat kalau laki-laki ini sangat mencintai keluarganya. Disebelah kiri dari arah pintu terdapat dapur bersih yang sangat rapi dan disertai mini bar yang mungkin digunakan jika sedang ingin bersantai.

Berjalan lebih maju aku melihat ada sliding dorr yang ternyata itu adalah jalan menuju balkon yang viewnya mengarah ke pusat kota. Sangat cantik. Design rumah minimalis, dan pemilihan warna yang soft menjadikan rumah ini terasa hangat dan bersahabat. Tidak diragukan lagi kalau dia memang seorang designer yang sangat ahli dibidangnya.

"Berhentilah mengagumi apartement ku, aku tau aku ini memang sangat hebat, tapi kau tidak perlu terpukau begitu.." ucapnya sambil terkekeh melihat aku yang tersenyum-senyum memandangi seluruh isi apartemennya...

"Lebih baik kau pulang dan selesaikan pekerjaanmu, aku sudah tidak apa-apa.." lanjutnya,

"Eh,, hmm,, apa kau tidak mau aku buatkan sesuatu dulu.. sepertinya apartementmu tidak ada pembantu.."

"memang tidak ada, aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri, sudahlah, lebih baik kau pulang saja, jangan lupa tutup pintunya, aku mau istirahat,, dan... terimakasih atas bantuanmu" katanya tertahan saat mengucapkan terimakasih kepadaku, dan langsung berlalu masuk ke kamar.

"Bruuuukkkkk"

Hanya berselang menit, saat aku memutuskan untuk pergi karena sudah "dipersilahkan pulang" oleh pemilik rumah, aku mendengar suara dentuman yag cukup keras, tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke arah suara dan menemukan Fabian terpeleset di kamar mandi kamarnya..

"Oh my god.. Fabian.." teriakku sambil membantunya berdiri dan memapahnya ke tempat tidur.

Kondisinya benar-benar menyedihkan, wajahnya pucat, namun dia masih saja melarangku membawanya ke rumah sakit.

"Aku sudah mengatakan aku tidak apa-apa, lebih baik kau pulang" ucapnya setelah aku sandarkan tubuhnya di Headboard ranjang size king miliknya.

"Kau masih berani bilang tidak apa-apa dengan kondisi seperti ini!!.." ucapku geram.

"Aku katakan aku tidak suka dibantah, dan aku minta sekarang kau pulang dan pergi dari sini" Ucapnya tertahan dengan suara parau.

Emosiku semakin membara setelah mendengar pernyataannya, dia benar-benar laki-laki yang sungguh angkuh, namun aku masih bisa mengontrol emosi.

"Kalau kau tidak ingin dibantah, maka kau juga tidak boleh membantahku, berhenti mengusirku, karena aku tidak akan pulang sebelum memastikan kau baik-baik saja.. dan berhenti untuk memotong kata-kataku!!!" ucapku setengah berteriak sesaat dia akan membuka mulut untuk memotong ucapanku..

Arco Iris (Love Like a Rainbow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang