Fayla POV
Apakah ini karma untukku? terbaring lemah di sebuah ruangan putih yang sunyi dengan jarum-jarum kecil tertancap manis ditubuhku.. Perjalanan ini begitu berat, aku tak tau apakah sanggup untuk terus menjalaninya atau tidak.
Masih sangat jelas teringat di pikiranku saat Fabian meninggalkan aku sendiri di apartemen itu,. Sakit melihat punggungnya perlahan-lahan menghilang dari penglihatanku, seakan-akan itu adalah saat terakhir aku melihat punggung itu.. Aku takut itu benar-benar menjadi nyata.
Malam itu malam yang begitu berat untuk kulalui, orang-orang yang kucintai berusaha untuk pergi meninggalkanku, Fabian dan calon bayiku. Malam itu rasa sakit dan bau amis menyengat kepenjuru kamar tamu Luna.. Aku mencoba berteriak minta tolong kepada Luna yang aku tau itu percuma, Luna pasti tidak akan mendengarnya karena jarak kamar kami yang sangat jauh ditambah suaraku yang parau hampir tidak terdengar akibat menangis sepanjang malam.. Aku berusaha bangkit namun tidak bisa, tubuhku terasa dipaku diatas tempat tidur, saat itu hanya 1 orang yang aku ingin dia datang, namun berkali-kali aku mencoba menghubungi ponselnya namun tidak bisa.. Begitu menyakitkan saat aku berusaha menyelamatkan calon bayiku saat suamiku tidak ada disampingku.. Calon bayi yang aku fikir bisa meredakan kecanggungan yang akhir-akhir ini aku buat karena kehadiran Gilang yang tiba-tiba.. Bayi yang membuat aku sadar bahwa aku memang mencintai Fabian, bukan Gilang..
Satu bulan yang lalu, dokter memberitahuku bahwa aku hamil yang tanpa aku sadari masuk minggu ke 4.. Saat itu rasanya semua masalah dan tekanan yang aku hadapi hilang dalam sekejap.. Aku memutuskan untuk memberitahu Fabian saat dia Pulang dari Belanda, aku yakin dia pasti akan senang.. Namun entah angin apa, sepulang dari rumahsakit aku memutuskan untuk mampir kerumah Gilang yang sudah sangat lama tidak aku singgahi.. Saat itu aku yang aku pikirkan hanya untuk meminta maaf kepada keluarga itu atas apa yang telah aku lakukan kepada Gilang.. Aku hanya ingin kebahagiaan ku kali ini diberkahi oleh semua orang, aku tidak ingin ada yang masih menyimpan dendam terhadapku, namun apa daya, ternyata aku bertemu dengan Gilang, yang membuat perasaanku berubah 180 derajat apalagi saat itu dia tidak mengenalku..
Niatku untuk memberitahu tentang kehamilanku kepada Fabian pun musnah.. Yang dipikiranku pada saat itu hanyalah Gilang.. Rasa bersalahku semakin menjadi dan berujung sakit..
Namun Tuhan punya cerita lain untuk hidupku, kak Aira datang dan menceritakan betapa Fabian menginginkan buah hati, saat itu aku tidak menceritakan apa-apa tentang kehamilanku kepada kak Aira, karena hatiku ragu, tapi kata-katanya menyadarkanku, bahwa aku berhak bahagia, aku pantas memiliki kebahagiaan dengan Fabian.. Aku putuskan memberitahu Fabian pada malam di hari ulangtahunnya bulan depan..
Cih, rencana tinggallah rencana, tanpa aku sangka kejadian demi kejadian datang bertubi-tubi, dimulai dari Gilang yang ternyata masih mengingatku, pertengkaran dengan Ann, hingga berakibat pada keretakan rumah tanggaku.. Fabian meninggalkanku dalam kepedihan di apartemen itu, apartemen yang menyisakan kenanganku bersama Fabian.. Malam itu tanpa pikir panjang akupun ikut pergi, aku tidak ingin terkurung dalam kepedihan sedangkan orang yang selama ini selalu mendampingiku di keadaan apapun pergi meninggalkanku, dan kini berujung pada keguguran yang aku Alami, hanya 7 minggu aku merasakannya, dalam sekejap aku kehilangan janinku..
Tanpa aku sadar air mataku jatuh lagi untuk kesekian kalinya.. Sudah 1 minggu aku terbiasa dengan tempat ini, namun selama itu pula airmataku tidak pernah berhenti mengalir dan selama itu pula aku menyembunyikan kesedihanku didepan orang-orang yang menyayangiku.. hanya pohon kecil disudut taman yang mengetahui semuanya, tempat aku mengeluarkan semua beban pikiranku..
KAMU SEDANG MEMBACA
Arco Iris (Love Like a Rainbow)
RomanceDidalam cermin itu ada sesosok gadis yang sangat cantik dan anggun, namun mata cantiknya menyiratkan kerapuhan. wajahnya sendu.. gadis itu memakai gaun pernikahan,. Pernikahan yang tidak pernah ia bayangkan. Setidaknya tidak dengan cara seperti in...