PART 19

1.4K 127 8
                                    

HAPPY READING AND SORRY FOR TYPO

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA



AUTHOR POV

  Bau rumah sakit dan suara mesin dari alat pendeteksi detak jantung terdengar di indera pendengaran Mikail. Namun pandangan Mikail masih gelap dan matanya tidak mau terbuka seakan ada pengeratnya.

Elusan lembut dikepala Mikail membuat Mikail ingin bangun dan melihat siapa yang mengelusnya. Dengan perlahan Mikail membuka matanya, pandangannya awalnya rabun dan semakin jelas. Didepannya terdapat Mama tirinya yang sedang tersenyum senang "Allhamdulillah kamu bangun" ucap Bianda lalu meneriaki sang dokter.

Mikail menengok kekanan dan kekiri menemukan Erlangga yang sedang tersenyum sinis, dia juga dapat mencium bau rumah sakit yang sangat khas.

Seorang dokter menghampiri Mikail dan mengecek Mikail. "Allhamdulillah bu, semuanya Normal. Namun butuh pemulihan untuk punggung dan gegar otak ringannya" ucap Dokter itu.

"Gimana, enak hasil bogeman gue?" tanya Erlangga "Pasti enak lah, sampe nggak bangun 3 hari" sindir Erlangga lalu tertawa pelan, Mikail merasakan pening dikepalanya hanya diam seakan tidak mendengar Erlangga.

Malvin masuk bersama Bianda, tatapannya marah kepada Mikail. "Papa nggak habis pikir sama kamu, bisa-bisanya kamu ikut tawuran dan nyakitin Erlangga" ucap Malvin marah, Mikail menatap Papanya kaget "Saya nyakitin Erlangga? Bukannya kita sama-sama saling nyakitin" ucap Mikail.

"Erlangga cerita semuanya sama Papa, dan kamu yang mulai duluan" ucap Malvin, Mikail menganga tidak percaya "Asal anda tahu, sekolahan Erlangga yang mulai duluan. Karena saya tidak terima maka saya membalasnya" ucap Mikail.

Malvin mendesah kasar "Papa tidak mau mendengar alasan kamu, sekarang Papa kecewa dan marah besar sama kamu!" ucap Malvin, Bianda menenangkan Suaminya "udah lah mas, Mikail masih sakit" ucap Bianda.

"Mulai sekarang, fasilitas kamu ditarik!" ucap Malvin, Mikail mendecih "Anak kandung Anda tuh saya atau dia?" tanya Mikail dengan suara tinggi. "Diam kamu!" teriak Malvin.

Mikail merampas ponselnya, lalu menarik selang infus dari tangannya dengar kasar hingga terlepas. Lalu Mikail turun dari kasurnya dan berdiri walaupun badannya masih remuk "ah, Anda lupa? Bahwa Fasilitas saya bukan dari anda, semuanya dari kakek saya!" ucap Mikail lalu berusaha berlari meninggalkan kamarnya.

Mikail terus berlari hingga menemukan sebuah taksi dan menuju rumahnya untuk mengambil barangnya. Disaat Mikail sudah sampai rumah, dia bertemu dengan Melissa yang sedang bermain "Loh Den Mikail? kok udah dirumah? Bukannya di  rumah sakit ya?" tanya Bi Asih sambil memanang kaget Mikail yang masih menggunakan baju rumah sakit memasuki rumah.

"Udah bibi diem aja, jangan banyak omong. Aku mau pergi lagi dan jangan berisik" ucap Mikail lalu menuju kamarnya. Mikail mengganti bajunya lalu, memasuki berapa baju kedalam tas ransel yang lumayan besar dan melihat obat tidur yang berada dibelakang figura photo masa kecilnya. Di ambilnya dan dimasukan asal kedalam tas.

Mikail turun dan mencium Pipi Melissa "Kaka pergi dulu ya" ucap Mikail lalu menaiki motornya yang sudah berada dirumah. Mikail berusaha menguatkan dirinya karena rasa sakit yang benar-benar menghampirinya.

Mikail mengendari motornya menuju rumah Kenar, karena disanalah tempat yang paling pas. Pandangan matanya sebenarnya sedikit kabur "Ayok Mik, lo pasti kuat sampai rumah kenar" ucap Mikail.

Mikail menekan bel rumah Kenar, Keyra Mama Kenar melihat Mikail langsung melotot kaget. "Mikail? Bukannya kamu seharusnya di rumah sakit?" tanya Keyra kaget, Mikail tersenyum lemah "Selamat Sore tante, Maaf ganggu. Aku boleh tinggal disini?" tanya Mikail dengan suara perlahan lalu tiba-tiba ambruk didepan Keyra.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang