PART 14

1.4K 124 6
                                    

HAPPY READING AND SORRY FOR TYPO

MIKAIL POV

Aku mengejar Nayra yang berlari dengan cepat, ku tinggalkan makanan yang belum disentuh sama sekali dan ku tinggalkan juga Hasna.

Aku sudah putus dengan Hasna dan aku sudah tidak ada hubungan apa apa lagi. Dia hanya pelampiasan karena aku tidak bisa memiliki Nayra.

Aku terlambat, mobilnya meninggalkan tempat parkir disaat aku baru saja menepakan kakiku dilantai basment. Dengan perasaan kecewa aku keatas untuk membayar semuanya "gue bakalan berusaha untuk ngedapetin lo lagi Mik" ucap Hasna tiba-tiba.

Aku menatapnya sinis lalu mengambil card yang kumuliki "dan gue berusaha untuk ngebikin lo jauh dari gue" ucapku lalu meninggalkan Hasna dan menghubungi Kenar.

"Halo" ucap Kenar saat aku baru saja memasuki Lift sambil menghubunginya "Lo dimana?" tanyaku tanpa basa-basi "Di Senayan, kenapa?" tanya Kenar. "lo bisa kan ketempat tongkrongan biasa?" tanyaku.

Kenar diam sebentar "Tongkrongan yang mana nih, kan ada dua?" tanya Kenar, Aku menghembuskan nafas lalu keluar dari lift "Pao-Pao" jawabku. "Okay-okay, gue nanti hubungin Hazel juga" ucap Kenar langsung mengerti dan dengan cepat aku mematikan sambungan tersebut.

Ku berhentikan Taksi dan aku menyuruhnya untuk kearah Senopati. Aku berusaha terus menelfon Nayra karena ini sudah malam dan dia mengendarai mobil sendiri dan itu membuatku tidak tenang.

Telfonan pertama hingga kedua, Nayra merejjectnya lalu seterusnya dia sepertinya mematikan telfonnya.

Tidak sampai lama aku sampai di Pao-Pao lalu memasuki bar tersebut. Mataku mencari dengan teliti karena tempat yang gelap dan terhalangi dengan asap rokok ataupun Asap Vape.

Didekat Bar, kedua sahabatku sedang duduk sambil tertawa. Dengan cepat aku menghampirinya lalu duduk disebelah Kenar. "Kok jalan sama ibu negara pulang-pulang jadi cemberut begini?" tanya Kenar sambil menuangkan botol kedalam gelas kosong yang berada didepanku.

"Hancur sudah dinner yang gue siapin" jawabku lalu meninum gelas tersebut. "Gara-gara Narrel atau siapa?" tanya Hazel yang sambil memainkan rokok eletriknya. "bukan, gara-gara Hasna" jawabku.

"udah kayak apaan yak Hasna, di takutin sama seluruh anak cewek diangkatan bawah" celetuk Hazel. "Gue takut aja si Nayra di apa-apain, dan setelah berapa minggu ini Nayra juga ngejauhin gue" ucapku sambil mengacak rambutku.

"gue boleh nanya kan ke lo Mik?" tanya Kenar, Aku mengangguk tanpa memandangnya "Tanya apaan?" ucapku. Kenar memenadangku sebentar lalu meminum minumannya, "Lo beneran suka sama Nayra? Gue nanya kayak gini sebagai Sepupu dari Nayra dan Sebagai sahabat lo juga" ucap Kenar.

Aku memainkan gelasku yang sudah kosong, lalu aku mengangguk "Gue ngegangguin dia itu karena gue kepingin perhatian dia buat gue" ucapku jujur. "Sejak kapan sih lo suka sama dia?" tanya Hazel.

Aku tersenyum saat mengingat Nayra yang memarahiku waktu seluruh anak kelas 10 harus mencari tanda tangan "Idih, nggak dijawab tapi malah senyam-senyum. Kapannn woyy" ucap Hazel lebay.

"Pas MOS dan Acara Apres" jawabku, "Lo nggak liat dia yang nyanyi lagu Sherina trus dia paling depan. Gue masih inget wajah dia pas rambutnya diiket dua dan itu yang bikin gue suka sama dia" jelasku.

Aku merasakan toyoran dikepala belakangku dan menengok kearah Kenar "Apaan sih?" tanyaku kesal, "udah cukup, nggak usah dijelasin sampe situnya. Lo kalau curhat bisa 3 jam" ucap Kenar sambil tertawa.

Tiba-tiba ada yang bertepuk tangan dan membuat kita bertiga refleks menengok "Hebat, berangkat pagi tanpa izin, dan ternyata malamnya disini. Lo nggak sadar kalau orang dirumah nyariin lo" ucap seseorang namun aku hafal dengan suara ini walaupun ramai di area Pao-pao.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang