08 • Pertemuan

1.4K 221 22
                                    

Lian gak pernah paham apa yang ada di pikiran hampir seluruh cewek di dunia tentang belanja bulanan, yang ujung-ujungnya malah belanja pakaian dan aksesoris cewek lainnya. Hal itu ternyata juga berlaku untuk Sherly Amanda Wisena dan Delia Ayu Saputri. Pulang dari kampus tepat pukul dua siang, istirahat sebentar lalu, pukul empat mereka berdua mengajak Lian berkeliling mal untuk belanja bulanan.

Belanja bulanannya, sih, udahan sejak dua jam lalu. Tapi mampir-mampir cantik mereka belum juga kelar sampe sekarang pukul tujuh malam. Bahkan mereka lupa jika sekarang sudah masuk jam makan malam. Lian mulai lapar, tapi apa daya. Sherly dan Delia tampak gak lapar sama sekali.

Setelah ke luar dari toko kacamata, langkah kedua cewek itu langsung terhenti di depan sebuah toko yang menamakan diri mereka Korean Style. Langkah Lian sempat terhenti ragu saat mendapati wajah yang sangat familiar dengannya terpampang di depan toko.

Marsha Laksita.

Tampak sangat cantik dan menawan dengan senyuman lebar yang semakin menambah pesonanya. Siapa cowok yang gak langsung jatuh cinta saat melihat senyuman itu? Mungkin cowok itu gak normal. Marsha jelas-jelas terlihat seperti bidadari.

"Masuk gak, nih?"

Delia bertanya kepada Sherly yang sebenarnya juga memiliki pikiran yang sama dengan Lian. Sherly menggenggam erat tangan Lian dan menundukkan kepala mendapati anak kecil itu menatap gambar Marsha dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Lian capek, ya? Belum makan malam juga. Kasian."

Tanpa menunggu balasan Lian, Sherly nyengir kepada Delia. Delia beralih menatap lembut Lian dan mengangguk. "Iya juga, sih. Kasian Lian kita ajak muter-muter. Pasti kecapekan."

Lalu, Delia berlutut di hadapan Lian, merengkuh pundaknya dengan lembut. "Lian mau makan apa? Hokben? KFC? Atau McDonald? Yang dapet hadiah!" Delia berseru dengan penuh semangat saat Lian hanya dapat menahan diri dari kekesalan. Yakali dia makan porsi anak-anak biar dapet hadiah?

"Lian mau makan di mana?"

Dengan pasrah, Lian memasang senyuman sebelum menjawab, "Hokben aja, Kak."

Delia menegakkan tubuhnya dan mengangguk penuh semangat. "Let's go to Hokben!"

Kemudian, Delia memimpin langkah menuju ke Hoka-hoka Bento terdekat. Sherly sempat diam, menatap Lian penuh permintaan maaf dan dibalas Lian dengan anggukkan kepala dan senyuman sebelum melangkah menyusul Delia.

*****

"Gue gak pernah punya adik. Gak pernah juga deket sama anak kecil karena...tiap liat anak kecil bawaannya selalu iri. Mereka jauh lebih beruntung dari gue, dari berbagai sisi."

Malam ini, Lian menemani Sherly yang tampak mengerjakan tugas Akuntansi-nya di saat Delia, seperti biasa sudah tertidur lelap. Delia punya waktu tidur  dan bangun yang teratur. Dia selalu tidur pukul 9 malam dan bangun pukul 6 pagi. Berbanding terbalik dengan Sherly yang tidur susah, bangun juga susah.

Supaya gak bosan menemani Sherly, Lian memutuskan untuk menggambar. Lian memang cukup lihai dalam menggambar dan saat ini, objeknya adalah seorang Sherly Amanda Wisena yang matanya tinggal 5 watt, tapi harus menyelesaikan tugas Akuntansi-nya buat besok. Lian gak pernah paham pelajaran Akuntansi jadi, gak banyak yang Lian bantu selain menemani. Salahkan juga Sherly yang ingat kalo dia ada tugas di waktu-waktu yang mepet.

Sekarang, selain ngejain tugas, Sherly menggunakan waktu buat curhat juga dan Lian mencoba jadi pendengar yang baik.

"Orangtua gue cerai pas gue baru dua bulan. Setelah itu, gue gak pernah liat wujud nyokap gue dan gue tinggal sama bokap yang lebih mentingin pekerjaan daripada anak." Sherly berhenti mengerjakan tugasnya dan menghela napas. "Sampe sekarang gue gak tau wujud nyokap gue."

Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang